11:11; on going

→ 03:03

l i m a

"Lou," Louis yang sedang menonton film di laptop yang ia bawa tadi menggumam samar, pandangannya tetap fokus pada film di hadapannya. "Lou, ih rese, nonton apaan sih? bokep 'kan?"

"he'eh," angguk Louis tanpa berdosa, Savannah yang tampak gemas– pun bangkit dari tidurnya, mencoba mengintip apa yang sedari tadi menarik seluruh perhatian Louis. "ya ampun ih, Louis! emang masih jaman film blues clues? kamu mah ada-ada aja, Lou."

"gua belum puber, Sav."

"jorok, emang Louis udah sunat?"

Louis menekan tombol pause di laptopnya, lalu menoleh menatap Savannah yang memandangnya dengan tatapan polos. wah, kurang ajar nih cewek, ngetes gua apa gimana, entar sekali di gengbeng ngejerit. eh astaghfirullah maapin Louis ya Allah.

"kenapa sih liat-liat gitu? gapernah liat bidadari nanya pertanyaan mesum, ya?"

Louis menggeleng, lalu ia pun berdiri, memegang resleting celananya dengan tatapan polos yang tak kalah dari Savannah. "bukan gitu, Sav. kalo lu mau liat buktinya gua udah sunat apa belom, gua siap kok ngebukaiin. nih mau ih?"

Sebelum Savannah berteriak– oh mungkin lebih tepatnya menjerit tidak karuan, terdengar suara dorongan pintu pada rumah sakit, seorang dokter dengan jas berwarna putih dengan name tag 'Niall Horan' memandang kedua remaja itu dengan tatapan canggung, bagaimana tidak? Savannah yang menganga dan tangan Louis yang ada di resleting celananya.

Ia berdehem. "Bagaimana Ms. Anderson keadaan anda?"

Savannah tersenyum mengatakan kalau ia baik-baik saja, sejauh ini belum ada gangguan yang berarti. "Baiklah, operasi mungkin bisa dijalankan dalam waktu beberapa jam ke depan Ms. Anderson, tolong jaga stamina dan jangan sampai anda setres," matanya beralih kepada Louis. "Perlu saya ingatkan, ini adalah rumah sakit."

Setelah mengucapkan hal tersebut, dokter yang umurnya cukup muda itu pergi meninggalkan Louis dan Savannah yang saling pandang dalam diam, lalu pecah dalam tawa besar.

"Ya Tuhan, kalo ntu dokter liat mungkin nafsu juga kali ya, Sav?"