Chapter 17 : Bertemu Nana

8.7K 612 13
                                    

Chapter 17
Bertemu Nana

***    


Aku membolak-balik ponselku untuk menunggu pesanku dibalas. Kulihat Sofia yang sedang menyuapi Juna. Beberapa kali Sofia berteriak agar Juna diam dan tak berlarian kesana-kemari.

“Ada yang sedang kamu tunggu?” tanya Dokter Irawan yang entah kapan sudah berdiri di samping branka-ku.


“Ga ada kok, Om,” jawabku.

“Om periksa bentar ya,” ijinnya yang kemudian dengan prosedur pemeriksaan dilakukan yang dibantu dua perawat yang mendampinginya. “Bagus. Kamu pasti sembuh,” setelah dia memasukkan stetoskopnya ke dalam saku jas dokternya.


“Om, Nja boleh keluar sebentar,”


“Kemana?”


“Nemuin temen. Sebentar kok,” jawabku.


“Ga boleh dari dua jam,” peringatkan Om Irawan.


“Oke. Makasih ya, Om,” ucapku berterimakasih.


“Mau kemana, Nja?” tanya Sofia dan meletakkan piring kotor di atas meja sofa.


“Nemuin temen sebentar. Ada sesuatu yang pengen Nja omongin ke dia,”


“Sama siapa?”


“Panji,”


“Yang pendiam itu?” tebak Sofia yang menggangsurkan minuman ke Juna.


“Iya, tadi udah aku sms dia,” jawabku.



“Jam berapa jemputnya??”



“Jam tigaan katanya,” jawabku.


“Ada baju bersih di lemari?” tanya Sofia yang membuka lemari kecil tempat menyimpan pakaianku selama disini.




“Kayaknya Tante Anna kemarin bawain, Ma,” jawabku. Sofia mencari-cari baju untukku, tak lama kemudian dia menunjukkan sebuah dress biru selutut ke arahku.


“Gimana?”


“Bagus. Pakaian itu aja deh, Ma,” jawabku.


“Ayo Mama bantu bersiap-siap!” ucapnya yang kemudian membantuku menuju kamar mandi. Butuh waktu satu jam untukku bersiap-siap dan tepat pada waktunya saat Panji datang, dia terlihat memakai pakaian santai. Aku memang sengaja menyuruh Panji datang kemarin sendirian tanpa Aryo.


“Pakai kardigan Mama,” suruh Sofia yang membantuku memakai kardigannya yang berwarna putih.


“Udah siap?” tanyanya.


“Iya,” jawabku yang sudah duduk di kursi roda.


“Ini ponsel kamu,” ucap Sofia yang kemudian mencium kedua pipiku. “Dua jam,” ingatkannya.



“Iya,” jawabku dan Panji mulai mendorong kursi rodaku keluar dari ruang inap.


“Kita janjian di taman,” ucap Panji yang memencet tombol lift untuk menuju ke lantai dasar.


“Dia setuju kan?”

“Iya,” jawab Panji singkat.        







Panji mendorong kursi rodaku di jalan setapak yang memang digunakan untuk pejalan kaki di taman. Kami hanya diam saja selama perjalan kemari. Dimana Nana?


LANGIT untuk SENJA [FINISHED]Where stories live. Discover now