Chapter 1

70 3 1
                                    

"Tidak semuanya yang terlihat baik diluar, didalam akan baik juga." –author

***

Matahari tepat berada diatas kepalaku, saat aku tengah menanti bus di sebuah halte. Ku benarkan letak topiku. Aku menunduk melihat jam hitam yang melingkar dengan manisnya di pergelangan tangan kiriku. Ku sandarkan tubuhku ditiang halte. Aku segera beranjak masuk kedalam bus, saat bus yang ku nanti datang. Suasana bus cukup dibilang ramai, ku edarkan pandanganku keseluruh penjuru bus. Mencari letak bangku yang belum terisi. Aku melihat sebuah bangku kosong disebelah seorang laki-laki berkacamata.

Aku berjalan mendekati bangku dan tanpa enggan, duduk disebelah laki-laki yang tengah sibuk dengan bukunya. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku. Aku merogoh kantung jaketku dan mengeluarkan ponsel dan sebuah earphone. Ku pasang earphone dikedua telingaku dan menyandarkan kepalaku dibangku. Bus berhenti disebuah halte.

"Permisi" ucap laki-laki itu dengan tersenyum ke arahku, dia berjalan melewatiku masih dengan senyumnya. Aku hanya diam melihatnya, tanpa ada niat membalas senyumnya. Aku kembali hanyut dalam alunan lagu yang ku dengarkan. Aku melirik kearah bangku yang tadi diduduki oleh laki-laki itu. Terdapat sebuah buku disana. "Mungkin dia lupa" ucap ku pelan dan mengambil buku tersebut.

Aku membaca judul buku itu,buku tentang arsitektur. Buku ini pasti sangat penting untuknya. Tapi bagaimana aku mengembalikannya. Jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan mengembalikan bukunya. Walaupun aku tidak tahu kapan. Bus berhenti dihalte yang ku tuju. Aku beranjak dan turun dari bus itu, dengan buku laki-laki itu ditangan kananku.

Aku membenarkan letak topiku dan mulai berjalan. Matahari sangat terik, sinarnya bisa saja membakar kulitku. Jika saja aku tidak memakai jaket. Aku membuka pagar rumahku dengan pelan. Suasana sepi segera menyerbuku tanpa permisi. Ku ketuk pintu rumah beberapa kali. Suara jejak kaki terdengar mendekati pintu dan membukanya dengan perlahan.

"Hey Sandra, mari masuk aku sudah membuatkan makan siang untukmu" ucapnya ramah. Aku hanya memandangnya sebentar, lalu berjalan melewatinya menuju kamarku. Dia mengembuskan nafasnya dan pergi ke arah dapur. Dia adalah kakak pertamaku, namanya Dio.

Ku letakkan buku laki-laki itu diatas meja belajarku, bersama dengan topiku. Ku lepaskan jaketku dan melemparkannya begitu saja diatas kasur. Ku melangkah masuk kedalam kamar mandi. Ku lepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhku dan masuk kedalam bathup. Ku pejamkan kedua mataku, ku hirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Aku berusaha menghilangkan penat, membuat seluruh tubuhku relax.

Setelah cukup hilang penat ditubuhku, aku membersihkan tubuhku dan keluar dari bathup. Aku meraih handuk yang terdapat ditempat biasanya aku menaruhnya. Aku langkahkan kakiku keluar dari kamar mandi. Berjalan menuju lemari pakaian, aku mengambil kaos putih polos dan sebuah celana pendek. Aku mengeringkan rambutku dengan handuk.

Aku berjalan keluar dari kamarku, rasa lapar diperutku memaksa aku keluar. Dengan malas aku berjalan menuju dapur. Ku ambil sebuah gelas dan mengisinya penuh dengan air putih. Ku dudukkan pantatku dikursi makan. Terdapat sepiring nasi goreng disana, tanpa basa basi segera ku makan hingga kandas. Dan meminum air digelasku juga hingga kandas dalam satu kali minum saja.

"PEREMPUAN MANA LAGI YANG KAU TIDURI!! HA!!!" teriak ibuku mengelegar bagai petir, diseluruh penjuru ruangan.

"APA YANG KAU BILANG?! KATAKAN SEKALI LAGI!" teriak ayahku tak kalah keras dari ibuku.

Ku tutup kedua telinga dengan kedua tanganku. Aku benci rumah, sangat benci dengan suasana ini. Aku ingin suasana harmonis keluarga seperti dulu. Suasana rumah yang aku sangat rindukan. Aku benci ini, sangat benci. Aku raih gelasku dan berjalan mendekati kedua orang tuaku, yang sedang saling berteriak satu sama lainnya.

"APA KAU INI SUDAH GILA!" teriak ayah didepan wajah ibu.

"PERGI KAU..." ucapan ibu berhenti, saat aku membanting gelasku dengan keras ke lantai.

"Aku akan pergi" ucap ku dingin dengan tatapan kosong dan berjalan menuju kamarku.Ku raih jaket dan topiku. Lalu berjalan keluar kamar, saat aku melewati mereka. Mereka masih saja bertengkar. Aku hentikan langkah ku "JIKA KALIAN INGIN BERTENGKARKAN SILAHKAN! ASAL JANGAN DIDEPANKU!!!" teriakku keras membuat bibir mereka bungkam seribu bahasa. Aku melirik ke arah kak Dio yang sekarang berada tepat disampingku, dia menatapku sendu.

Aku kembali berjalan keluar dari rumah sialan ini. Rumah yang dulu aku puja-puja, sekarang aku sangat membencinya. Aku berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti arah kakiku melangkah. Langit terdapat goresan oranye, menandakan hari sudah sore. Aku berhenti dan duduk disebuah halte. Pandanganku lurus kedepan melihat sebuah keluarga yang tengah bercanda gurau. