Between Sin and Dream 23 : Ventitre I

17K 1.4K 14
                                    



Alex berdiri dengan sebelah tangan memegang sampanye sesekali menyesap minuman itu, membiarkan cairan itu memenuhi tenggorokannya. Namun matanya tidak bisa lepas dari tunangannya. Begitu pula dengan Nicolas.

Senyuman terukir di bibirnya, matanya melembut saat melihat Selena tersenyum lebar. Gadis itu memakan beberapa cake yang berada di ujung meja bersama dengan tunangan Alex. Nicolas tidak perduli seberapa banyak cake yang dimakan oleh kedua gadis itu selama Selena tersenyum lebar.

"Thanks, Lex"

Alex mengangkat sebelah alisnya, "for what?"

"Karena acara pertunanganmu mampu membuat Selena tersenyum" gumam Nicolas pelan. Ini pertama kalinya ia melihat Selena tersenyum lebar. Selama ini yang selalu dilihatnya adalah wajah sendu gadis itu.

Dan kalau acara ini mampu membuat gadis itu tersenyum, Nicolas rela menghabiskan separuh harinya dengan menghadiri acara seperti ini. "Dude, tampangmu menjijikan. Kalau saja kamu bisa melihat wajahmu sendiri. Mengerikan"ejek Alex

"Seharusnya kamu melihat wajahmu sendiri. Wajahmu lebih menjijikan dari wajahku, Lex"

Alex mengangkat sebelah alisnya dan mendengus. "aku memang bahagia sekarang. Aku tidak akan berbohong mengenai hal itu"

"karena akhirnya gadis itu memilihmu?" Nicolas menoleh ke seluruh ruangan dan kembali menatap Alex, "bagaimana dengan Killian? Dimana dia? Aku tidak melihat batang hidungnya dimanapun ia berada"

"Killian sedang sibuk mengurusi tunangannya yang sedang marah padanya"

Nicolas mengernyit, "tunangan? Killian? seriously?"

"Yep. Tunangannya marah besar dan bahkan mengusir pria itu dari apartemennya sendiri. Menyedihkan" Alex menjelaskannya sambil terkekeh.

"Seriously Dude. Kita sepertinya sangat menyedihkan. Kamu? Seorang taipan dingin akhirnya bertunangan dan Killian pria itu.. adalah pria terakhir yang aku pikir akan mengikatkan diri, akhirnya bertunangan dan bahkan.."

"Takut dengan tunangannya sendiri?" Alex menyelesaikan ucapan Nicolas lalu mereka berdua tertawa. "Jangan lupakan keanehan sendiri, Nic. Kau orang terakhir yang aku pikir bakalan jatuh cinta lagi. Aku pikir kau hanya akan mengikatkan diri dengan minuman keras setelah Sophie"

"Dulu, aku juga berpikir seperti itu" lalu Nicolas tertawa lebar, "tapi dia merubah segalanya"

"Selena huh? Gadis itu cantik dan sexy walaupun dalam keadaan hamil"

Nicolas menyipitkan matanya, "jangan mengkhayalkan mengenai dia kalau kamu tidak mau ditemukan mati sekarat, Lex"

"Jangan bercanda. Aku sudah punya tunangan" Alex mendengus, " lagipula aku tidak mau tidur di sofa hanya karena ingin menggodamu"

Kemudian Nicolas meletakkan gelas sampanye-nya kepada seorang waiter yang lewat, dan mendekati Selena yang berjalan kearahnya. Ia tidak bisa memikirkan bagaimana menjadi pria cool, yang ingin dilakukannya sekarang hanyalah tersenyum lebar seperti orang bodoh—tapi Nicolas sama sekali tidak peduli.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Nicolas melingkarkan tangannya disekeliling pinggang Selena dan gadis itu tersenyum sambil meletakakkan kepalanya di dada pria itu

"Luar biasa lelah dan puas.."

Nicolas tidak menjawab saat Alex dan tunangannya pergi ke sisi lain. Ia hanya melekatkan tubuh Selena kearahnya. "Mau pulang?"

"Belum. Aku masih menikmati acara ini" kemudian Selena mendongakkan wajahnya, "kamu lelah?"

"tidak. Selama kamu berada disini"

Selene tertawa kecil, "aku memang selalu berada disini, Nic"

"maksud aku, kalau kamu selalu berada dipelukan aku seperti ini" Nicolas mengangkat tubuh Selena hingga kaki gadis itu tidak menyentuh lantai dan membuatnya memekik kecil. Lalu Nicolas membawanya ke lorong sepi dan mendudukkan gadis itu di pinggir balkon yang berada di ujung lorong sepi.

"aku bukan karung yang bisa kamu angkat kemana-mana seenaknya, Nic!" protes Selena dan mengeratkan pelukannya pada leher pria itu

Nicolas tersenyum lembut, "aku mau menghabiskan waktu dengan tenang bersamamu. Hari ini kamu sudah meninggalkan aku selama 20 menit dan pergi dengan tunangan Alex"

"kami hanya berbincang sebentar" lalu Selena mengangkat alisnya, "kamu menghitungnya?"

"apa?"

Selena tertawa dan mengecup pipi Nicolas sekilas, "kamu menghitung waktu saat aku pergi?"

"selalu.."

"Nic, kamu yang sekarang membuat aku takut. Kamu tahu?"

Nicolas menatap wajah Selena dan mendekatkan hidung mereka hingga menempel, "maksudmu?apa sikapku membuatmu takut?"

"bukan. Bukan itu.."

"lalu? Apa yang membuatmu takut?"

Selena memegang wajah Nicolas lembut "kamu buatku takut dengan semua perhatian kamu. Bagaimana kalau kamu mendadak pergi atau bagaimana kalau semua ini hanya mimpi? Ini semua menakutkan bagiku"

Kemudian Nicolas mendadak mengingat sebuah kalimat yang dikirim oleh Selena kepada ayahnya, kakaknya. Sebuah kalimat yang membuatnya ingin meruntuhkan segala ketakutan gadis itu, tapi Nicolas tahu semua itu butuh waktu.

The thought of losing him makes me want to break down. How can I be so happy and yet. Doubt if he'll always be around. And I don't want he ever thinking that I'm second option. Ain't it funny how you fall in love, expecting everything to be just right then you bump into the possibility that you might one day lose this love? I'm too scared that if he leave, I wont be able to breathe

Nicolas mengecup ujung hidung Selena lalu beralih kekedua kelopak gadis itu, puncak kepala dan membiarkan bibirnya mengulum lembut bibir ranum gadis itu, bibir yang selalu membuat Nicolas kehilangan kendali dirinya.

Lalu Nicolas menatap mata Selena dalam-dalam, "aku akan menjadi orang pertama yang kamu lihat ketika kamu membuka matamu. You never give up when I'm falling apart, You're quick to forgive when I make a mistake. I cant imagine to life without you, Sel"

Nicolas mendaratkan kecupan ringan di bibir Selena, seolah mengusap ketakutan gadis itu, "you'll never losing me dan aku tidak pernah menjadikanmu second option. Kalau kamu masih berpikir aku akan hilang, bahwa aku bisa pergi setiap kamu memalingkan mata. Aku akan terus melakukan ini.."

"aku akan terus melakukan ini hingga kamu sadar, aku tidak akan pernah menghilang dari hadapanmu, dari pandanganmu.." Nicolas mengecup Selena ringan dan tersenyum. "apa ini masih belum cukup?"

Selena tersenyum, "sudah. Hentikan, Nic" gumamnya sambil pura-pura marah.

Lalu ia menarik Nicolas, membiarkan wajahnya berada dilekukan leher pria itu, membiarkan air matanya mengalir , jantungnya berdetak dengan kencang. "I can't losing you Nic, tapi aku juga belum bisa menerimamu. I'm sorry"

TBC | Repost 7 September 2016

Between Sin and Dream [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang