Dua

4.5K 280 48
                                    

Tarik napas, Day! Buang perlahan. Lalu jawab Greyson.

   "Itu... aku terjatuh tadi."

   "Oh," katanya sambil mengangguk. "Lain kali hati-hati." Lalu ia kembali menatap lurus ke depan, dengan raut wajah datar seperti biasa.

   Jantungku rasanya seperti melompat ingin keluar dari tulang rusukku. Aku menoleh ke arah Maddi yang sedang tersenyum jail, membuatku kesal saja.

   "Jangan meledak di sini," bisiknya. Aku memelototinya, tetapi ia malah tertawa.

   Tak lama, Austin datang dan ia segera mengambil tempat di sebelah Maddi, menyuruh Toni bergeser.

   "Dia duduk di situ lebih dulu," kata Maddi kepada Austin.

   Tapi Austin mengabaikannya. "Hai kalian! Hai, Day! Wajahmu seperti ingin meledak."

   Austin sialan! Ah, kenapa dia harus menyerocos seperti itu? Greyson langsung menoleh ke arahku. Aku bersumpah aku semakin ingin meledak.

   "Oh! Hai, bro," sapa Austin pada Greyson. Ia hanya mengangguk khas anak lelaki.

   Aku berjanji akan membunuh Austin kapan-kapan.

   Akhirnya latihan dimulai. Jika sedetik saja lagi aku berada di samping Greyson, aku jamin jantungku akan benar-benar melompat keluar.

                            ***

Aku memukul lengan Austin dengan kencang sewaktu kami di parkiran. Latihan berakhir sekitar beberapa menit yang lalu. Austin mengaduh kesakitan sambil mengelus lengannya.

   "Kau kenapa, hah?" tanyanya sewot. "Tanggung jawab jika ototku tiba-tiba menciut!"

   Aku hanya nyengir. Lagipula, salahnya sendiri karena terlalu blak-blakan tadi. Ia tahu aku menyukai, atau boleh kubilang mencintai Greyson. Tapi ia suka menggodaku.

   Aku pulang bersama Maddi. Jantungku masih berdebar tak karuan. Inilah efeknya berada di dekat Greyson. Jantungku takkan pernah bisa kalem. Senyumku tak pernah hilang dari wajahku.

   Greyson yang memegang lututku dan menanyaiku adalah suatu kemajuan. Semoga saja ia begitu terus.

                            ***

Seingatku aku tertidur pada jam sebelas malam. Tapi ternyata aku terbangun di jam dua pagi. Insomniaku kambuh lagi.

   Karena bosan, aku mengambil ponselku dan membuka twitter. Di timelineku ada username milik Greyson, baru beberapa detik yang lalu. Dia tidak bisa tidur juga ternyata.

   Tunggu, kalau dia muncul di timelineku, berarti dia telah membuka direct message dariku.

   Aku dengan semangat membuka direct message. Dan kenyataan yang kuhadapi sekarang cukup membuatku membanjiri gurun pasir oleh air mata.

   Tak ada balasan darinya!

   Sial! Aku berulang kali membuka itu, berharap ada keajaiban. Tapi tetap tak ada balasan. Hatiku hancur berkeping-keping.

   Greyson Forester sialan!

   Ponselku kujatuhkan dari tanganku. Ternyata keputusanku untuk menyatakan perasaanku di sosial media tepat. Di situ saja aku diabaikan, apalagi kalau di hadapannya? Bisa-bisa aku ditendang.

   Air mataku terus berjatuhan. Bayangkan saja, orang yang kau cintai mengabaikanmu. Kau pasti sakit hati, kan? Seakan aku membuat pertaruhan tapi aku kalah dalam taruhanku sendiri.

My Beloved Senior✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now