[20] Why? [Revisi 2]

251 13 3
                                    

"Lo mau kemana Ghin?" tanya Aimee yang sedang membaca novel di ruang tamu dengan bersilang kaki menemukan adik nya telah berpakaian rapi.

Ghina yang sudah berpakaian rapi berjalan melewati ruang tamu langsung menoleh menatap kakak nya yang tengah bertanya padanya.

"Mau jalan gue Kak bareng Divin. Udah lama gue gak jalan sama dia, sekalian mau beli buku paket buat UN!" kata Ghina tersenyum ke arah Aimee.

Mendengar itu Aimee langsung mengalihkan pandangan nya dari buku novel yang tengah ia baca sambil menatap lurus-lurus pada Ghina.

"Mau gue anter?" Aimee menawarkan diri sambil membalas senyuman Ghina.

Ghina langsung menggeleng. "Nggak usah Kak. Gue naik angkot aja. Gue tahu lo cape jadi gak usah maksain diri," tolak Ghina dengan halus.

Aimee juga menggeleng. "Nggak nggak boleh. Kalau gue masih ada di rumah kenapa lo gak manfaatin gue sih? Gue lagi nyantai gini juga malah naik angkot. Gue belajar bawa mobil itu juga buat lo, udah santai aja gue anterin ya?" tanya Aimee lagi.

"Gue pergi bareng Bang Fe Kak. Gak pa-pa gue bareng dia aja. Bukannya gue gak mau lo nganterin gue, tapi lo tadi pulang nya kan udah cape banget abis ekskul kan, pas juga tadi dia udah nawarin diri buat nganterin gue, jadi gue terima aja," Ghina akhirnya berkata jujur juga pada Aimee.

Mendengar Ghina menyebutkan panggilan  'Bang Fe' itu yang berarti adalah Ferral, Aimee langsung terdiam dengan senyuman yang perlahan-lahan ikut memudar.

Sudah lebih 3 hari mereka saling diam-diaman tak berbicara sepatah katapun ataupun sekedar menyapa saja. Mereka benar-benar sudah sangat jauh sulit untuk dapat menggapai salah satu nya. Mereka benar-benar menjauh mengikuti apa yang Aimee inginkan pada hari itu, namun Aimee masih merasa diperhatikan dari jauh oleh Ferral walaupun mereka tak dapat berbicara, dan menyapa. Aimee merasa Ferral benar-benar menyesali nya tapi apakah ia harus memercayai Ferral setelah apa yang sudah ia lakukan? Aimee tidak sebodoh itu.

"Oh," gumam Aimee setelah terdiam cukup lama sambil menutup buku novel yang tadi berpinda ke pangkuan nya seraya bangkit dari duduk nya membawa novel itu. "Itu hak lo mau bareng siapa tapi seenggaknya gue seneng lo pergi gak naik angkot, hati-hati di jalan nya, bilang ke Bang Fe lo itu buat jalan pelan-pelan aja, gue gak mau lo lecet sedikitpun," kata Aimee sambil mendesah pelan lalu melangkah meninggalkan Ghina sendirian di ruang tamu.

Ghina hanya dapat menghela napas sebelum benar-benar melangkah lagi menuju pintu rumah nya lalu melangkah mendekati Ferral yang sudah menunggu nya di depan dengan mobil Pajero hitam nya.

Ferral yang melihat Ghina sudah keluar dari rumah tengah menghampiri nya langsung menyunggingkan senyuman nya lalu membukakan pintu mobil untuk Ghina.

"Gak usah sok perhatian gitu deh ke gue kalau lo ada mau, biar gue deketin lagi sama kakak gue," sindir Ghina lalu masuk ke dalam mobil.

Ferral mengangkat bahu nya dengan cuek. "Nggak kok. Gue gak pernah gitu ya," ucap Ferral membantah perkataan Ghina barusan.

Ghina mengibaskan tangan nya pertanda dia tak peduli. "I don't care," balas Ghina sebelum pintu mobil kembali Ferral tutup.

Ferral langsung berjalan memutari mobil nya lalu masuk ke dalam mobil seraya menjalankan mobil yang mesin nya sudah ia panaskan sambil menunggu Ghina keluar tadi.

Aimee yang melihat mobil itu sudah menjauh hilang dari pandangan nya langsung menghembuskan napas nya dengan berat. Ia sedang berdiri di balkon kamar nya sambil mengusap wajah nya. Jantung nya lagi-lagi berdetak lebih cepat dari ritme biasanya, membuat nya langsung bertanya-tanya, ada apa?

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang