Chapter 16 : Tamu Tak Terduga

8.8K 624 28
                                    

Chapter 16
Tamu Tak Terduga

***    

“Nja!” panggil Aryo yang duduk di branka-ku seperti biasanya, kali ini dia sudah membawa sekantong plastik besar snack. Sepertinya sebelum kemari dia sudah membelinya dan Martabak sesuai permintaanku sebelum dia datang kemari.

“Apa?”

“Gua ada kabar nih, pilih yang mana? Yang buruk apa yang gembira?” tanya Aryo yang mengunyah snack Potato-nya.


“Gembira aja dulu,” jawabku.


“Fans gua kembali banyak, Nja!” ujar Aryo yang tertawa. Aku hanya memutar bola mataku jengah.

“Ga penting amet kan,” gumamku.


“Giliran yang kabar buruk ya, ehem ...” Aryo memotong perkataannya, dia berhedam beberapa kali sebelum melanjutkannya, “Nana ama Langit putus kemarin,” ucapnya berbisik.


“Masa? Udah dikonfirmasi ga?” tanyaku meminta kepastian.


Aryo menatapku dengan kepala menggangguk mantap. “Udah. Dari pelaku utama,”


“Kenapa? Kok bisa?” tanyaku menuntut lebih penjelasan darinya.



Aryo tak langsung menjawab, dia meletakkan bungkus snacknya dia atas meja samping branka-ku, “Gua ga tahu pasti, dia cuman cerita garis besarnya,”


“Garis besarnya?”


“Langit diboongin ama Nana,”


“Diboongin gimana?” tanyaku bingung.


“Gatauk, Nja. Cuman itu yang dia kasih tau ke gua,” jawab Aryo yang mengambil buah apel dan menggigitnya.


“Ohh,” ucapku yang kemudian bersandar pada tumpukan bantal yang sudah disusun oleh Tante Anna.


“Udah diperiksa??” tanya Panji yang duduk di sofa sambil membaca koran pagi.


“Udah tadi sebelum kalian kesini,” jawabku.


“Nja –,”


“Ya?”

“Lu tetep gamau ngasih tau Langit?” tanya Aryo, kulihat dia sangat serius. Aku hanya diam menatap apel yang ada di tangan Aryo.


“Dia nggak usah tahu. Itu lebih baik buat dia,” jawabku.


“Dia bakal kecewa kalo dia tau dari orang lain, Nja,”  saran Aryo. Aku hanya diam saja, apa yang dikatakan oleh Aryo itu benar. Langit mungkin akan sangat kecewa jika dia tahu bukan dari dirinya.


“Aku harap dia nggak akan pernah tahu,”



“Mustahil itu,” ucap Aryo yang kembali memakan apelnya.



“Jangan bahas itu lagi ya!” pintaku memohon.

“Oke,” jawab Aryo.


“MBAKKK NJAAA!” aku kenal benar pemilik suara cempreng ini, Arjuna. Adik laki-laki-ku dari pernikahan kedua Ayah.

“Juna?” pekikku terkejut.


“Kejutan!” pekiknya sambil loncat-loncat senang. “Miss You!!!”


“Halo! Maaf ya, Juna memang anaknya gini!” Sofia datang dan berdiri dibelakang Juna.



“Kenapa datang kesini?”


LANGIT untuk SENJA [FINISHED]Where stories live. Discover now