PART 16

1.5K 93 1
                                    

Gava membuka pintu kamarnya, karena sudah seharian ia mengunci diri di dalam kamar. Ia melihat adiknya, Kayla juga baru saja keluar dari kamarnya yang berada di seberang. Tapi penampilannya tak seperti biasanya yang cuek, kini ia berpenampilan rapi bak akan pergi.

Kayla sedikit terkejut saat mendapati kakaknya sedang menatap dirinya, namun ia berusaha untuk menetralkan wajahnya yang kini terlihat sendu. Guratan matanya yang ceria menurun. Ia tak mau menegur kakaknya, ia takut kakaknya akan marah lagi padanya.

Kayla berjalan pergi meninggalkan Gava yang masih diam di depan pintu, tangannya tak bergerak dari knop pintu dan matanya masih memperhatikan adiknya yang bahkan tak menegurnya sekalipun.

"Kay.. mau kemana?" Kayla terdiam.

"Ke rumah kak Olivia." Katanya tanpa menolehkan wajahnya menatap kakaknya yang terlihat seperti mayat hidup. Dengan wajah yang pucat dan lingkaran matanya yang kehitaman.

"Malem-malem begini?"

"Aku udah dapet izin." Kayla menoleh menghadap Gava yang memandangnya ragu. "Dia habis berantem sama Kak Raquela. Kepalanya luka." Suara Kayla tiba-tiba berubah pelan.

Gava mengerutkan keningnya."Ingatannya kembali."

"Maksudnya?" Tanya Gava yang masih tak mengerti.

"Apa perlu aku jelasin lagi? Lagi pula kakak pasti ngerti maksudnya."

Gava terhenyak melihat reaksi Kayla. Tenggorokannya seakan tercekik. Ia bahkan tak mampu berkata-kata saat Kayla mengatakan bahwa ingatan Olivia kembali.

+++

Gava berjalan di trotoar, tatapannya kosong. Beberapa hari ini, ia seolah terus berpikir mengenai orang-orang di sekelilingnya.

Ia memiliki banyak pertanyaan mengenai dirinya dan orang-orang disekelilingnya. Tak banyak yang ia temukan jawabannya. Menurutnya hidupnya memiliki banyak variabel yang ia sendiri masih berusaha untuk mencari jawabannya.

"Gava?" Kata sebuah suara yang lebih terdengar sebuah pertanyaan dibandingkan sebuah pernyataan atau panggilan.

Gava menoleh melihat ada seorang gadis yang tersenyum begitu cerah melihat keberadaannya. "Viola." Viola tersenyum sembari mengangguk. Ia berjalan mendekat dan duduk di samping Gava yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu.

Hening.

"Kita..udah temenan bahkan sahabatan udah lama jauh sebelum Kayla ada di tengah-tengah kita." Gava mengangguk enggan menanggapi.

"Dia sayang sama lo, seperti rasa sayang lo ke dia, gue juga. Tapi..lo malah marah sama sesuatu yang benar dikatakannya. Lo sadar gak kalau lo udah nyakitin perasaannya dia?" Viola mengambil nafas dalam-dalam.

"Lo selalu yang terpintar diantara kita, sahabat-sahabat lo. Tapi kadang kepintaran lo itu ketutup sama rasa egois lo yang gak pernah peka sama perasaan orang lain."

"Gua coba." Kata Gava singkat. Viola tersenyum.

"Olivia.." Viola berhenti sejenak. Gava menoleh memperhatikan Viola. "Ingatannya kembali.."

"Gak ada hubungannya sama gua." Gava cepat-cepat memotong ucapan Viola.

"Tapi.."

"Kalau gak ada yang penting lagi..gua pergi." Gava bangkit dan pergi meninggalkan Viola di tempatnya.

+++

Sore hari menjadi lebih dingin daripada saat malam hari. Matahari juga terus bersembunyi dibalik awan kelabu. Banyak dari mereka lebih senang berada di dalam rumah ketimbang untuk menghabiskan waktu mereka di luar rumah.

NMTAA : Trouble Maker vs PerfectionistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang