13. Feeling

4.7K 281 1
                                    

Hari berganti dan ini hari ke tiga aku bolos les bersama Yui. Hatiku terlalu sakit mengetahui kalau dia mulai berhubungan lagi dengan Annin, selama tiga hari itu juga aku selalu menangis tiap malam.

Rena juga ku diamkan. Aku tidak mood berbicara untuk waktu yang lama, aku hanya masuk ke kamar, mengunci pintu, dan mulai menangis.

pernah bibi bertanya padaku, aku hanya menjawab bahwa aku baik-baik saja tapi hey, aku tidak baik. Aku sakit. Sakit karena Yui, Yui yang membuat aku jatuh cinta padanya namun kini dia yang menyakitiku.

--

"Ah, begitukah.." Sahut Yui begitu mendengar curhatan Rena tentangku. Wajah Yui berubah murung, ia seketika menunduk.

"Aku harap kau dan Paru tidak ada kesalahpahaman, ok? Lagipula, kau menyukainya dari pertama kali kau bertemu dengannya kan, Yui?" Tanya Rena. Yui menggangguk.

"Aku dan ibuku juga setuju kalau kau mendekati Paru. Tolong jangan sakiti dia," sambung Rena.

"Aku mengerti, Rena. Aku akan berusaha,"

--

Aku masih meringkuk di selimutku, udara cukup dingin untuk membuatku bermalasan di kamar. tiba-tiba ponselku berbunyi, panggilan dari Yui.

Aku mendiamkannya. Malas untuk mengingat dirinya yang sudah menancapkan luka di hatiku, lebih baik aku tinggal tidur saja.

Yui mendesah, ini kesekian kalinya mailbox dari panggilannya. Ia duduk di kursinya, selama ia tidak mengajarku, ia pergi ke kantornya. Matanya menatap foto kenangan di mejanya, dimana foto itu terdapat dua buah keluarga yang terlihat bahagia.

Keluarga Shimazaki & keluarga Yokoyama

Yui mendesah begitu melihat sesosok gadis dengan gaun putih dan rambut cokelat tua tergurai sebahu disampingnya yang bergaya sangat datar.

Ia tiba-tiba teringat bagaimana dulu ia bertemu dengan gadis itu yang tidak lain adalah aku. Gadis itu adalah aku.

--

Aku menggucek mataku. Cuaca mulai menghangat dari sebelumnya. Tidurku begitu nyenyak sedari tadi tanpa sadar aku terlelap cukup lama.

ku lirik jam di dinding, pukul 2 siang. Ini menjadi rekor tidur terlama untukku. Aku berdiri dari kasur dan mulai turun ke bawah. Aku menuruni satu persatu anak tangga dan berhenti di anak tangga terakhir.

Tunggu, apa aku mendengar suara Yui?

"Aku harap Haruka mau memaafkan aku,"

Aku menelan ludah. Pendengaranku sangat baik dan tidak mungkin aku salah mendengarnya, itu pasti Yui! Dia datang kesini. Aku hampir saja berlari kencang menuju ruang tamu tapi,

Degh

Degh

Aku mengurungkan niatku, perasaanku kembali sakit mengingat kemarin. dalam hatiku aku mengumpat. Ku dengar Rena mencoba memanggilku dan berhadapan denganku di tangga.

"Loh, aku pikir kamu masih tidur!"

Aku terdiam,

"... kamu sudah di tunggu oleh Yuihan. Kenapa tidak mencoba untuk bertemu dengannya?"

Aku masih terdiam, Rena menarik lenganku. Aku menatapnya beberapa saat, dia mengangguk seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Perlahan namun pasti aku mengikuti Rena yang menuntunku.

Dia duduk dengan kacamata hitam yang terpajang di wajahnya, matanya menuju kearahku. Aku menunduk kebawah. Rena membimbingku duduk di sofa lalu tersenyum, "aku akan meninggalkan kalian. Baik-baik ya"

Rena meninggalkan kami berdua. Detik demi detik seolah membebani diriku, Yui masih terdiam begitupula aku yang merasa suasana menjadi sangat canggung.

"Aku dengar semuanya," dia membuka suaranya. "Sudah tiga hari kamu mendiamkan Rena dan juga bibi,"

"Paru," panggilnya tanpa melihatku. "Kalau kau punya masalah denganku tolong jangan buat orang lain ikut merasakannya,"

"Kau sudah sangat dewasa, kan..?"

Aku mendesah, Yui benar. Aku terlalu membawa perasaan saat ini, aku mendiamkan orang yang tidak bersalah dalam masalahku.

"Paru," ia mulai memegang pundakku, "maafkan aku sudah memperlakukanmu buruk saat itu,"

"Kau tidak salah, Yui" ucapku dengan susah payah. Aku mengigit bibir dan menutup mata, rasanya berat untuk ku ungkapkan, suatu yang mengganjal dalam hati selama tiga hari lamanya.

Yui terdiam, masih memegang pundakku. Perlahan ku menoleh kearahnya, melihat bagaimana wajah datarnya yang ku rindukan, "mungkin hanya aku saja..."

"Yang terlalu bawa perasaan," aku menintikkan air mata, entah kenapa rasanya perih sekali. "Maaf, aku telah jatuh cinta padamu, Yui."

--

My private class:

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang