VII - Tama

4.6K 391 2
                                    

"Come on, dude. The night is still young!"

"I can't," jawaban standar ini selalu keluar dari mulut gue untuk kesekian kalinya menolak ajakan Liam, sahabat gue sejak masuk college

"Yeah yeah yeah, not buying it anymore," ucapnya dengan aksen Irlandia kental, "Kita enggak akan ke pub. Ada festival musik yang cukup menjanjikan malam ini di Belvedere,"

"Are you drunk yet? No weekend pub is something, but Belvedere is clearly another story," tanya gue dengan gak yakin kepada "tamu" yang langsung mengambil tempat duduk di sofa dekat perapian. Bukan berarti gue keberatan dengan sikapnya itu.

"Festival musik malam ini bakal ramai, dan penampilnya cukup menjanjikan buat penyuka pop rock dan sejenisnya. Okelah sebagai selingan malam minggu,"

"Gue ada kerjaan, lagipula gue eggak terlalu suka tempat ramai,"

"Selalu menolak ajakan sejak pertama kita kenal. 6 times hangout for our 6 years relationship. How sad are we," ucapnya dengan wajah sok sedih

Sebelum gue bisa membalas dengan ucapan apapun, bel berbunyi dengan cukup gaduh. Senyum menyebalkan di wajah Liam membuat gue merasa ada yang salah dengan tamu yang akan gue hadapi.

Benar saja. Wajah ketiga teman college gue yang mengeluarkan senyum sama menyebalkannya dengan Liam adalah wajah-wajah yang gue lihat di depan pintu. Mengenakan pakaian yang cukup tebal, lengkap dengan slayer dan jaket.

"Why are you not ready yet?" ucap salah satu dari mereka

"I'm not going, Scott," jawab gue sambil membuka pintu lebih lebar untuk membiarkan mereka masuk

"Tonight will be great,"

"I bring a car, doesn't need to wait for bus and get cold,"

"No more reason for tonight," ucap Liam melengkapi kalimat Kev dan Greg

Dengan menyerah gue ikut mereka menuju festival musik. Mengganti pakaian supaya cukup layak, lengkap dengan jaket dan slayer.

Setelah perjalanan yang cukup menyebalkan, karena gue diledek habis-habisan oleh "kawan-kawan yang sangat setia", kami sampai di tempat festival. Belvedere House and Gardens.

Right, House and Gardens.

Gue cukup kaget dengan suasananya saat ini. Suasana malam musim gugur disini biasanya selalu berbau romantisme, tapi sekarang tidak ada jejak-jejak itu. Panggungnya dilengkapi dengan cahaya lampu-lampu laser yang menambah heboh penampilan dari penyanyi dan band yang tampil.

Hanya gue dan Liam yang menonton di dekat panggung. Kev dan Scott sudah terlihat asik mingle dengan perempuan-perempuan di dekat kami, sedangkan Greg menuju stand makanan begitu turun mobil tadi.

Setelah cukup lelah menonton, gue pamit menyusul Greg. Liam bergabung dengan Kev dan Scott.

Gue menyusuri stand penjual makanan, tapi enggak menemukan Greg. Bisa jadi selisih jalan atau mungkin dia menemukan "kawanan baru" seperti Kev dan Scott tadi. Akhirnya gue membeli secangkir Irish Coffee.

Harum yang dibawa uap panas kopi di tangan gue menjadi teman menikmati penampilan band indie. Gue menonton dari tepi keramaian, sambil duduk di salah satu kursi taman. Di sebelah gue duduk seorang lelaki yang terlihat lebih tua beberapa tahun dengan gue.

Ia tampak tersenyum melihat ke arah kerumunan di dekat kami. Jari manis tangan kirinya dihiasi cincin.

"I am newly married.The women right there is my wife," ucapnya dengan bangga sambil menunjuk salah satu perempuan yang sedang menari bersama teman-teman perempuannya

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang