Prolog

49 3 0
                                    

Musim hujan sepertinya tampak membantu rencana gadis berwajah lugu yang berada di atas ranjang berwarna kelabu. Ia terus menggigit bibirnya yang cukup tebal itu berkali-kali, sambil sesekali menyelipkan rambut kecokelatannya ke balik telinga beranting berbentuk tokoh disney favorit nya sejak kecil.

Orang-orang yang hanya mendengarnya, pasti berbeda pendapat dengan orang yang melihat keadaan gadis itu sekarang. Seandainya, orang yang melihat keadaan itu ada.

Gadis itu, bukan terduduk ataupun berbaring.

Gadis itu, dalam posisi hampir telungkup.

Ia menahan bobot berat badannya dengan siku yang menusuk ke ranjang. Pinggulnya tertahan di atas kemaluan seorang pria. Gadis itu, Hydra, meneguk saliva nya berulang-ulang. Hidungnya seperti penuh dengan asap yang tidak bisa dihirupnya.

Dengan segenap rasa malu yang tersisa di dalam dirinya, Hydra menutup mata emasnya. Merundukkan kepala bermahkota gelombang laut nan lembut yang berjatuhan ke wajah pria tampan bermata bak raja hutan. Bibir lembut Hydra mulai mencium singkat kening berkerangka keras itu, dan merambat ke pipi pria tersebut. Hydra menyentuhkan hidung mungilnya pada hidung mancung si pria.

Tangan bertulang kurusnya menjelajah ke dalam kemeja biru langit milik si pria dan mengelus perut yang telah terbentuk sempurna itu.

Seketika pria di bawahnya itu menyentaknya. Membuat Hydra terjungkal cukup keras. Mata hitamnya menyorot tajam gadis yang terbanting di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan?" desisnya seraya kembali menurunkan kemejanya yang sedikit naik hingga di atas pusar.

Gadis itu bangkit dan terduduk di atas ranjang, membungkam bibirnya rapat-rapat.

Pria itu, Clovis, menghentakkan nafasnya kasar. "Aku pergi. Aku akan menganggap hal ini tak pernah terjadi." ucapnya sambil mulai berdiri dan merapikan dirinya.

Ia menyambar tas punggung berwarna hitam miliknya dan memakai sepatu di depan pintu apartemen. Ketika Clovis bangkit hendak membuka pintu, ia berhenti. Ia yakin Hydra masih terdiam menahan tangis sekuat-kuatnya di atas ranjang.

"Aku menghargaimu, Hydra. Sebagai seorang gadis. Tapi bisakah kau mengerti jika aku hanya menyukai gadis suci seperti Sola?" tutur Clovis tanpa membalikkan tubuhnya.

Hydra merasakan hidungnya semakin pengapdan mulutnya berulang kali mengeluarkan karbondioksida lebih banyak daripada hidungnya menyerap oksigen. Tangannya meremas sprei kelabu di pangkuannya. Mulutnya terbuka, tertutup, dan terbuka lagi. Ia mencoba mengeluarkan suara hatinya kepada pria yang hanya bisa ia lihat punggungnya kali ini.

"M-Ma.. M-Maaf."

.
.
.
.
.
.
.
"Maafkan- aku."

Clovis menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia mengenggam pegangan pintu di tanganya erat-erat.

"kau tahu? Kau adalah gadis termurah yang pernah ku kenal."

DEG

Pintu berkusen kayu berkualitas tinggi itu tertutup. Menyisakan ruangan sunyi berisi gadis berpakaian tak utuh yang masih terduduk di atas ranjang. Ruangan itu terasa hampa udara. Membuatnya semakin merasa sesak.

Seperti menghirup gas selain oksigen.

Passionate to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang