9. Malam Primer (2)

2.4K 150 3
                                    

Typo Everywhere.

***

"Lenya tunggu!"

Lenya tak menghiraukan teriakan Adrian yang terus memanggil-manggil namanya. Ia berusaha menghiraukan beberapa orang dan awak media yang ingin mewawancarainya.

"Alena anak kak Leo dan kak Cinta?"

"Iyalah, emang anak siapa lagi?"

Lenya berusaha keluar dari gedung itu. Walaupun kesusahan karena memakai sepatu berhak ia tak peduli.

"Kenapa manggil Adrian papa?"

"Oh soalnya emang Alena tuh dari kecil deket banget sama Adrian, makannya Alena lebih suka manggil Adrian papa ketimbang paman."

"Iya soalnya juga 'kan kadang banyak tugas kantor yang melibatkan aku, jadi aku sama Kaila sering pergi-pergian dan Alena dititipin deh."

Halaman belakang gedung itu berada di mata Lenya sekarang. Ia langsung melepas sepatu berhaknya sebelum Adrian datang menyusul.

"Lenya!" Adrian langsung menahan pergelangan tangan Lenya ketika ia berniat kabur lagi, "kenapa tiba-tiba lari?"

"Serah gue nyet pergi sono hus hus!"

"Kenapa? Kamu kaget denger kenyataan kalau Alena itu anak kak Leo?"

"Kenapa lu kaga bilang sih?" ucap Lenya berusaha melepaskan pegangan Adrian.

"Aku 'kan  berusaha buat ngejelasin tapi kamunya aja yang ngga mau denger." jawab Adrian lesu.

Pikiran Lenya berlari ke masa lalu dimana ia selalu saja menolak saat Adrian ingin mengucapkan sesuatu.

Adrian belum nikah!

Haruskah Lenya membuka hatinya kembali? Haruskah ia menghianati hatinya kembali? Sudah berapa kali ia menghianati hatinya?

"Pergilah!" lirih Lenya berusaha menahan air matanya yang akan meluncur keluar. Lenya langsung menjatuhkan sepatu hak yang digenggamnya dan berlari meninggalkan Adrian yang terbengong-bengong.

Kenapa kenyataan sekejam ini?

Lihat? Bahkan tanganku tak bisa menggapaimu yang berlari makin menjauh.

Menjauh dariku.

Apa... Perjuangan cintaku cukup sampai sini?

Apa... Inilah akhirnya?

Aku kelelahan untuk membawamu kembali.

"Hey!"

Adrian menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya. Sebuah bayangan yang berdiri di hadapannya. Bayangan yang berbentuk seperti manusia yang tingginya seperti Adrian 4 tahun lalu.

"Nau... Fal?"

Bayangan Naufal tersenyum makin manis pada Adrian, "jangan menyerah." ucap Naufal sambil mendorong punggung Adrian untuk berlari mengejar Lenya.

Haruskah Adrian mengejar Lenya? Perlahan kakinya melangkah berniat berlari mengejar Lenya yang semakin lama semakin menjauh. Adrian menoleh dan mendapati bayangan Naufal yang semakin lama makin menghilang.

Aku harus mengejarnya!

Saat akan menyebrang jalan Adrian tak menyadari ada sebuah motor yang kencang menuju arahnya. Sebelum itu pengendara motor itu menyadari kehadiran Adrian yang tiba-tiba menyebrang.

Suara kelakson menyadarkan Adrian, ia langsung berlari lebih kencang menghindari motor itu.

Keseimbangannya mengurang, ia jatuh di jalan aspal sepi nan dingin itu. Hanya saja ada dua tangan yang mendekapnya.

2. Dear Mantan: Cinta Butuh Kepastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang