Hai ketemu lagi nih sama aku, bosen ya nungguin cerita ini? Ceritanya absurd banget nih hihihi.....
Aku duduk sambil menikmati sarapan yang Ibu buat bersama dengan Ibu, Ayah dan Kak Imel. Selera makanku sedang tak baik akhir-akhir ini.
"Nanti kamu jangan pulang sore-sore Ni, kita akan makan malam sama Nak Darsono," peringat Ibu kepadaku yang langsung membuatku tambah malas untuk makan. "Iya," aku hanya mengangguk malas. Bagaimanapun aku tetap tak akan bisa merubah keputusan Ibu dan Bapak.
Ting tong
Suara bel rumah berbunyi, "buka sana pintunya Ni!" perintah Kak Imel seenaknya saja, dengan malas-malasan aku berjalan ke arah pintu depan. "Assalamu'alaikum..." sapa seorang pria yang menurutku manis dan terkesan sopan di depan pintu saat aku membuka pintu.
"Wa'alaikumsallam, mencari siapa ya Mas?" tanyaku dengan nada suara yang aku buat sesopan mungkin.
"Mas Ray!" tiba-tiba seruan Mbak Imel mengintrupsi percakapanku dan mas-mas yang ada di hadapanku. Mas yang ternyata bernama Ray ini tersenyum begitu melihat Kak Imel yang datang menghampiri kemari.
"Awas kamu Ni! Mas ayo masuk," dengan enaknya Kak Imel mengusirku menjauh dan menarik Mas Ray itu masuk, mereka langsung melenggang kea rah ruang makan. "Pasti calonnya Kak Imel," ujarku lesu.
"Udah mau pergi Ni?" tanya Bapak saat aku mengambil tas yang aku tinggal di kursiku tadi.
"Iya Pak," aku menyalami Bapak dan Ibu untuk berpamitan. Aku sama sekali tak berpamitan dengan Kak Imel yang asyik mesra-mesraan dengan Mas Ray.
Aku memacu mobilku dengan kecepatan sedang, hari ini aku ada kelas dengan dosen Aji. Mengingat dosen Aji membuatku sedikit kesal, tetapi apa yang dilakukannya dengan menghukumku memang benar. Baiklah, tadi malam aku sudah berjanji akan mencoba menjalankan kehidupan ini.
"Hampir aja kamu telat Ni," ujar Ike saat aku mendudukkan pantatku di sebelahnya, aku melihat ke arah depan kelas yang sudah berdiri dosen Aji. Aku menghembuskan napas lega karena aku tak terlambat masuk, bisa-bisa aku diberi nilai E oleh dosen Aji karena berbuat kesalahan lagi.
Aku mengikuti pelajaran dosen Aji dengan hati setengah-setengah namun, aku sama sekali tak melamun. Kalau aku ketawan melamun lagi bisa mampus aku. "Seruni kamu keruangan saya!" perintah dosen Aji saat aku melewatinya saat akan keluar kelas. Semua mahasiswa yang masih tersisa memandang kami ingin tahu.
Bahkan, yang perempuan sudah menatapku garang. Mereka iri melihatku di panggil ke neraka rupanya, cibirku didalam hati.
∞
"Saya minta tolong kamu untuk menjadi asisten saya," pinta dosen Aji saat aku sudah duduk manis didepan meja dosen Aji. Aku membulatkan mataku kaget, salah makan obat kayaknya nih dosen muda.
"Saya?" tanyaku bingung dan ling-lung.
"Iya kamu, walaupun kamu sempat melakukan kesalahan. Namun, nilai kamu bagus-bagus dan saya yakin kamu bisa membantu saya," jawab dosen Aji mantab.
"Jadi bagaimana?" dosen Aji meminta kesediaanku untuk menjadi asitennya. Dengan berat hati aku mengiyakan permintaan dosen Aji. Pasti aku akan sering berkunjung kedalam neraka, rutukku didalam hati.
"Hmmm apa kamu punya kesibukan setelah ini?" dosen Aji bertanya dengan nada ragu-ragu. Aku menggelengkan kepalaku pelan. "Bagaimana kalau makan siang bersama?" tawarnya hati-hati.
Aku cukup shock dibuatnya, sejak kapan dosen berhati dingin ini jadi sok dekat denganku begini. Aku bergidik ngeri membayangkan pasti aka nada banyak mahasiswi kampus yang akan menyerangku jika aku ketangkap basah pergi dengan dosen Aji.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Darsono?! (Dreame)
SpiritualSebelumnya saya mau minta maaf atas kesamaan nama dan karakter tokoh yang tidak disengaja serta mungkin ada kata-kata yang sedikit tidak sopan dan menyinggung pembaca. ...