Amnesia

3.3K 164 2
                                    

... tell me this is just a dream,

'cause I'm really not fine at all ...

Kubuka mataku perlahan dalam senin pagiku yang terasa seperti sama saja dengan pagi sebelum-sebelumnya. Terbangun disambut tembok biru polos dan sedikit suara bising dari tukang roti di luar sana. Jemariku secara spontan mencari-cari keberadaan ponselku untuk meraihnya, kemudian mengecek pesan yang masuk di salah satu akun media sosialku.

Mataku mencari nama itu, melihat pesan terakhir darinya yang biasanya kutinggal tidur saat kami saling bercakap-cakap. Seperti badai menerjang, akupun tersadar. Memoriku memutar beberapa waktu yang telah berlalu seraya membaca ulang pesan-pesan dalam percakapan kami terakhir kalinya.

Oh, aku tahu, pagi ini tentu saja tidak sama dengan pagi sebelumnya. Tak ada lagi pesan darinya, tak ada teriakan minta dibalas, atau tidak akan ada lagi nyanyian-nyanyian iseng yang khas dengan suara cadel-nya. Tentu saja tidak akan ada lagi, karena semuanya telah kuakhiri.

'Yeah, bukankah kau sendiri yang mengakhirinya, Ann?' Seperti orang bodoh aku tersenyum dan bertanya pada diriku sendiri.

Pada kenyataannya aku tidak baik-baik saja setelah mengatakan 'selamat tinggal' padanya. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah kau baik-baik saja di sana? Satu hal meyakinkanku dan menamparku, karena aku tahu dia baik-baik saja di sana. Dia menikmati hidupnya yang terbebas dari gangguan orang sepertiku. Harusnya aku tahu itu, hanya akulah di sini yang sangat membutuhkannya ...

Baru saja dua hari terlewat rasa rinduku padanya sudah merebak. Berulang kali mengamati ponselku, berharap ada sesuatu yang bisa kudapatkan tentang dirinya meskipun angan belaka itu akan tetap bertengger di posisi 'mustahil'.

"Kau kenapa lagi?" tanya temanku kala aku berhasil meneteskan air mata. Sungguh, itu diluar kendaliku. Tiba-tiba saja aku ingin menangis.

"Hmm? Memangnya aku kenapa?" aku membalas pertanyaannya dengan pertanyaan setelah mengusap kasar air mataku. Senyum merekah di bibirku, memberi penjelasan kalau aku baik-baik saja. "Pena sialan ini tak sengaja mengenai mataku barusan," jawabku pada akhirnya.

Riri. Dia adalah temanku yang paling dekat denganku untuk saat ini. Ia mengambil tempat duduk di sampingku untuk kemudian membuatku kehabisan akal karena dia menatapku tajam. Ah, anak ini memang selalu berhasil membuatku berkata jujur ...

Aku mengembuskan napasku kesal. "Aku berantam lagi sama dia," aku mengeluh seraya menundukkan kepalaku dalam-dalam.

"Kalian selalu seperti itu, berantam sehari kemudian hari berikutnya baikan," katanya jengah dengan curahan hatiku. Namun selanjutnya Riri seakan tersadar dengan sikapku yang berbeda dari biasanya.

"Kali ini berbeda, Ri," kataku. "Kisah kita berakhir. Kalau versi lagunya, berakhir di Januari kata Glen Fredly hehe," lanjutku dengan mengukir senyum miris. Tapi siapa yang akan tidak akan sedih ketika melihat senyum itu diiringi dengan bulir air mata?

Riri memelukku detik itu juga. Bahuku bergetar semakin tak karuan. Seandainya saja saat ini aku berada di kamarku, aku pasti sudah membekap mulutku dengan bantal untuk menelan jeritanku dalam tangis—seperti tadi pagi.

Riri menepuk pundakku dan melempaskan pelukannya. "Tapi entah kenapa, aku malah mendukung keputusanmu. Untuk apa kau menghabiskan waktu dengan orang seperti dia?"

"Tapi dia adalah tempatku berbagi segalanya. Kau tahu sendiri kan bagaimana dekatnya kami berdua?" aku berusaha membela diriku dan dirinya.

"Tapi dia tidak mau bertemu denganmu. Sahabat macam apa itu?" aku terlonjak dengan kemarahannya. "Lihat aku yang benar-benar ada di hadapanmu sekarang. Saat kau sedih seperti ini, aku memberikanmu pelukan, menghiburmu sebisaku. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Hanya melalui percakapan di chat sialan itu apa kau mendapat ketenangan? Apa kau tidak berharap dia hadir dalam kehidupanmu yang sebernarnya?"

Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Sesungguhnya memang itu semualah yang aku inginkan. Aku tak pernah berhenti berharap kalau aku akan bisa bertemu dengannya dan mengenalnya lebih jauh lagi.

"Harusnya kau sadar dari dulu sebelum rasa sayang ini muncul, Ann. Dia tidak mau bertemu denganmu yang berarti dia tidak ingin menjadi sahabat yang sebenarnya bagimu. Coba saja kau bisa berpikir sesimpel itu, hubungan kalian pasti takkan pernah sejauh ini dan kau juga takkan merasa kehilangan sebanyak ini,"

Riri benar. Hubungan yang kita jalani selama ini sama halnya dengan dusta belaka yang tidak berarti. Dalam harap aku berpikir andai yang dulu kita punya adalah nyata adanya, mungkinkah akan berakhir seperti ini?

Aku tak pernah lupa bagaimana nyanyian merdumu menidurkanku di kala mataku menolak untuk tidur.

Aku tak pernah lupa bagaimana hangat sapamu memberiku senyum sejuta warna.

Aku tak takkan lupa, tak terpikir sekalipun melupakanmu yang telah memberiku perasaan menyayangi.

Namun aku harus meninggalkan mimpi-mimpi yang pernah kurajut dan juga doa-doa permohonan yang dulu selalu kupanjatkan. Sebab tak ada satupun yang berarti untukmu.

_

Suatu pagi aku terbangun dengan memori yang masih lekat tentangmu, lalu aku berpikir andai saja pagi ini aku bisa terbangun dengan ingatan yang hilang. Aku akan melupakan segala kenangan yang kita rajut. Karena sejauh apapun aku menyangkal, aku di sini merindukanmu, berharapa perpisahan kita hanya sebuah mimpi buruk. Karena kau harus tahu, aku tidak baik-baik saja setelah kata 'selamat tinggal' itu memisahkan kita.

End

^

Hai,

Hmm ... sedikit curhat, cerita ini terinspirasi dari kisah gue sendiri. Tapi bukan kisah sama mantan atau cowok yang gue suka atau sejenisnya. Ini cuma pelampiasan sedih gue karena gue kehilangan IBF (Internet Bestfriend) gue Januari lalu. Iya, dia memang cowok sih, tapi gue memang nganggep dia banger sebagai teman baik gue. Sayangnya semuanya udah end. Berakhir mengenaskan dan gue belum bisa lupa sama dia sampe sekarang. Sedih elah. Oh iya, selama masa sedih-sedih gue, Amnesia dari 5SOS adalah playlist gue dimana gue berharap banget bisa lupa sama tuh orang.

Dan selalu tidak lupa, big thanks buat yang udah mau baca. Jangan bosan-bosan yaaa ..


Best regards

Anna

Short StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora