twenty seven

1.3K 219 64
                                    

Y/N's PoV

It's been 8 years.

Sekarang nama Thomas Brodie-Sangster dikenal di setiap inci bumi, aku mengatakannya karena itu memang benar adanya; Thomas telah menjelma menjadi aktor handal, aktor yang terkenal namun tidak terlalu mengekspos kehidupan pribadinya. Aku pun menjelma menjadi salah satu penggemarnya. Sayangnya perasaanku padanya melebihi perasaan seorang penggemar pada idolanya.

Sudah enam tahun kami putus kontak, alasannya klise; kontak Thomas tiba tiba saja tidak bisa dihubungi, aku agak kecewa saat itu, tapi aku mencoba mengerti.

Sekarang hal yang aku takutkan delapan tahun lalu terjadi; Thomas benar benar tidak tergapai olehku, yang aku lakukan selama ini adalah i'd just stare at his photo in my phone anyday.

Aku mencoba setiap detik untuk melupakannya tapi, trying to forget someone you love is like trying to remember someone you never knew. jadi, aku menyerah, masa bodoh dengan hatiku yang terasa diremas kerinduan menyeruak hebat saat melihat interviewnya, saat mendengar aksennya yang khas, atau saat mendengar beberapa gosip dirinya dengan wanita lain.

He never breaks his promise, itu adalah segelintir alasanku untuk tetap percaya karena aku harus percaya walau sudah berkali kali otakku memberontak, satu yang Thomas pernah katakan kepadaku; "Follow your heart, your brain is stupid as shit."

Keseharianku hanya itu itu saja; pergi ke kampus, menyusun tugas karena aku berada di semester terakhir, dan pergi berkerja di salah satu perusahaan tv swasta sebagai salah satu tim kreatif. Terus terusan begitu, bahkan jika aku depresi, akan kuambil pisau lipat yang selalu setia di atas nakasku, menggoresnya di tangan kiriku, hanya tangan kiri.

Karena tangan kiri mudah disembunyikan. Jangan langsung protes, kau tahu, saat aku menggoreskannya, aku akan mendapat rasa sakit yang mengakibatkanku melupakan rasa sakit di hati dan otakku. Hanya sesaat tapi, menyenangkan.

Hari ini aku kacau, sangat kacau. Pantulan di kaca toilet itu memperhatikanku, wanita berumur 24 tahun, dengan kantung mata yang makin menghitam dan goresan di tangan kiriku yang makin banyak.

"Heh, dugong, malah ngendep disini, dua menit lagi meeting." mendengar suara Val, buru buru kupakai lagi cardigan panjang abu abuku, yah, soal itu -cutting- hanya kau, aku, dan Tuhan yang tahu.

Iya, kami satu kantor, bedanya Val baru kerja dua minggu yang lalu, sedangkan aku telah dipercaya selama satu tahun oleh boss maha agung-ku itu. Aku mengangguk, bersiap pergi ke ruang meeting tapi, tidak jadi saat tangan Val menarik tangan kiriku membuatku meringis keras lantaran ada goresan yang masih belum kering. Seolah menyadari sesuatu, Val menggulung lengan cardigan-ku hingga siku dan terkesiap saat semua goresan itu terbongkar.

"L-Lo," Val memandangku tak percaya makin membuatku bersalah. "Lo tuh kenapa sih, y/n?!" ucapnya marah marah tapi tak pelak aku menyadari ada isakan disana, Val menarikku ke pelukannya. Aku terisak saat menyadari betapa bodohnya aku depresi hanya karena menunggu seorang anak lelaki yang sama selama 8 tahun.

"Yaudah, abis lo selese meeting, gue traktir green tea latte ya." Aku mengangguk dan berjalan cepat ke arah ruang meeting masih dengan air mata yang tak berhenti.

Green tea latte? Thomas juga mentraktir itu delapan tahun lalu.

Sialan, Thomas fucking Sangster.

Aku bodoh menunggunya, menunggu lelaki yang sama, menunggunya untuk menatapku seperti delapan tahun lalu, menunggunya berkata 'yuk food fair', menunggunya marah marah saat aku sibuk dengan belasan novelku.

Kuketukkan flat shoes-ku di lantai, menunggu pintu lift terbuka.

Ting

Baru saja kuletakkan satu kaki di dalam lift, seseorang menarikku.

"Excuse me, where's the toilet?" aku mendongak, karena cowok ini super tinggi, aku belum menjawab pertanyaannya saat handphone-ku bergetar tanda ada notifikasi baru. Si cowok ini secara tidak sopan melirik wallpaper handphone-ku. "Whoa, is that Thomas? He looks hella good with me." Sahutnya sambil terkekeh.

Seolah ingat pada tujuan awalnya, ia kembali memelototiku, langsung saja kutunjuk tanda toilet pria di ujung lorong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seolah ingat pada tujuan awalnya, ia kembali memelototiku, langsung saja kutunjuk tanda toilet pria di ujung lorong.

Setelah ber-terima kasih, ia langsung ngacir ke toilet membuatku sedikit tersenyum tapi, tiba tiba senyumku memudar saat aku tersadar sesuatu.

WHAT THE HELL IS WRONG WITH ME?! IS THAT DYLAN O'BRIEN?!!!!

-------------------------

tuh dah y, vote dong.

Unpredictable▶ Thomas SangsterWhere stories live. Discover now