twenty six

1.4K 238 87
                                    

Y/N's PoV

Seolah menyadari kedatangan kami--Thomas dan aku, mereka-- Cam dan Val menoleh lalu berjalan mendekat, ralat, hanya Cam yang berjalan santai tidak dengan Val. Ia berlari ke arahku seolah ia tak pernah membentakku di pagi itu.

Tapi sebelum Val benar benar menyentuhku, Thomas dengan halus menarikku ke belakang tubuhnya yang menjulang tinggi. "Alesan lo kesini buat apa, Val?" tanya Thomas tenang tapi sangat jelas ada kedinginan yang mendalam tersirat di kalimatnya.

Air muka Val untuk sesaat seperti seorang anak yang terintimidasi namun, detik berikutnya ia berhasil mengendalikan reaksinya menjadi lebih tenang, "Gak usah khawatir, gue gak mau nyari masalah, Gue cuma punya sedikit urusan," sahut Val tedengar tulus lalu mengalihkan pandangannya ke belakang Thomas; ke arahku. "Sama lo, y/n."

Aku hanya mengangguk ragu. Val seolah minta persetujuan dari tatapannya ke arah Thomas yang gawatnya tampak tak malu malu mengeluarkan sikap protektifnya. Asal tahu saja, akucukup tersanjung karenanya.

Thomas mengangguk dan Val langsung menghambur di pelukannku. "Gue minta maaf," sahut Val di dekat telingaku, aku tahu ia terisak. "Gue goblok banget," lanjutnya.

"Gak papa, lo butuh pelampiasan doang kemaren."

Val tersenyum di tengah isakannya."Dasar bego, kalo lo sayang sama Thomas ngapain coba pake nolak segala." ucapnya dengan gaya sok marah ala guru BK. Aku terkekeh tak menjawab.

"Yaudah, gue gak masalah kok kalo lo jadian, lagian kayaknya sahabat cowok lo itu," Val melirik Cam yang sedang mengobrol dengan Thomas di teras rumahku. "Boleh juga." bisiknya dengan nada ganjen tante tante.

***

Setengah jam yang lalu, Val dan Cam pamit pulang, yang aku yakin mereka tidak langsung pulang, entahlah, aku setuju saja dengan hubungan mereka berdua.

Sore ini Thomas pun tidak langsung pulang, ia sedang duduk di ruang keluarga dengan game controller di tangannya. "Y/n," aku bergumam, masih fokus pada bacaanku. "Jalan yuk." ajaknya membuatku mendongak.

"Tadi kan abis dari food fair, ih,dugong."

Thomas mendengus dan beringsut duduk di sampingku, menarik novel dari pangkuanku dengan santai. "Emang gak boleh kalo gue mau ngabisin malem ini sama lo aja?" aku berani sumpah jantungku siap loncat.

Stop being so cute, Tommy, you killing me slowly asdfghjkl.

Jadilah aku sekarang, duduk di kursi penumpang dengan baju yang telah berganti. Sedangkan Thomas menyetir tetap dengan seragam SMAnya yang makin urak urakkan; seragam putihnya keluar dari celana abu abunya, dasi yang simpulnya telah longgar, dan celana abu abu yang digulung hingga mendekati lutut. I'm dying rn.

"Mau kemana sih ini?" tanyaku sambil merubah posisi menjadi menghadapnya.

Thomas melirikku sebentar lalu mengerdikkan bahu. "Sebenernya gue gak tau," ia menghubungkan flashdisknya pada stereo mobil. "Malem ini aja," ia menoleh kearahku. "Gue pengen sama lo, berdua."

I need a little loving tonight
Hold me so I'm not falling apart
A little but I'm hoping it might kick start

Me And My Broken Heart milik Rixton mengalir, mengisi setiap kekosongan di mobil ini.

"Lo tau kan," Thomas melirik lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi merah, memberhentikan setiap kendaraan. "I was in love with you," aku menoleh. "I fall in love with the girl -who always bring lots of novel wherever she is- way too easily. That's why I feel in love with you in the first place." ia mengurangi kecepatan saat kami tiba di jalur drive thru. Aku masih diam saat Thomas sibuk memesan sesuatu untuk kami berdua.

"Gak papa, gue gak minta lo jawab, gue cuma mau ngasih tau," Thomas  di sandaran sambil menunggu pesanan datang, "Karena gak enak mendem perasaan pas kita mau pisah dan kemungkinannya kecil kita ketemu lagi, y/n." aku melotot tanpa sadar tapi masih diam karena terlalu bingung untuk merangkai kata dari setiap pertanyaan yang menyembul.

"Besok pagi gue harus pindah ke London lagi." Aku diam dan sungguh tak punya nyali untuk menatap matanya, karena setiap detiknya mata cokelat gelap itu selalu berhasil menjatuhkanku, menjatuhkanku ke dalam genangan yang setiap jengkalnya berisi pesona yang tak sanggup kuabaikan.

Tanpa sadar pipiku basah, air mata keparat membuat sungai kecil di kedua pipiku, aku tak berani memandang Thomas, memalingkan pandanganku ke jalanan malam yang indah tapi, untuk malam ini aku akan menganggapnya suram,mungkin juga untuk malam malam selanjutnya.

Karena tidak ada lagi air muka jijik Thomas saat soal fisika di depannya terlalu sulit.

Tak ada lagi keningnya yang berkerut saat ia berusaha mengerti sebuah alur cerita.

Tak ada lagi makan sampai kenyang di food fair dengan guyonan dan gombalan cowok satu ini.

Tak ada lagi cowok yang hobi mencolek bahuku secara iseng di kelas.

Nothing stays the same, Thomas.

"Lo bangsat," Thomas menoleh dan agak terkejut mungkin karena kata kataku kasar. "Lo bikin gue jatoh sama pesona lo, sekarang lo mau ninggalin gue, lo bangs--." Thomas memotong perkataanku dengan bibirnya.

Kupejamkan mataku saat bibirnya menyentuh milikku-- terasa hangat, manis, dan memabukkan. Tangan kiri Thomas menarik tengkukku agar mendekat dan tangan kanannya menggenggam tanganku, menautkan jarinya di sela selajariku.

Thomas tersenyum, menyudahi pengalaman menyenangkanku tadi. Aku pun tersenyum, jangan tanya kenapa; senyum cowok blonde -who own my heart- ini nular.

"Tom, I wanna get back to where we started." sahutku mengutip lirik lagu San Francisco milik 5 Seconds of Summer sambil mengelus rahangnya.

Thomas lagi lagi tersenyum, memandangku teduh, membuatku lebih lega. "It's so fucking hard and complicated." sahut Thomas sambil mengacak rambutnya.

Tangisku keluar lagi, "You didn't have to think about it. It still happen anyway."

"Gue sayang sama lo, gue bener bener sayang sama lo. It's gonna be alright. We still can communicate, right?" aku hanya mengangguk dan detik setelahnya Thomas menarikku ke dalam dekapannya. Dekapan yang mungkin tak akan lagi aku rasakan dalam waktu dekat.

"I promise, i'll be back soon."

Dan hingga Valerie dan Cameron menjalani hari mereka yang lebih menyenangkan, Thomas tidak juga kembali.

Hingga aku lulus dengan nilai memuaskan, Thomas tak juga kembali.

Hingga aku masuk universitas dengan jurusan favorit pun, Thomas tak juga kembali.

Tapi, aku tahu, He never breaks his promise.

It's been 8 years, Tommy, Keep yourself safe and sound.

Because I can't be around.

-------------------------

maw dabel apdet tra? vote dulu.

Unpredictable▶ Thomas SangsterWhere stories live. Discover now