Part 17

45.4K 2.6K 38
                                    

Seruni POV

Ini hari kedua aku ditinggal oleh suamiku tersayang, tadi pagi kami sudah menghabiskan satu jam untuk bertelepon ria. Maka, untuk menghindari suntuk dn rindu aku duduk di ruang TV menghabiskan waktuku menonton acara masak-masak bersama Ibu.

"Nduk coba deh sekali-kali buat kue kayak gitu, Ibu kurang ahli kalau buat kue,"seru Ibu sambil melihat acara TV yang menampilkan cara membuat cake red velvet. Aku memang lumayan dalam hal bikin kue, dulu pernah aku buat kue itu tapi gagal rasanya jadi gak karuan.

"Nanti Seruni coba deh Bu, soalnya dulu pernah buat tapi gagal."

"Buat sekarang aja Nduk!" sepertinya Ibu sangat menginginkan cale red velvet tersebut, jangan-jangan Ibu ngidam lagi!!

"Ibu gak lagi ngidam kan?!" aku melihat Ibu horror tak terbayang di usiaku yang akan menginjak 23 tahun akan memiliki adik!!!

PLETAK!!

"Kalau ngomong mbok ya di pikir toh Nduk? Yang harusnya bunting itu kamu bukan Ibu," dengan tidak berdosanya Ibu mengetok kepalaku sambil mendumel dan jangan lupa mata Ibu yang melotot tak terima.

"Ya habisnya Ibu tuh ngebet banget kayak orang ngidam aja," aku mengelus-elus pelan bekas getokan Ibu tadi. Benjol nih jangan-jangan.

"Ibu Cuma kepengen aja Nduk, lagian nih ya kalau ini permintaan terakhir Ibu..." aku langsung memeluk Ibu memotong ucapan Ibu yang sangat tidak enak untuk di dengar.

"Ibu gak boleh ngomong gitu, iya nanti Seruni buatin sekarang kita pergi beli bahan-bahannya dulu Bu terutama buah bitnya," ujarku lembut sambil masih tetap memeluk Ibu rasanya begitu nyaman. Ibu juga membelai pelan kepalaku yang tidak tertutup kerudung karena memang kami hanya berdua saja di rumah.

"Iya Ibu ganti baju dulu deh kalau gitu," Ibu mengurai peukan kami dan beranjak dari duduknya, aku memperhatikan punggung perempuan yang sudah membesarkan aku dengan penuh kasih sayang walaupun bukan beliau yang melahirkan aku. Aku begitu mencintai beliau.

∞∞∞

"Bu emangnya Bapak pulang jam berapa?" aku bertanya dengan sedikit keras berusaha menyaingi bunyi bising dari alat mixer yang sedang aku pegang, aku sedang mengocok cream cheese. "Habis magrib Nduk," sedangkan Ibu sedang sibuk membuat es cincau, katanya suasana panas gini enaknya minum es cincau.

"Emang Bapak kemana sih Bu? Gak biasanya pulang magrib gitu?" sekarang aku sudah memasukkan adonan ke dalam loyang. "Bapak pergi mencari info tentang keberadaan Mbak-mu Nduk," aku ikut bergabung bersama Ibu yang duduk di meja makan sambil menunggu kue yang di dalam oven matang.

"Kok Bapak gak bilang sama Seruni? Seruni kan bisa bantu cari Bu," aku menerima segelas es cincau yang diberikan Ibu.

"Bapak gak mau merepotkan kamu Nduk, lagi pula Bapak sudah tau Mbak-mu dimana. Sekarang Bapak lagi jemput Mbak-mu," cerita Ibu sambil mengaduk-aduk es cincaunya tak semangat. Aku merasa bersalah, secara tidak langsung aku yang membuat Mbak Imel kabur dari rumah.

"Ibu jangan sedih gitu dong," aku menggenggam tangan Ibu lembut dan memberikan senyum terbaikku kepada Ibu. "Maafkan sikap Mbak-mu ya Nduk," Ibu memelukku sambil menangis, aku dengar suara isakan yang coba di tahan Ibu.

