1. Aku Nayla

51.9K 1.4K 47
                                    

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA

***

Nayla adalah nama panggilanku, Nay juga nama panggilan, tapi ke tiga temanku memiliki julakan tersendiri untuku, yaitu ALI atau anak liar. Aku tidak keberatan, karena nama itu hanya di ucapkan tidak di bawa-bawa.

Oke, perkenalkan nama panjangku Nayla Arya Rojali. Anaknya Bapak Arya, cucunya Engkong Rojali, keponakannya Mamang Rian, adiknya Kakak Nadya yang paling cantik. Sudah ya, nanti kalian akan kenal tanpa harus aku perkenalkan.

Sebagai remaja yang belum sepenuhnya remaja, aku memilik hobi yang sedikit berbeda. Yaitu menyalakan petasan di berbagai sudut sekolah, ya mungkin karena aku tidak terlalu suka dengan suasana hening yang melingkupi sekolah saat jam pelajaran. Sesekali berdisko boleh lah, tidak ada yang melarang paling hanya sedikit omelan.

"Nayla... bangun, Bebeh sama Bunda nungguin kamu tuh di bawah." Ujar kakak cantikku itu, ya tidak usah di ceritakan lah, kami sunggu berbeda. Kak Nadya adalah seorang gadis remaja yang semakin hari semakin cantik, dengan sikapnya yang seperti gadis biasanya membuat banyak pria mempel padanya.

Sedangkan aku, sunggu tidak bisa di bayangkan. Semakin hari semakin malas mandi, dan berakhir dengan hanya sikat gigi lalu mencuci muka, hanya itu. Tidak ada parfume atau bedak, bukan karena aku tidak punya uang untuk membelinya, hanya saja aku bukan gadis yang rajin pakai sesuatu yang merepotkan itu.

Aku dan kakakku itu hanya terpaut usia 2 tahun, kak Nadya menempati kelas 3 SMA sedangkan aku baru saja di tingkat pertama. Anak baru ceritanya.

"Iya." Jawabku malas, rasanya begitu malas membuka mata. Ini hari minggu, hari dimana tidak ada matematika pelajaran yang membuat otakku keluar asap, tapi tetap terasa mengesalkan saat diharusnya bagun pagi. 

"Jangan iya aja, bangun atau Kakak yang tidur?" pertanyaan itu sontak membuatku tertawa, ada-ada saja si Nadya ini, untuk dia kakakku. Dengan malas aku mengangkat tubuhku, lalu perlahan berjalan menuju kamar mandi, biarpun tidak mandi yang penting aku sudah gosok gigi dan cuci muka.

Tidak butuh waktu lama, setelah kegiatan pagiku di kamar mandi selesai aku segera turun untuk sarapan bersama keluargaku.

"Lama banget, mandi mah kaga." Komentar bebehku alias Bapak Arya, sedangkan aku hanya bisa mendengus kesal. Minta banget di gesperin nih aki-aki.

Aku memilih tidak menanggapi ocehan Bebeh, dan lebih memilih mengambil dua lembar roti serta selai coklat kesukaanku.

Aku mengunyahnya dengan perlahan, sembari mendengarkan celotehan burung Beo peliharaan Bebeh, ya Ayahku memang pecinta binatang, dia memiliki beberapa burung serta ikan yang dia pelihara di kolam belakang rumah.

"Nanti ke rumah Engkong ya Nay, bawain makanan Mbak Ipah gak dateng hari ini." Beritau Bunda, siplah mulai hari ini, hari minggu bukanlah hari yang menyenangkan.

Setelah sarapan, aku membawakan nasi serta lauk pauknya untuk Engkong tersayang, dengan menaiki Jeki, motor kesayanganku yang selalu sabar walau berapa kali tidak sengaja aku tabrakan ke lubang-lubang mengesalkan di jalan.

Aku segera meluncur menuju rumah si Engkong. Tidak begitu jauh, engkongku tinggal di perkampungan belakang komplek rumahku, bukannya apa-apa si Engkong tidak mau tinggal di komplek karena sepi katanya, gak tau aja kalau cucu tercintanya ini suka bikin rame komplek dengan suara merdu ledakan petasan.

Tin...tin...

Suara klakson si Jeki membuat pria tua yang sedang duduk santai di teras rumah itu terjingkat kaget, mau ketawa takut dosa. Akhirnya aku hanya bisa mengunci bibirku rapat-rapat.

MELLIFLUOUS (Jaemin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang