Sweet Romance

1.8K 106 1
                                    

"Ada senandung di dalam jiwaku. Senandung yang telah berulang kali kutulis. Dan kini aku siap menyanyikannya." Alvin melangkah pelan menuju balkon. Dililitkannya kedua lengannya di perut gadis yang berdiri di sana. Deru napasnya teratur dan pelan saat kepalanya menyusup di leher gadis itu. "Aku siap menyanyikannya, Sayang," ucapnya lagi dalam kalbu cinta yang membuncah. Pria itu tak tahu harus berkata apa lagi sekarang. Ia begitu bahagia karena pada akhirnya ia akan memiliki gadis itu selamanya. Ia tidak akan sungkan lagi mengklaim gadis itu sebagai wanitanya. Miliknya.


"Oh ya? Boleh aku mendengarkannya sekarang?" gadis itu berbalik seketika, menatap pria yang sekarang berhadapan dengannya penuh harap. Tapi sayangnya Alvin menggeleng, membuat gadis itu memberengut kesal. Sepasang bibirnya mengerucut dan memandang sinis si pria. "Katamu kau siap menyanyikannya. Lalu pada siapa kau akan bernyanyi? Pada gadis-gadis yang menamai diri mereka Alvin Loversitu, hah?Kau lebih mencintai fans-mu dariku?Huh, tega sekali."

Alvin tak kuasa menahan tawa mendengar kemarahan gadisnya itu. Yang benar saja, Anna cemburu pada ribuan gadis di luar sana. Ini bukan gaya Anna-nya tentu saja. Meski gadis itu cemburu, ia pasti akan pura-pura tak peduli. Tapi kini apa? Gadisnya dengan jelas marah.Hahh ... andai saja Anna tahu betapa bahagianya Alvin melihat tingkahnya saat ini.

"Ya, aku akan menyanyikannya pertama kali untuk penggemarku. Kau puas, Ann?" seringai membingkai bibirnya saat mengucapkannya. Lalu pria itu bergegas begitu saja meninggalkan Anna dalam mood buruknya.

"Baiklah, pergilah ... bernyanyilah untuk fans-fans-mu itu. Hari ini juga pernikahan kita batal. Aku tak mau menikah denganmu!" Anna menjerit seraya menghentakkan sepatunya di lantai. Gaun putihnya bergoyang tersapu angin. Sementara dari balik pintu terdengar tawa Alvin setelah meneriakkan tiga kata yang menambah kekesalan Anna. 'Batalkan jika bisa!' kalau tidak salah itu yang samar-samar terdengar.

_

Anna berjalan dalam kegugupan luar biasa. Hari ini sungguh tak pernah diduganya akan terjadi. Benar-benar suatu keajaiban saat Tuhan memberikannya kesempatan luar biasa ini. Menikah dengan orang yang sangat kita cintai, bukankah itu hal yang paling diimpikan setiap wanita?Dan Anna mendapatkannya hari ini. Benar-benar kado paling indah dalam hidupnya.

Tatapannya tak pernah lepas dari punggung pria yang berdiri di altar. Pria yang akan menjadi orang yang pertama kali dilihatnya di kala bangun dan yang terakhir dilihatnya di malam hari. Pria yang akan menemani sarapannya di pagi hari, pria yang akan memberikannya anak-anak yang lucu. Pria yang juga akan menemaninya hingga rambut mereka berdua memutih. Ah, alangkah menyenangkannya membayangkannya.

Tapi, sungguh calon suaminya benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan wanita. Lihat saja, pria itu bahkan tak berbalik. Seharusnya kan dia berbalik dan memperhatikan pengantinnya dengan penuh kekaguman—hingga lupa berkedip. Setidaknya, itu yang biasa ditayangkan di drama-drama. Bukan pria yang memamerkan punggungnya di saat memplainya dalam kegugupan luar biasa. Bahkan kini tangannya bergetar dan basah oleh keringat.

"Kenapa pengantinku jelek sekali?" Alvin mengeluarkan smirk-nya diiringi pertanyaan yang akan membuat kesal siapapun yang jadi pengantin wanita.

"Kenapa? Menyesal menikah denganku?" Anna menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari pendeta yang akan memberkati mereka. Sungguh, ia benar-benar ingin membunuh seseorang sekarang. Siapa lagi kalau bukan pria di sampingnya.

"Kalau kau ingin membatalkannya, sekarang masih belum terlambat." Katanya lagi dengan nada pasti. Ia sudah tak sabar lagi. Dari tadi pagi tak ada satupun hal yang menyenangkan yang ia dapat dari calon suaminya sendiri. Kata sahabat-sahabatnya, wanita yang akan menikah akan berbinar-binar dan bahagia. Tapi kenapa dengannya justru terbalik?

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang