Sudah seminggu semenjak Cemara yang salah membelikan dasi untuk Daren, ia tidak mendapatkan perhatian lagi dari kekasihnya itu. Selalu saja alasan yang ia dapat jika ingin mengajak kekasihnya itu pergi sekedar menemaninya makan.
Saat hendak membuka lokernya, Cemara mendengar sesuatu yang aneh dari dalam ruang ganti wanita. Ia melihat pintu itu terbuka sedikit, karena penasaran ia mendekati pintunya untuk sekedar mengintip.
Namun saat hendak mengintip, mulutnya di bekap seseorang dari belakang dan ia di tarik ke arah taman sekolah.
"Hmmmpht," ia berusaha berteriak namun bekapannya terlalu kuat. Karena ia menguasai ilmu bela diri, ia menggunakan salah satu jurusnya hingga seseorang yang membekapnya itu terjungkal ke belakang.
"Haha rasa-"
"JATIIII?!!" pekiknya kaget dan segera membantu sahabatnya alias orang yang membekapnya tadi untuk bangun.
"Duh, gue gabisa tanding basket ini mah. Gila ya tenaga lo bener-bener," rutuk Jati ketika ia dapat berdiri dengan bantuan Cemara.
"Ya habis lo iseng banget ngebekep-bekep gue. Gue kan kaget takut dicabulin."
"Yakali ada yang mau cabulin lo, badan cebol gitu."
"Astaga, mau gue jurus lagi nih ceritanya?"
"Eh engga-engga, tega banget sih lo. Lagian ngapain sih ngintip-ngintip, bintitan aja lo."
"Yee, gue denger suara-suara aneh gitu, gue kan kepo, lo sih iseng gue jadi ga liat ada apa di dalem."
"Jangan-jangan..." ujar Jati dengan wajahnya yang misterius yang membuat Cemara bergidik ngeri.
"Awas aja dilanjutin gue jurus lagi biar ga usah tanding basket aja udah," ancamnya yang sebenarnya untuk menutupi ketakutannya.
"Hahaha, ampun deh."
-----
"Jatii... Jatii..."
"Huuu my baby Jatii i love you!!"
"Go go go, Jati semangat..."
"We love you Jati, we do..."
Begitulah sorak-sorak penyemangat dari fans-fansnya Jati, juga teman-temannya ketika Jati memimpin sebagai kapten di turnamen basket antar sekolah.
"Gila-gila, si Jati pake pelet apaan bisa punya fans bejibun gitu," ujar Cemara kepada dirinya sendiri saat melihat pertandingan yang sedang diikuti Jati.
"Ekhem..." sontak Cemara menengok ke samping kanannya saat mendengar deheman seseorang.
"Daren?!" pekiknya kaget.
"Serius amat nontonin sahabatnya," ujar lelaki itu yang notabene kekasih Cemara yang sudah seminggu ini terlihat menjauh darinya.
Cemara mencoba menormalkan perasaannya yang sangat senang dan rindu akan kekasihnya ini, "Haii, engga kok ini heran aja fansnya Jati banyak banget," ujarnya sambil tersenyum canggung.
"Iyalah, secara sahabat lo itu udah kayak most wanted sekolah kita. Mana kapten basket lagi, engga kayak gue yang dikenal malah sebagai playboy cap gula."
"Hah? kok gula sih?"
"Kan gue manis ya gak? lo aja klepek-klepek kan sama gue," ujar Daren sambil menaik turunkan alisnya.
"Cihh, apaan sih haha. Tapi udah ga playboy kan sekarang?"
"Engga deh, habis takut di jurus sama pacarnya yang jago silat."
"Dih kok silat sih, gue mah bela diri bukan silat. Kurang tepat lu," balas Cemara sambil menjulurkan lidahnya bermaksud mengejek.
Karena terlalu asik mengobrol, mereka sampai tidak mengetahui bahwa pertandingan telah usai dengan kemenangan sekolahnya.
