4. The Bad Day

16.4K 703 24
                                    

Nayla menghembuskan napasnya pelan, jam sudah menujukan pukul 5 sore, dan Agam belum juga sampai. Laki-laki itu bilang sudah di jalan, tapi memang seberapa jauh rumahnya sampai sudah 1 jam dia menunggu laki-laki itu tidak juga sampai.

"Luntur dah bedak gua." gerutunya pelan, dia juga sudah sedari tadi berdandan, walau cuma bisa memakai cc cream serta liptin. Itu saja sebenarnya sudah membuatnya begitu bangga.

Karena biasanya kalau di hari sabtu dan minggu dia hanya akan mandi sekali, dan itupun malam hari saat mau tidur. "Nayla, Agam nyariin tuh." teriakan sang Ibu membuat gadis itu segera meraih sling bag yang tergantung di pintu.

"Iya Bun, sebentar." teriaknya menjawab teriakan sang Ibu.

Dengan mencangkol tasnya di bahu, gadis itu berlari kecil menuruni tangga, dan akhirnya mereka bisa juga keluar berdua. Inilah yang Nayla tunggu sedari mereka kecil.

Senyumnya merekah saat melihat sang pujaan hati berdiri di ambang pintu rumahnya dengan sang ibu yang menemani. "Lama deh, Agam udah capek tuh." komentar sang Ibu yang membuatnya mencebik kesal.

"Yaudah Tante, kita pergi dulu."

"Pergi ya Bun." kedua anak itu mencium punggung tangan sang Ibu bergantian.

"Hati-hati ya, titip Nay ya Gam, kalau nakal iket aja di tiang."  pesan sang ibu pada  Agam yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan pelan.

"Emangnya aku kambing." perotes gadis itu tak terima, yang langsung di hadiahi tepukan pelan di punggung oleh sang Ibu.

"Helm." ujar pria itu seraya mengangsurkan satu buah helm berwarna kuning pada Nayla. 

"Di pakein orangmah biar romantis." gerutunya tapi masih mengambil juga helm dari tangan Agam.

"Banyak maunya deh." komplen Agam tak mau kalah, wajah pria itu juga terlihat begitu tertekan dan ya, Nayla tau kalau  pria itu tentu saja terpaksa.

Selama perjalanan menuju Mall yang akan mereka kunjungi, tidak ada pembicaraan, Agam diam dan Nayla juga tidak ingin bicara. Gadis itu tau kalau Agam memakai handset di telinga, yang ada nanti dia seperti orang bodoh.

Apa memang selama ini, Agam hanya menganggapnya seperti orang bodoh ya?

Perjalanan hanya memakan waktu 15 menit, tidak jauh memang. "Kita mau ke mana dulu? makan dulu aja gimana? aku gak sempet makan tadi." ajaknya seraya melingkarkan lengannya di lengan Agam, yang dengan begitu sopan pria itu tepis.

"Yaudah makan aja, lu gak minta yang lain lagikan?"

"Eum, mau nonton juga, masa udah sampe sini gak mau nonton, ada film baru loh, Susana katanya seru." terangnya antusias, yang tentu tidak di tanggapi oleh pria itu.

"Ayo mau makan apa?" Agam mulai tak sabaran ternyata, apa setidak menyenangkan itu pergi bersamanya.

"Sushi?"

"Oke." jawabannya begitu singkat, Agam bahkan berjalan mendahuluinya.

Mereka mengambil duduk di bagian depan restoran, yang bisa terlihat dari berbagai arah mall. Agam memesan berapa makanan yang ada di buku menu,  tidak lupa memesankannya lemonade juga.

Kalau sudah seperti ini, entah  kenapa Nayla merasa masih ada sedikit alasan. "Habis ini nonton ya, please." pintanya begitu mengiba, jarang jarangkan mereka pergi berdua seperti ini.

"Kemaleman nanti Nay." alasannya, dia memang hanya tidak ingin saja terlalu lama berduaan dengan gadis bawel di hadapannya itu.

"Tapikan besok masih hari minggu, ayolah." gadis itu masih belum juga menyerah. Dengan kedua tangan di dada, dia menatap datar gadis yang masih emberikan tatapan memohonnya itu.

MELLIFLUOUS (Jaemin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang