Tap tap⭐
Remaja laki-laki itu terus memainkan benda bulat oren bergaris hitam di dinding kamar sahabatnya.
Dug dug dug...
Sahabatnya yang merupakan seorang gadis itu sedikit terusik dalam tidurnya, namun masih enggan membuka kelopak matanya.
Ish berisik banget sih
Laki-laki itu masih terus memainkan benda bulat itu dengan semakin keras memantulkannya sehingga gadis itu semakin terusik dan sudah terjaga penuh dari tidurnya.
Dug dug dug dug dug dug
Anyingg
"JATIIIIIIII!!!!!!" teriaknya yang sudah bangkit dari ranjangnya, menghadap sahabatnya yang dipanggil Jati itu karena telah mengganggu tidurnya.
"Bisa ga sih ga ganggu bobo ganteng gue hah?!"
"Haha iye lu ganteng ko ganteng deh bebas. Bangun dong temenin gue nge gym."
"Ckk, apa gunanya punya pacar macem si Diana yang perfect like angel hah? Minta temenin dia gih ah elah ganggu Sabtu pagi gue aja."
"Yeee suka-suka gue, ga subuh-an ya lu tadi?"
"Enak aja, gue tadi tuh beres sholat langsung tidur lagi. Lo sih ganggu jadi aja baru bentar nih gue tidur."
"Udah cepetan mandi ah gue tunggu di garasi."
Gadis itu pasrah dan menghela nafas berat. Ia langsung masuk ke kamar mandi di kamarnya setelah Jati, sahabat laki-lakinya itu melompati pagar pembatas balkon kamarnya.
Ya mereka bertetangga. Tepatnya, rumah mereka bersebelahan dan kamar mereka pun letaknya persis bersebelahan. Sehingga balkon kamar mereka sangat mudah untuk digunakan sebagai akses berkunjung keduanya tanpa harus mengetuk pintu rumah layak seorang tamu.
Selesai gadis itu bersiap untuk menemani rutinitas sahabatnya setiap Sabtu, ia segera bergegas menghampiri sahabatnya.
Cemara sayang, lo panasin mobil gue dulu ya. Gue lagi buat jamu dulu bentar.
"Kan, selalu gitu kan, gue udah siap tetep aja masih dibabuin," omel gadis itu yang dipanggil Cemara ketika melihat pesan dari Jati.
Tidak lama Jati pun menghampiri Cemara dan mulai menjalankan mobilnya membelah keramaian jalan ibu kota.
"Ja, baliknya temenin gue cari dasi dulu ya," ucap Cemara sambil menyenderkan kepalanya di bahu Jati yang sedang menyetir.
Jati menoleh dan sedikit iba melihat gadis di sebelahnya yang terlihat kelelahan karena sering tidur larut malam untuk mengerjakan tugas, "Dasi apaan?" tanyanya.
Cemara memejamkan matanya sebelum menjawab, "Daren bilang untuk ke acara party temennya."
"Ckk, itu kan urusan dia kenapa lo yang repot sih. Lo tuh pacarnya bukan babunya Mara," decak Jati yang kesal karena sahabatnya ini terlalu baik atau polos untuk selalu diperintah oleh kekasihnya.
Tapi untuk point polos, sepertinya kurang pas. Karena Cemara adalah tipe gadis yang berada di tengah-tengah antara tomboy dan feminim.
Ia tomboy karena sebagian hobinya adalah hal yang sebagian besar digeluti kaum lelaki. Dan feminimnya karena style-nya dan juga sifatnya yang walaupun cuek, tapi masih sering menunjukkan sifat manjanya pada kakaknya, kedua orang tuanya, kekasihnya, dan tentunya Jati.
"Apasih, orang gue yang mau ko. Lagian dia ga ada waktu untuk beli. Dia jarang ke acara formal gitu katanya jadi gapunya dasi."
"Terserah lo deh."
-----
Setelah selesai berlatih untuk membentuk otot-ototnya itu, Jati membersihkan diri dan menghampiri Cemara.
"Yuk," ucapnya sambil merangkul Cemara.
Jika orang lain yang tidak mengenal mereka, mungkin akan berpikir mereka adalah sepasang kekasih. Karena orang lain yang melihat mereka pasti akan berpikir mereka pasangan yang serasi.
Namun, kenyataannya hubungan mereka hanyalah sebatas pasangan sahabat yang telah terjalin selama delapan belas tahun. Ya selama itu mereka anggap, karena mereka selalu bersama sedari balita hingga masa remajanya saat ini.
"Ja, bagus yang dongker apa yang abu?" tanya Cemara sambil menimbang dua buah dasi.
"Dongker, tapi kalo warna bajunya gelap ya abu."
"Yah gue lupa nanyain ntar Daren pake warna apa. Gue beli dua duanya aja deh," pekik Cemara senang.
"Abu aja kalo gitu udah, sini gue bayar."
"Eeh biar gue aja."
"Udah deh, mending lo traktir gue es krim."
"Bocah lo," rutuk Cemara sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
Sedangkan Jati hanya bisa tersenyum samar melihat tingkah sahabatnya itu.
-----
Tok tok tok
Suara ketukan dari jendela balkon kamarnya membuat Jati bergegas keluar. Dan yang dilihatnya ya sudah pasti benar tebakannya, siapa lagi kalo bukan Cemara, sahabatnya.
"Jati lagi apasihh?"
"Lagi mikirin kamu."
"Ew najis. Ja, gue gabisa tidur. Gue tidur di kamar lo ya?" ujar Cemara yang langsung masuk dan membaringkan tubuhnya di ranjang kamar Jati.
"Ckk, kenapa lagi sih? Cemara yang orang kenal cuek jutek bisa galau gini," ujar Jati sambil duduk di sebelah kepala Cemara.
"Dih, gue manis ko. Daren Ja..." rengek Cemara kepada Jati sambil menjadikan tangan Jati sebagai bantalnya.
"Kenapa lagi hmm?"
"Dia gasuka sama dasi yang gue beli tadi. Eh yang lo beli deng kan lo yang bayar. Katanya norak selera gue."
"Tuhkan gue bilang apa, lo tuh ga harus ngurusin dia deh. Lo bukan babunya yang seenak jidatnya main suruh-suruh udah gitu ga terimaan lagi orangnya. Heran gue, lo ke orang lain bisa acuh, tapi sama dia mau aja ditindas mulu, udah tinggalin aja sih," omel Jati yang kesal karena sahabatnya ini kelewat baik.
"Ih tapi dia sayang ko ke gue. Gue juga kelewat sayang sama dia. Habis dia selalu merhatiin pola makan gue, ngingetin sholat, pokonya gue ga bisa main ninggalin dia gitu aja. Dan lagi dia nerima lo kan Ja, dia gapernah ribet cemburu alay sama lo," jawab Cemara yang tidak akan mau kalah jika sudah di cecar Jati.
Jati mengehela nafas dalam, "Tapi gue gabisa nerima, sahabat gue ditindas mulu kayak gini. Udah ntar dasinya buat gue aja. Lo tidur yang bener, itu bantal ini tangan, bisa bedain kan?"
"Gamau, tangan lo udah ter da best lebih dari bantal."
"Dasar," ucap Jati sambil mengacak rambut Cemara.
Jika mereka peka, dengan usia mereka yang semakin tumbuh dewasa, mungkin jika mereka akan tetap selalu mengasihi dan menyayangi seperti itu, mungkin akan ada suatu getaran perlahan yang akan tumbuh di hati keduanya, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara & Jati
General Fictionwe don't need a goals 'cause we're goals p.s : slow update