Chapter 4

6.9K 1.2K 23
                                    

Satu minggu kemudian, Davin kembali ke rumah keluarga Flara, dan pria itu bersikap seolah tak terjadi apapun.

Dicky yang tadinya berniat memberitahu Flara, seketika enggan untuk mengatakannya, apalagi setelah 3 hari Davin dirawat, Dicky justru melihat Flara sedang menemani Gio di rumah sakit dan Dicky pun akhirnya lebih memilih untuk diam.

"Davin!"

Mendengar suara mesin mobil Davin yang terparkir digarasi rumahnya, seketika membuat Flara berlarian menuju pintu utama. Namun sayangnya ia keduluan oleh Lena--Mamanya.

"Akhirnya kamu pulang juga" Lena memeluk Davin dan mengusap lembut punggung Davin.

"Maaf, aku tidak mengabari Mama" Ucap Davin.

Lena mengangguk dan kini pandangan Davin bertemu dengan Flara. Davin hanya tersenyum samar lalu mengikuti Lena yang langsung menggiringnya masuk rumah.

"Mah, sebelumnya maaf tapi aku sangat lelah, bolehkah aku masuk kamar?" Davin menatap lekat Lena. "Oya, aku tidak datang sendiri, aku datang bersama Dika dan Dicky" Davin tersenyum lembut pada Lena dan Lena pun balas tersenyum pada Davin lalu mengangguk.

"Istirahatlah, biar Mama yang mengantar mereka ke kamarmu" Ucap Lena.

Davin mengangguk sekilas lalu menatap Flara. "Apa kamu baik-baik saja selama aku tidak mengawasimu? Apa kamu memikirkanku? Apa kamu mencemaskanku?" Pertanyaan itu berputar dikepala Davin tanpa ada satupun yang terucap.

Davin kembali tersenyum samar, kamudian berlalu menuju kamarnya.

Sementara Flara, gadis itu terpaku dibawah tangga, Davin bahkan tidak mengomelinya, pria itu hanya tersenyum samar padanya.

Tak lama Dika dan Dicky masuk kedalam rumah dengan membawa sebuah kotak yang disembunyikan oleh Dika dan itu membuat Flara memicing tajam, sebelum akhirnya Lena datang dan mengantarkan mereka ke kamar Davin.

"Dav" Panggil Dika dan Dicky setelah Lena beranjak pergi.

Dengan sigap Dika membuka kotak yang dibawanya yang ternyata adalah kotak obat. Pria itu membuka baju Davin hingga Davin hanya memakai singlet abu-abu dan Dika pun mulai mengganti balutan perban dilengan Davin.

"Gue dan Dicky akan selalu kesini untuk mengganti perban lo, dan ingat lo gak boleh mengangkat sesuatu yang berat biar jahitan lo aman gak terbuka dan lo juga gak boleh masuk kerja dulu" Ucap Dika seperti seorang ayah pada anaknya.

Davin tersenyum miring lalu meninju lengan Dika. "Lo berlebihan, gue sudah bilang gue... Ouch!"

"Gue apa!" Dika dan Dicky melotot begitu Davin meringis kesakitan.

Tanpa mereka tau, Flara yang kini ada diluar kamar Davin, dimana pintu kamar Davin sedikit terbuka, ikut meringis seakan merasakan apa yang Davin rasakan, gadis itu melongokan kepalanya dan seketika air mata Flara luruh saat tau lengan Davin terluka hingga harus dijahit.

"Diamlah kenapa kalian sangat berisik, lakukan dengan cepat sebelum ada yang datang" Tukas Davin.

Dika mendengus kesal. "Apa lo takut Flara tau? Tapi kenapa, Dav?"

Davin menghela nafas kemudian tersenyum. "Karena Flara gak akan mengkhawatirkan gue"

"Ah lo benar, buktinya dia meninggalkan lo sendirian dan lo hampir saja meninggal!" Timpal Dicky emosi.

Dika melotot pada Dicky. "Apa lo bilang, Dick?!"

"Sudahlah. Jangan dibahas lagi!" Ucap Davin menengahi.

Dika menghela nafas sambil menatap tajam Dicky seakan meminta penjelasan dari Dicky.

Sedangkan Flara, gadis itu merasakan sesak didadanya. "Davin hampir meninggal! Ya Tuhan" Flara membekap mulutnya, ia begitu shock. "Jadi selama seminggu ini, astaga kenapa dia gak bilang sih!" Flara menahan sesenggukannya dan gadis itu terus mencuri dengar pembicaraan Davin dengan Dika dan juga Dicky, walaupun sebenarnya ia sangat ingin masuk dan memeluk Davin.

DaFLa [Davin & Flara]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora