Bagian 5

447 35 4
                                    

   "Hmm, benar kan dugaanku! Robot ini ada di sini! Hahaha!" Ujar seorang laki-laki berperawakan tinggi yang tiba-tiba masuk tanpa permisi. Ia mengagetkanku dengan teriakan gigantisnya itu.

   "Hah, robot?! Robot apa? Tidak ada robot disini!"

   "Ya kamu itu robotnya, nona. Hahahahah.. Ya ampun.."

   "Hah kamu apa-apa an sih? Pergi sana!" Ujarku ketus.

   "Apa? Kamu ngusir aku? Eh kamu murid baru ya? Aduh udah deh, kelamaan kalau harus adu mulut gini. Kamu bawa topi kan? Ayo ikut aku keluar, cepetan!"

   Sial. Laki-laki itu mengeluarkan jurus ampuhnya. 'Anak baru'. Oke, nampaknya aku harus mengikuti keinginannya.

   "Topi apa?"

   "Topi petani," Katanya sambil memutar kedua bola matanya. "Ya topi sekolah lah, kamu bawa kan? Ayo cepetan!" Ujarnya sambil berjalan keluar kelas.

   Aku mengambil topiku yang sudah disiapkan Fahri di dalam tas. Lalu aku menghampiri laki-laki yang belum ku ketahui namanya itu dan pergi keluar kelas mengikutinya.

   "Kita mau kemana?"

   Dia tak menghiraukanku dan tetap berjalan dengan cepat di depanku. Aku sedikit kewalahan mengikuti langkahnya.

   "Hei! Kita mau kemana??" Kali ini aku sedikit berteriak hingga Ia pun berhenti, berbalik arah padaku dan mendekat tepat di depan badanku dengan jarak sekitar lima puluh senti meter. Dengan matanya yang tajam dan alis yang dikerutkan itu, Ia menatapku penuh arti. Wajah laki-laki ini juga seperti tak asing bagiku. Rasanya aku pernah menemuinya, tapi entah di mana. Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum bebicara, sepertinya menahan amarah padaku. Shit. Manusia ini sulit ditebak.

   "Kamu.. Kamu ingat tidak ini hari apa?"

   "Ini hari Senin, memangnya kenapa?" Balasku.

   "Hari Senin itu waktunya apa?" Ia menjawab tak kalah ketusnya denganku.

   "Waktunya.. waktunya.. ya waktunya sekolah lah! Apaan sih kamu? Kamu mau ngejebak aku ya?"

   "Kamu pernah sekolah kan sebelumnya? Hari Senin itu waktunya upacara!"

   Dheg!

   Lututku melemas saat itu juga. Bisa-bisanya aku lupa bahwa hari Senin itu ada upacara bendera di sekolah negeri seperti ini.

   "A.. a.. aku..."

   "Udah ayo cepetan, kita udah telat ini. Kamu mau dihukum membentuk barisan sendiri?" Kali ini Ia berlari, akupun sontak mengikutinya.

***

   Aku kaget bukan kepalang ketika mendapati ratusan siswa berseragam putih abu-abu telah berbaris rapi di lapangan. Bagaimana bisa aku amat bodoh hingga melewatkan upacara ini?

   Memang penyesalan selalu datang terlambat. Seorang guru yang menyadari kehadiran kami berdua telah mengisyaratkan kami untuk membentuk barisan sendiri di samping tiang bendera.

   Tak ayal ratusan pasang mata tertuju kepada kami, terutama padaku, si mahluk baru di sekolah ini yang datang terlambat di hari pertama sekolahnya.

   Ternyata upacara baru saja dimulai, mungkin aku hanya lima menit terlambat. Ketika upacara sudah berjalan sepuluh menit, manusia aneh yang berdiri di sampingku ini mulai berbicara dengan berbisik.

   "Hei nona robot, kamu capek nggak?"

   "Nggak." Aku menjawab singkat. 

   "Panas ya? Kalau panas, sini agak mepet ke aku dikit, siapa tau kamu bisa kena teduh." Lucu sekali, dia berucap seperti itu namun dengan kepala tetap menghadap ke depan. Sepertiya Ia berusaha agar tidak dimarahi guru karena terlalu banyak bicara.

LATENTWhere stories live. Discover now