"Seruni juga minta maaf karena Seruni Mbak Imel jadi pergi dari rumah," aku mengelus pelan punggung Ibu, suara tangis Ibu sudah mulai mereda.

"Aduh ini kenapa nangis-nangis begini? Sampe Bapak pulang gak ada yang denger?" tiba-tiba saja Bapak datang dan menyela adekan mellow aku dan Ibu.

"Loh katanya pulang habis magrib Pak?" tanya Ibu begitu sudah berhasil menghentikan tangisnya dan menghapus sisa air mata di pipinya. "Imel ada Surabaya rencananya lusa Bapak mau kesana," ujar Bapak sambil memijat kepalanya pelan, Bapak sudah ikut bergabung dengan aku dan Ibu di meja makan.

"Seruni buatkan teh ya Pak," tawarku yang di angguki oleh Bapak, aku bangkit untuk membuat teh tawar hangat untuk Bapak. Aku masih dapat mendengar pembicaraan Bapak dan Ibu.

"Ibu ikut ya Pak?" mohon Ibu kepada Bapak yang langsung di iya kan Bapak. Sebenarnya aku ingin ikut juga menjemput Mbak Imel, namun aku tak mau keadaan semakin runyam kalau aku ikut.

"Ini Pak tehnya."

Bapak menyesap tehnya perlahan, terlihat sekali kalau bapak merasa lelah. Mungkin belakangan ini Bapak fokus mencari Mbak Imel.

"Memang Bapak dapat info darimana kalau Mbak Imel ada di Surabaya?" aku memperhatikan Bapak, menunggu jawaban yang keluar dari bibir Bapak atas pertanyaanku. Begitupula dengan Ibu yang terlihat penasaran.

"Bapak tanya sama temen-temennya Imel yang di Jakarta, Bapak sudah tebak sih kalau Mbak-mu itu pulang ke Surabaya," jawab Bapak yang terlihat santai, sebenernya masuk akal apa yang Bapak bilang. Karena sebelumnya memang Mbak Imel tinggal di Surabaya.

"Pak Bu Seruni mau lihat kue dulu ya," pamitku untuk melihat kue buatanku, memberikan ruang untuk Bapak dan Ibu membahas tentang Mbak Imel. Jujur semenjak semua kebenaran terungkap aku sedikit canggung jika Bapak dan Ibu membicarakan Mbak Imel di depanku.

Ada rasa iri dan rindu ingin di perhatikan oleh orang tua kandungku, aku selalu berdo'a dimanapun mereka berada semoga mereka diberi kesehatan dan kemudahan serta selalu dalam lindungan-Nya.

"Nduk kuenya bawa kesini ya, biar Bapak cicip juga," perkataan Ibu membuyarkan lamunanku yang sudah kemana-mana, bahkan sambil melamun aku sudah bisa memotong dan menghias kue-ku. Ajaib sekali aku ini.

Darsono POV

"Ayo silahkan masuk Om Tante, anggap saja rumah sendiri," aku mempersilahkan kedua orang paruh baya yang baru saja sampai di Jakarta bersamaku. Iya, aku sudah kembali ke Jakarta lebih awal dari yang aku rencanakan. Aku ingin membuat kejutan untuk istriku yang cantik itu.

"Sebentar saya ambilkan minum," aku membuat sirup dengan kilat, karena tak enak meninggalankan mereka sendirian.

"Ini diminum dulu," jujur aku masih sangat canggung dengan kedua mertuaku ini, yah mereka adalah orang tua kandung Seruni. Aku berhasil meyakinkan mereka dan membawa mereka ke Jakarta untuk menemui keluarga mereka.

Saking canggungnya aku masih memanggil mereka dengan Om dan Tante.

To Be Continue....

Maaf ya pendek, tolong jangan ada yang komen menanyakan kok pendek, panjangin dikit dong, atau yang berhubungan dengan panjang atau pendek. Karena ini memang PORSI MENULIS saya.

Jangan lupa Votmennya~




Mas Darsono?! (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang