Previous :
"Kamu marah ya? Maafin aku ya?" lirih Kinal memelas.
"Hmm? Aku nggak marah..."
"Trus, kenapa tadi diem aja waktu aku jelasin dan minta maaf sama kamu?" tanya Kinal lemah.
Terdengar suara kekehan kecil, Kinal semakin tidak mengerti karenanya. Bukannya menjawab, Veranda justru memperdengarkan suara tawanya yang renyah.
"Aku nggak marah Kinal. Aku baru aja selesai berdoa sama Tuhan, meminta supaya hari ini kamu diberi kelancaran dan kemenangan..."
Kinal tak bisa lagi untuk menahan senyum di bibirnya. Gadis itu mungkin akan melompat-lompat kegirangan andai saja tak ada orang yang melewati koridor gedung. Ia tak mampu bicara apa pun mendengar ucapan manis dari Veranda untuknya.
"Semangat hari ini Capt? I love you..."
#################
08:00 a.m
Road to International Airport Soekarno-Hatta
Pagi-pagi sekali, Kinal yang sebenarnya saat ini masih berkeinginan menghabiskan waktunya untuk beristirahat seusai pertandingan kemarin, terpaksa sudah harus bersiap-siap mengantar kakaknya pergi menuju bandara.
Dengan pakaian seadanya yang ia kenakan dan wajah mengantuk yang masih tercetak jelas, Kinal menyetir sambil sesekali mengeluh karena kantuk yang masih begitu pekat ia rasakan.
"Dibilangin jangan nyetir, maksa sih? Mau nguap sampe kurus?"
Terdengar suara baritone seorang pria yang tengah duduk di jok belakang dengan angkuhnya. Kinal tak menggubrisnya, gadis itu hanya berdecak sebal dengan bibir yang mengkerucut lucu.
"Berisik!" sungut Kinal tak terima protesan Juna.
Perang kecil seperti ini, tentu dengan mudah mengundang sebuah senyuman tipis di bibir seorang wanita yang tengah duduk manis di samping kursi kemudi.
"Ada yang ketawa tuh, marahin aja Bang marahiiinnn!"
Veranda langsung melirik Kinal dan memanyunkan bibirnya tak suka. Tangannya yang bebas bergerak mendekati perut Kinal dan mencubit gemas disana.
"Issh, kamu tuh!" gemas Veranda sembari mencubit perut Kinal dari arah samping.
"Aw! Sakit tau Ve?" rajuk Kinal.
"Biar!"
"Biar apa?"
"Biar kurus!"
"Iya deh iya, yang kurus boleh sombong! Menang aja deh Bu Veranda mah..." ujar Kinal pura-pura mengalah. Bibirnya melengkung membentuk senyuman jahil sehingga membuat Veranda semakin kesal melihatnya.
Kenyamanan yang dirasakan keduanya terlalu kuat, hingga tak menyadari bahwa di sekitar mereka masih tersisa dua orang lain yang menyaksikan pertikaian manis di antara keduanya. Mungkin kecanggungan tentang keberadaan Juna telah benar-benar lenyap sesuai yang Kinal harapkan. Ia yang sebelumnya sangat khawatir tentang keberadaan Juna terhadap hubungannya dengan Veranda, kini berbalik jauh.
Semua terasa lengkap menurutnya saat ini. Kemenangan yang ia raih kemarin, kini memberikan ia kesempatan lebih besar lagi untuk memenangkan turnamen bersama teman-temannya. Selain itu juga, beban yang ia tanggung dari Juna pun telah berkurang. Sekarang, apa?
YOU ARE READING
Hey, Bu Veranda!
FanfictionDevi Kinal Putri, mahasisiwi semester akhir yang sibuk oleh segala tugasnya terpaksa harus merawat keponakannya yang baru saja mau masuk SD, Nabilah. Jessica Veranda, guru SD yang parasnya cantik dan sangat lembut namun cukup pendiam. Kedua insan ya...