37. Goodbye Love

171K 6.7K 610
                                    

Ting

Aren berjalan keluar dari dalam lift saat benda itu terbuka. Ia segera berjalan ke arah apartemen yang dulu ia tinggali bersama Valen. Air mata masih terus membasahi pipinya saat menekan kombinasi angka yang adalah password dari tempat tinggalnya itu.

"Aren" panggil Didi dan Alex bersamaan. Orang yang dipanggil segera menoleh ke arah sumber suara itu. Diujung sana dekat lift tampak dua orang pria sedang berdiri sambil memandang sahabat mereka dengan perasaan kaget. Aren segera berlari dan langsung memeluk Didi dan Alex sambil mengeluarkan seluruh keluh kesahnya dengan menangis.

"Aren, lu tenang dulu yah" Didi mengusap-usap punggung sahabatnya yang tengah menangis itu.

"Kita masuk ke dalam yuk" ajak Alex yang juga berusaha menenangkan Aren. Gadis itu pun melepas pelukannya dan berjalan bersama Didi dan Alex ke apartemennya.

"Duduk dulu" Didi menuntun Aren untuk duduk di sofa.

"Nih, lu minum dulu yah" pria melambai itu menyerahkan botol air minum dan Aren segera meneguk air yang berada di dalamnya. Alex meletakkan koper Aren di depan kamar gadis itu dan duduk bersama kedua sahabatnya di sofa.

"Ren, lu tenang yah" kata Alex mengusap-usap punggung Aren yang sedang bersandar di dada Didi. Setelah Aren cukup tenang, Didi mulai bersuara.

"Ada apa, Ren? Kenapa lu nangis?" tanyanya.

"Jadi.." Aren mulai menceritakan semua yang hal yang terjadi. Saat ia melihat Adam dan bocah itu begitu mirip, saat Adam dan Tasya bercumbu dan kenyataan pahit yang harus ia dengar dari mulut Adam. Jujur saja itu semua membuatnya merasa sangat sangat sesak.

"Apa? Jadi dia.." Alex mengepalkan tangannya setelah mendengar penuturan Aren.

"Bangsat! Dia pikir dia siapa hah?" pria itu bangkit dari tempat duduknya karena emosi.

"Udah Lex, bagaimana pun juga semuanya udah terjadi. Kita nggak berhak ikut campur" kata Didi yang masih menenangkan Aren.

"Yang dibilang sama Didi bener Lex, biarin aja dia. Gue nggak mau karena masalah ini kalian dendam sama Adam" Aren bangkit dari tempat duduknya dan menggenggam tangan Alex yang terasa dingin. Pria itu menghelah nafas panjang.

"Iya Ren, ini masalah lu dan gue sama Didi hanya bisa membantu lu, bukannya ikut campur" Aren mengangguk.

"Ini kunci mobil lu, Lex. Mendingan sekarang kalian balik. Ini juga udah sore" ujar gadis itu.

"Tapi Ren kita pengen nemenin lu di sini" ujar Didi dengan cepat.

"Maaf, tapi gue lagi pengen sendiri."

"Kita ngerti kok Ren, kalau ada apa-apa lu tinggal telepon kita. Oke?" perkataan Alex hanya diangguki oleh Aren. Kedua pria itu pun mengambil tas sekolah mereka dan keluar dari apartemen. Setelah kepulangan sahabat-sahabatnya, Aren merasa sangat sepi. Apartemen ini mengingatkannya akan sosok Valen, kakak yang sangat ia sayangi. Perlahan, gadis itu melangkahkan kaki menuju kamar Valen. Dibukanya pintu ruangan itu, semua barang masih terletak di tempatnya masing-masing, sama seperti kali terakhir saat ditinggalkan. Segera Aren menghempaskan tubuhnya di kasur king size yang biasa kakaknya tiduri, memeluk guling dengan sangat erat.

"Where are you when I need you?" tanyanya seolah sedang berbicara dengan Valen.

"Apakah cinta pertama harus sesakit ini? Aku sudah mati rasa karenanya. Aku sangat bodoh menyerahkan hatiku seutuhnya hanya untuk orang yang kau percayai itu, kak. Mengapa ia memanfaatkan kepercayaan yang kau berikan dengan mempermainkanku?Sakit rasanya mendengar segala kejujuran itu. Hatiku terasa remuk saat mengetahui aku telah berbahagia diatas kebohongan yang ia ciptakan." Aren menangis tersedu-sedu, mencurahkan segala isi hatinya dan berharap Valen yang berada di suatu tempat bisa mendengar jeritannya.

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang