Chapter I

59.2K 1.8K 11
                                    

Di sebuah kamar apartemen di kawasan Dago Bandung, suara lagu "when i was your man" mengalun dengan indah semakin menambah penderitaan di hati Davin. Ya Davin adalah seorang dokter yang baru kembali dari studinya mengambil spesialis bedah di luar negeri. 4 tahun sudah ia berpisah dengan Tania dan 5 tahun lalu sepasang pasangan muda memutuskan untuk menikah namun pernikahan mereka hanya seumur jagung karena kesibukan masing-masing dalam mengejar karir.

Saat di masa-masa ujung tanduk pernikahan, davin mendapat tawaran untuk melanjutkan studi ke luar negeri namun tania tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang telah ia tekuni selama ini dan saat itu ia dan Davin memilih mempertaruhkan pernikahan demi karir masing-masing.  Sementara tania, sibuk dengan puncak karirnya menjadi salah satu manajer di salah satu perusahaan besar Farmasi di Bandung dan berusaha melupakan kenangan buruknya bersama davin. Davin dan Tania bertemu pertama ketika mereka bersama-sama melaksanakan studi di Universitas Padjadjaran, hampir 1,5 tahun mereka berpacaran dan kemudian setelah lulus mereka memutuskan untuk langsung menikah. 

Kringgg.. kringg... suara telpon berdering. Davin menatap ke layar iphone melihat nama Tio tertera di panggilan.

Yup tio adalah sahabat Davin dan tepatnya teman tania juga.

"hey bro..." teriak Tio

"Eh buset, lo mau bikin telinga gue tuli? Kuat banget" jawab Davin

"hahah sorry bro, eh lu ud balik Bandung? Ngumpul yuk bareng teman-teman yang lain di tempat biasa" balas Tio sementara Davin hanya diam

"tenang.. tania lo gak ada. Dia udah lama gak ngumpul bareng kita mungkin sibuk ama pekerjaannya ato udah dapat pasangan baru," tambah Tio mendengar tiada respon dari Davin

"ehmm.. ntar deh gue lagi capek banget baru nyampe" jawab Davin malas

"oke.. tapi kita harus ketemuan ya besok siang" balas tio

"okee" jawab Davin cepat dan kemudian mematikan teleponnya.

Tepat sudah seminggu Davin bekerja di salah satu rumah sakit besar di kota Bandung, dan hari ini ketika ia sedang masuk ke ruang UGD, ia melihat sesosok wanita yang dikenalnya, dilihatnya dari dekat dan betapa syok dirinya ketika mengetahui bahwa wanita itu adalah Tania, Tania yang dikenalnya kini telah menjadi sosok wanita dewasa.

"Tania... kenapa kamu ada disini?" tanya Davin mengagetkan Tania yang keliatannya sedang khawatir.

"Daveee?? Ini ryan kecelakaan tadi, aduh Dave tolong dia plisss" jawab Tania setengah syok melihat Davin dan khawatir melihat keadaan ryan.

Davin melihat ke atas ranjang seorang pria yang kurang lebih seumuran dengannya dengan luka-luka lecet di sekujur tangan dan wajahnya.

"bagaimana keadaan dia Dave?" tanya Tania segera setelah Davin selesai memeriksa ryan yang sekarang sudah tidak sadarkan diri karena diberi anestesi.

"Dia udah diberi obat penenang , ada tulang yang retak dikit di pergelangan tangannya"

"Ya Ampun..." balas Tania setengah kaget

"Dia siapa kamu?" tanya Davin ketus sembari menulis resep. Tania yang masih syok tidak mendengar pertanyaan Davin lalu kembaali menanyakan Davin.

"Hah? Kamu tadi tanya apa Dave?"

"oh tidak apa-apa" balas Davin cepat sambil di dalam hatinya tidak ada gunanya aku menanyakan itu kepadanya toh kami sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa.

"ini resepnya, kamu dapat tembus di Instalasi farmasi di ujung jalan keluar dari UGD ini, aku pergi dulu ya masih ada pasien yang menunggu" kata Davin sambil menyerahkan resep ke tania.

Beberapa jam kemudian,

"Ya ampun Davin, aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya," bisik Tania dalam hati lalu menanyakan ke perawat.

"Maap suster, anda tahu dimana ruangan dokter Davin Rahadian?" "owhh, dr Davin mbak lurus aja kemudian belok kanan nah diujung jalan ada ruangan beliau" "

terima kasih ya" balas tania kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah yang ditunjukkan oleh perawat tadi

Berada di depan ruangan dan melihat plank nama, "akhirnya cita-cita yang ia cita-citakan tercapai menjadi dokter Spesialis bedah" bisik tania dalam hati.

Tok.. tok.. tok.. Pintu pun terbuka disambut dengan tampang lelah Davin.

"tania..." Davin terkejut.

"apakah aku boleh masuk?" bisik tania sambil tersenyum dengan barisan giginya yang teratur.

"owhh tentu saja boleh, ada apa ya?" tanya Davin sambil duduk di sofa kecil di hadapan tania.

"owhh maap tadi aku gak sempat ngucapin terima kasih dan maap pertemuan pertama kita setelah kejadian 5 tahun lalu jadi seperti ini" kata tania setengah menunduk.

"ohh tidak apa-apa, lagian kita sibuk jadi kayaknua kalo gak disaat kebetulan kayak gini kita gak akan ketemu kembali heeee" balas Davin.

"hehhe, Dave selamat ya akhirnya cita-cita kamu tercapai, menjadi dokter spesialis bedah dan mendapat ruangan sendiri" balas tania setengah bercanda

"ya,,, awalnya aku kira mengejar semua mimpi-mimpi ini bakal bikin aku bahagia tapi gara-gara mimpi ini aku kehilangan seseorang dan sepertinya sekarang ini semua tidak ada gunanya," jawab Davin setengah meluapkan isi hatinya

"Davee,, kamu harus bersyukur dengan apa yang kamu peroleh sekarang," jawab tania sambil tersenyum.

"tania,, Ryan itu pacar kamu?" tanya Davin langsung. "hah?? Ryan, owh dia hanya partner kerja aja," jawab tania polos dan kemudian Davin hanya membalas dengan senyuman curiga

BEGIN AGAINWhere stories live. Discover now