1st

27 2 0
                                    

Sudah terhitung lima tahun terlewati, dan Hydra sudah menyelesaikan kuliahnya satu tahun yang lalu.

Hari ini tanggal 26 Juni.

Hydra sudah menapakkan dirinya pada umur 22 tahun. Pagi ini dalah pagi yang cerah untuknya. Ibu dan ayahnya sudah menyiapkan reservasi restoran makanan jepang kesukaannya. Ia hanya tinggal membeli pakaian yang indah untuk ulang tahunnya kali ini.

Ia berjalan-jalan kecil di pinggir jalanan yang tampak lengang. Tumben sekali. Senyumannya mengembang sempurna. Lirikan matanya yang menjelajahi lingkungan sekitarnya, berhenti pada sebuah toko bunga langganannya.

Sedikit merapikan terusan berwarna cream miliknya, lalu dirinya masuk ke dalam toko bunga bergaya eropa tersebut.

"Selamat datang- ah! Hydra!"

Shion. Gadis yang rambutnya di cat pirang itu tampak sumringah ketika melihat sahabatnya mampir ke toko bunga peninggalan neneknya. Hydra tertawa kecil seraya duduk di kursi berkaki tinggi. "tumben kau mengepang rambutmu." katanya. Shion tersenyum jahil di sela lanjutannya merangkai beberapa jenis bunga.

"Ben suka gadis berambut kepangan." jawab Shion dengan semburat merah di pipi tirusnya. Hydra tersenyum menanggapi respon lucu sahabatnya itu.

Mata emasnya memperhatikan suasana toko bunga milik Shion yang terasa nyaman dan hangat. Ia melihat dengan detail macam-macam jenis bunga yang diantaranya telah dirangkai dengan indah. "Oh, Hydra." panggil Shion.

Hydra menengok ke arah Shion tanpa menatap ke arah gadis itu, matanya sibuk memilah bunga-bunga yang berwarna cantik di sekitarnya, "hm?" Shion yang melihatnya menggeleng geli.

"tadi aku merangkai bunga lavender, kau mau?"

Ucapan Shion membuat pemilik pipi gembul itu menoleh dengan cepat. "ah, ya ya tentu saja!" katanya.

Shion datang dengan bouquet besar berisi bunga lavender dan Baby's Breath kering yang terbungkus kain berwarna broken white.

Indah dan begitu hangat. Hydra tercekat, "wow. Kau akan menjualnya padaku? Ini terlalu indah untuk diberikan kepada orang lain." katanya sembari mengambil bouquet tersebut dari tangan Shion. "Tentu saja. Dan kau memang benar, sulit memindahkannya dari tanganku. Maka itu, aku tidak akan memberimu diskon." Jawab Shion dengan senyuman manisnya, bahkan Hydra dapat melihat gingsul yang terlihat jelas dari balik bibir merona Shion.

"Ya ya aku tidak masalah. Aku ambil ini. Berapa?" tanya Hydra sembari meletakkan rangkaian bunga lavender itu di atas meja kayu milik Shion.

"782.000 rupiah."

"hah?"

Hydra mendelik ke arah Shion yang menaikkan alis dan bahunya. "kau tahu? harga bibit lavender dan Baby's Breath begitu mahal. Dan.. lavender tidak mudah untuk tumbuh di daratan rendah apalagi di tengah kota seperti ini. Kau mengerti kehebatanku merawat bunga bukan?" Jelas Shion panjang lebar. Mendengarnya membuat Hydra menghela nafas panjang.

Ia mengalah. Segera Hydra mengeluarkan delapan lembar pecahan seratus ribu pada Shion. "Terima kasih, kawan. Sebentar, aku akan membuat bill dan mengambil kembaliannya."

Oh Hydra lupa sesuatu. Ia harus ke kantornya sekarang, projek besar telah menunggunya.

"Ah Shion! Simpan saja kembalian dan bill nya! Aku terburu-buru!"

Shion mengangkat tangannya dan hendak protes pada Hydra, namun gadis itu sudah menyambar bouquet nya dan berlari ke luar toko bunga milik Shion. Ia hanya bisa menghela nafasnya.

Zrassshhhh

Bagus sekali. Tepat ketika Hydra menjejakkan kaki di luar pintu toko bunga Shion, hujan mengguyur dengan lebatnya. Seingatnya, bukankah tadi langit terlihat cerah? kenapa tiba-tiba hujan? Ia menyesal tidak mendengarkan ibunya untuk membawa payung. Hydra mendengus sebal dan bersandar di dinding toko bunga. "Kelihatannya akan lama." desahnya sambil menutup bouquet bunganya agar tidak terkena cipratan air hujan.

"ah basah."

Eh?

"Sial. Seharusnya aku mendengarkan ayah untuk membawa payung."

Hydra mengenal suara ini.

"Apa yang harus ku lakukan?"

Sangat mengenalnya.

"baterai hp ku mati."

Perlahan, Hydra melirikkan matanya ke arah asal suara yang terdengar barusan.

Dan saat itu matanya seperti jangkar yang tenggelam di kedalaman laut yang begitu dalam. Membuatnya tidak bisa bergerak. Namun hatinya bergemuruh di terjang ombak yang semakin membesar.

"Clovis?"

Passionate to MeWhere stories live. Discover now