Fight Me

6.2K 408 176
                                    

Harry berjalan menuju sofa dimana ponselnya berada di sana. Dia menjatuhkan tubuhnya, air dari rambutnya yang basah masih menetes. Ia merasa kemejanya yang basah kuyup karena keringat menempel ke kulit sofa namun dia tidak peduli. Dia perlu berganti pakaian untuk menyegarkan dirinya tetapi dia juga merasakan dorongan yang kuat, dia perlu mendengar suaranya. Sebelum tour dimulai, dia menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan Kendall, tetapi dia tidak pernah merasa cukup. Dia tidak bisa merasa cukup ketika bersamanya. Seolah-olah semakin banyak waktu yang dia habiskan dengan gadis itu, semakin banyak pula dia membutuhkannya. Kehadirannya. Tatapannya. Sentuhannya. Semua tentang dirinya. Jika obsesi ini terus berlanjut, dia mungkin harus membawa Kendall kemana pun dia pergi.

Dia menyalakan layar ponselnya dan menghubungi nomernya yang sudah dia ingat di luar kepala. Dia tidak pernah mencoba mengingatnya namun entah bagaimana, dia ingat. Dia menaruh ponselnya di antara telinga dan pundaknya sambil berusaha melepas kancing kemejanya.

"Hai! Jika kau berusaha untuk menghubungiku, kurasa aku sedang berada jauh." Kendall merekam suara tawanya sebelum melanjutkan. "Kau bisa meninggalkan pesan setelah bunyi 'beep'." Harry membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun dia hanya bisa membawa tangannya ke ponselnya agar tidak jatuh.

Itu aneh. Dia selalu dengan ponselnya.

"Uhm, aku hanya ingin tahu apa kau baik-baik saja?" Harry menjernihkan kerongkongannya sebelum lanjut berbicara. "Kurasa aku akan segera kesana."

Baru saja dia hendak mengatakan pesan terakhirnya yang berupa 'aku merindukanmu dan aku mencintaimu', Niall justru masuk ke dalam ruang ganti, tangannya mencengkram sebuah handuk yang dia pakai untuk mengelap keringat di keningnya. Tangannya yang lain menggeser layar ponselnya, mungkin dia sedang mengirim tweet ucapan terima kasih pada penonton malam ini. Harry melepas bajunya dan mengistirahatkan punggungnya di sofa.

"Oh hey, kau di sini." Katanya, datar. "Kau tidak akan mau melihat twitter sekarang." Ujarnya pada Harry seraya melepas kausnya. Dia mengambil kaus yang baru dan langsung mengenakannya.

"Mengapa? Apa yang terjadi?" tanya Harry. Niall menggidikkan bahunya, seolah-olah ini bukan masalah besar. "Apa ini tentangku?" dia menyelidik lebih jauh. Harry harus mengakui bahwa dia penasaran.

"Semacam itu." Jawab Niall, masih terdengar datar. Harry menganalisis wajah teman satu bandnya itu, mencoba untuk membaca ekspresinya. Niall menjaganya tetap terlihat datar.

"Namun ini lebih tentang dirinya, bukan?" kata Harry, tahu bahwa dirinya benar.

Harry bergerak maju, kulitnya yang lengket membuat suara seperti stiker yang dilepas. Pikiran tentang berganti pakaian benar-benar sudah terlupakan. Dia menaruh kedua sikunya di lutut ketika dia menyalakan ponselnya lagi.

"Aku sudah memperingatkanmu." Niall berkata sebelum mengambil tempat minum dan meminum airnya.

Harry melirik padanya sekilas lalu menaruh seluruh perhatiannya pada ponsel di tangannya. Dia menekan ikon berwarna biru dan langsung melihat trending topic. Hal ini pasti cukup besar sampai-sampai bisa masuk sebagai salah satu trending topic worldwide jika Niall sudah memperingatkannya. Pada titik karir mereka saat ini, tidak banyak rumor yang layak untuk mereka baca lagi.

Dia menelusuri daftar trending topic, mempercayai dirinya sendiri untuk tahu apa yang dia cari. Dia benar. Itu dia. Trending topic nomor 9 di seluruh dunia saat ini. Kendall dan Ashton. Dia melihat pada Niall melalui bulu matanya ketika pria itu cepat-cepat membuang muka. Rahang Harry mengencang, merasakan detak jantung dan napasnya bertambah cepat. Dia menekan trending topic itu dan ribuan tweets tentang Kendall dan Ashton muncul memenuhi layar ponselnya.

Hendall Imagines (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now