The Last bagian6

115 10 0
                                    


Mereka berjalan bersama memasuki gedung pertandingan, sampai akhirnya mereka berpisah jalan, Sandy kembali ke lapangan sedangkan Jeje ke bangku penonton.

"Hey" dengan senyum terukir di bibirnya, Jeje menyapa kedua sahabatnya dan langsung duduk di tempat yang tadi ditinggalkannya.

"MAMIII. Aduh Mami kemana aja sih." Seketika Ayana berteriak sambil memeluk erat lengan Jeje yang sudah duduk di sebelahnya.

"Kebiasaan ya lo, main peluk peluk aja. Untung badan lo kecil, kalo gede udah abis nih badan gue." Ucap Jeje kesal

"Lagian lo kemana sih Je. Ilang gitu aja terus tiba-tiba udah di lapangan narik Sandy pergi. Emang kalian abis ngapain sih?" Tanya Shania penasaran

"Engga kok, gue ga kemana mana, cuman kedepan doang, terus ngasih semangat ke Sandy." Jeje mnceritakan ke mereka semua yang mereka lakukan dan mereka bicarakan, tapi tidak dengan ciuman mereka.


Beralih ke Sandy. Setelah mengatakan semuanya ke Jeje, Sandy merasa lebih tenang dan lega. Semangatnya sudah kembali seperti semula dan otaknya juga bisa berfikir lebih tenang. Kini dia duduk di bangku cadangan dengan mata tak pernah lepas mengawasi setiap pergerakan teman-temannya dan juga lawan. Satu yang paling dia perhatikan adalah Vino. Matanya terus mengawasi setiap pola permainannya, mencoba mengingat kembali masa saat mereka bermain bersama dulu, mungkin saja akan bisa membongkar rahasia teknik andalan Vino.

Mata Sandy terus tertuju pada gerakan Vino, hingga akhirnya dia tersentak menyadari sesuatu. Tanpa basa basi lagi, Sandy langsung berdiri dari duduknya dan mendekati pelatih.

"Maaf pelatih, bolehkah saya.." belum selesai perkataan Sandy, pelatih sudah memotongnya

"Jadi kamu sudah mengingatnya." Perkataan pelatih membuat Sandy kebingungan

"Maksud pelatih?" Tanya Sandy

"Sandy, saya sudah tau tentang hubunganmu dengan pemain bernama Vino itu, Boby sudah cerita semuanya. Saya tau jika kamu bertemu dengannya, kamu akan kehilangan fokusmu saat menghadapinya karna masa lalu yang menghantuimu. Tapi saya juga yakin hanya kamu yang bisa menghadapinya." Pelatih menjeda perkataannya

"Karna itulah, saya sengaja memasukanmu di babak pertama setelah itu akan menarikmu ke bangku cadang agar kamu memikirkan apa kesalah yang telah kamu perbuat dan kenapa kamu tidak bisa menghadapi Vino. Dengan begitu kamu akan mengingat kembali kebisaan atau cara bermainnya." Pelatih mengakhiri penjelasaannya


"Jadi, pelatih sudah merencanakannya?" Tanya Sandy tidak percaya

"Benar. Semua sesuai dengan rencanaku, meski kedatangan gadis itu di luar dugaan ku, pada akhirnya dia bisa mengembalikan semangatmu. Sekarang kita membutuhkan kemampuanmu Sandy.

Meski dalam teknik basket kemampuanmu yang paling rendah diantara kalian berlima, tapi kemampuan analisismu yang paling tinggi, bahkan kamu yang paling cocok menjadi kapten team kalau saja kamu tidak terlalu cuek dengan sekitarmu." Ucap Pelatih

"Nah sekarang kamu bersabar dulu, kamu akan kembali kelapangan di quarter terakhir. Sebaiknya kamu mempersiapkan dirimu dulu." Tambah pelatih

"Baik pelatih." Ucap Sandy sambil mengangguk lalu kembali duduk



...

"Temen-temen, gue mau minta maaf soal yang tadi. Karna masalah gue sama Vino bikin gue jadi ga konsen. Gue juga ga bisa ngalahin dia, jadi kita ketinggal point dari mereka. Parahnya gue malah bikin banyak kesalahan." Sandy kini berdiri didepan teman-temannya yang sedang istirahat dan mereka semua diam tanpa berkata apapun. Sepertinya mereka menunggu Sandy selesai bicara

Jeje StoryWhere stories live. Discover now