Chapter VI

25.4K 1.1K 6
                                    

CHAPTER VI

DAVIN POV

Ku tertahan membuka pintu dan melangkah kembali menuju ke arah Tania, dan ku dengar suara Tania membalas jawaban seseorang telepon

“Iya Kang, malam ini Tania kesana sama Daffa, tolong jagain nenek ya Kang.”

........

“Ruangan nomor berapa? Oh iya... masih di ICU”

............

“Kalo ada kabar terbaru segera beritahu Tania ya Kang,”

.........

“Terima kasih Kang, Assalamualaikum...”

...............

Aku masih berdiri menatap Tania yang kelihatan sangat syok dan khawatir, kulihat ia menuju ke kamarnya dan mengeluarkan travel bagnya dan memasukkan beberapa pakaiannya.

Dengan perlahan-lahan aku menemuinya,

“Tania, ada apa?” bisikku perlahan

Tania terkejut melihatku berada di kamarnya

‘Kenapa kamu masih ada disini?” jawabnya sinis

Kemudian Tania segera keluar menuju kamar Daffa dan mengeluarkan bebrapa helai baju Daffa dan memasukkannya ke travel bagnya.

“Tania, kamu mau kemana dengan Daffa?” cegatku dihadapannya

“Sudahlah Dave, kamu tidak ada urusan dengan ini,” masih dengan jawaban sinisnya

“Bagaimanapun Daffa itu anakku? Aku berhak tahu,” bentakku

“Dave kamu jangan bikin aku tambah pusing, Nenek masuk rumah sakit dan keadaannya sangat memprihatinkan, aku harus ke Sukabumi sekarang,” jawabnya sambil memijit jidatnya.

Kulihat ketegangan dan kekhawatiran di raut wajahnya,

“Berangkat malam ini? Baik kalo begitu kalian aku antar,”

“Gak perlu Dave, kami pake taksi aja ke travel terdekat,”

“Malam-malam begini gak ada travel yang jalan,”

“Gak perlu Dave,” bentak Tania dan kemudian memanggil mbok Inah

“Mbok, tolong telepon taksi,”

Kulihat ia mulai mengendong Daffa yang masih tertidur lelap di kasur, aku dengan segera mengambil Daffa dari gendongannya dan dengan sekali perkataan ku

“Please Tan, kali ini buang keras kepala mu dan aku antar kalian ke Sukabumi,”

Kusegera mengendong Daffa dan menuju mobil Juke ku, ku buka pintu penumpang dan membaringkan Daffa kemudian menyelimutinya. Terlihat Tania berjalan pelan padaku, segera aku melangkahkan kaki menujunya dan membawa travel bag yang dipegangnya

“Katamu Nenek dalam keadaan memprihatinkan, cepat jangan jalannya seperti kura-kura,”

Kulihat dia terkejut seketika seperti sedang melamunkan sesuatu kemudian segera berjalan menghampiriku

Ku segera menghidupkan mesin mobil dan kulihat jam sudah menuju jam 10 malam, ya suasana hening kami hanya terdiam setelah berangkat dari rumah Tania. Tidak ada sepatah dari kami pun berani mengatakan, membantah ataupun mengungkapkan apa yang sedang terjadi dan hanya terdiam. Ketika mobil sudah keluar dari kota Bandung dan sedang berada di jalan tol, kulihat Tania sepertinya sudah mulai mengantuk.

“Tania, kamu tidur saja, nanti kalo sudah sampai aku bangunin,”

“Dave....” bisiknya pelan

BEGIN AGAINDonde viven las historias. Descúbrelo ahora