Jati menghampiri Cemara yang sedang tertawa bersama kekasihnya itu, "Mar, mana minum gue," ujar Jati yang sangat dingin dengan nada bicara dan ketus.
"Lah kok ke gue? noh Diana di pinggir lapang udah bawa-bawa air dari tadi gue liat," balas Cemara heran karena sikap Jati yang tiba-tiba dingin kepadanya.
Jati memang memiliki sikap dingin dan ia dikenal murid lainnya pun begitu. Tetapi, jika sudah berhadapan dengan teman dekatnya apalagi Cemara, sifatnya akan berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat. Makanya Cemara heran melihat sikap sahabatnya itu berubah.
"Gamau gue pengen minum dari lo," ujar Jati yang langsung duduk di sebelah kiri Cemara sambil membersihkan keringatnya dengan handuk yang ia bawa.
"Dasar manja, yaudah lo tunggu sini. Gue beliin dulu," ujar Cemara sedikit ketus. "Emm Ren, gue beliin makhluk ini minum dulu ya," lanjutnya dengan nada yang lebih halus saat berbicara pada Daren-kekasihnya.
Saat Cemara sudah meninggalkan area lapangan, Jati berbicara pada kekasih sahabatnya ini.
"Lo kemana aja seminggu ini, bahkan pacar lo sakit aja lo ga nongol," ujar Jati ketus tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Cemara sakit?"
"Ckk, ngapain lo nanya sekarang. Keliatannya aja menurut lo sekarang dia sakit? yang ada menurut gue elo yang sakit," jawab Jati dengan nada meremehkan.
"Maksud lo apaan sih?"
"Tadi setelah kelas lo beres jam olahraga, lo ngapain di ruang ganti cewe hah?" ujar Jati dengan amarah yang tertahan, namun terlihat dari tajam matanya menatap kekasih sahabatnya yang sedang menjadi lawan bicaranya ini.
"Gue? gue di kelas kok. Ngapain juga gue di ruang ganti cewe."
"Gue cuman peringatkan lo aja. Berani lo nyakitin Mara, lo berurusan sama gue. Gue tau lo ada main di belakang Mara. Tapi tenang gue gentle kok, gue ga akan bilang ke Mara soal kebusukan lo," ancam Jati yang mampu menahan amarahnya untuk tidak melakukan kekerasan fisik sebagai laki-laki.
"Haha, oke. Lagian Mara ga akan tau."
"Ga akan tau apa nih? wah lagi pada main rahasia-rahasiaan ternyata sama gue," ujar Cemara yang ternyata sudah datang dengan dua botol minuman di tangannya.
"Nih minum, nih lo gue beliin juga Ren," lanjutnya sambil memberikan dua botol minuman itu kepada kekasih dan sahabatnya.
Jati dan Daren hanya saling tatap dengan penuh arti yang membuat Cemara penasaran. Namun sebelum penasarannya bertambah, Jati terlebih dulu sudah menarik tangan Cemara untuk mengajaknya pulang.
"Eeh main tarik aja lo, Ren gue balik duluan ya. Jangan lupa nanti malem telfon gue," teriak Cemara yang sudah menjauh meninggalkan area lapang.
-----
"Sekarang apa?" tanya Cemara yang sudah berada di dalam mobil Jati yang tentunya bersama pemiliknya.
Masih dengan tangannya yang mencengkram stir, Jati menjawab, "Gue gasuka sama Daren."
"Lah? Ya iyalah, masa iya lo suka. Jangan-jangan lo mengidap LGBT yang lagi ngehits itu lagi."
"Gue serius. Gue ingin lo putusin dia," ujar Jati tanpa peduli Cemara yang menganggapnya sedang tidak serius.
"Lo kenapa deh? gue fine-fine aja kok sama Daren, kok lo yang ribet?"
"GUE SERIUS MARA, PUTUSIN DIA! LO GA COCOK SAMA DIA!!!" bentak Jati yang membuat Mara terkesiap.
ESTÁS LEYENDO
Cemara & Jati
Ficción Generalwe don't need a goals 'cause we're goals p.s : slow update