Chapter 8 : Semua nampak jelas sekarang

8.2K 615 18
                                    

Chapter 8
Semua nampak jelas sekarang



****

Aku membatalkan janji untuk memeriksakan kondisiku ke Dokter Irawan yang notabene-nya adalah teman SMA Om Surya. Ada beberapa alasan kenapa aku membatalkan janjinya itu antara lain, pertama karena aku merasa sudah lebih baik dan sudah tidak merasakan pusing atau mimisan seperti biasanya meski beberapa kali masih mimisan tapi tidak sesering waktu itu, kedua karena mungkin aku mimisan dan pusing akibat terlalu banyak menggerjakan tugas hingga larut malam dan menyebabkan tubuhku kelelahan.

Aku diam di depan cermin besar yang terletak di samping lemari pakaianku, menatap diriku yang terlihat agak lebih kurusan, kurasa seperti itu atau mungkin hanya perasaanku. Kusapukan blush on warna merah pada pipiku dengan tipis, aku hanya ingin membuat rona merah samar-samar di pipiku. Dan sentuhan terakhir pada bibir tipisku, kusapukan lipstik matte berwarna peach.

Aku mundur dua langkah dan menatap diriku puas. Aku memilih memakai kaos abu-abu tanpa lengan dan jeans skinny berwarna hitam dengan aksen belel pada lutut. Kusambar jaket kulit hitam yang ada di atas ranjangku.

"Mau kemana sayang?" tanya Tante Anna yang baru masuk ke dalam kamarku.

"Keluar, hangout bareng temen-temen," jawabku.

"Tante, gimana?" tanyaku sambil memutar tubuhku sekali dihadapannya.

"Cantik sayang," jawab Tante Anna, "Mending rambutnya digerai aja. Kan rambut kamu cokelat bergelombang, jadi tambah cantik," sarannya dan kulepas ikat kuncirku. Merapikan rambutku yang sedikit berantakan. "Cantik!" pujinya.

"Makasih,"

"Mau uang buat jajannya?"

"Engga usah tante. Uang dari Papa masih ada kok," tolakku dan kemudian mengambil tas selempang warna hitam untuk kumasukkan beberapa barang yang harus kubawa -ponsel, dompet kecil, bedak dan lipstik.

"Sama Langit ga?"


"Iya sama Langit dan temen-teman aku yang kemarin lalu datang kesini,"

"Oh dia, kapan-kapan suruh dia kesini ya?" pinta Tante Anna.

"Ah, udah ada kelinci percobaannya ya?" godaku dan Tante Anna hanya tertawa geli mendengarnya.

"Sipp entar aku sampai'in," lanjutku. Kupeluk Tante Anna dan mencium kedua pipinya cepat. "Nja, pamit keluar dulu ya!"

"Iya, sayang. Hati-hati di luar loh,"

"Sipp. Beres buk boss," sahutku dan kemudian melangkah keluar dari kamarku. Saat menuruni tangga, kulihat Omah yang sedang duduk di sofa keluarga dengan tangan keriputnya bergerak cepat untuk merajut. "Omah, Nja pamit pergi dulu!"

"Kemana?"

"Jalan-jalan. Dadahhh," pamitku dan menutup pintu depan.

Kulihat Langit yang sudah menungguku di depan pagar dengan tangan yang bersedekap, ditambah muka tertekuknya.

"Tumben pake mobil?" tanyaku sambil menutup pagar rumah.

"Ada acara entar," jawabnya singkat.


"Acara apa? Pesta?"

"Begitulah," jawabnya singkat -lagi.

"Kalo aku pulang malem entar -,"

LANGIT untuk SENJA [FINISHED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin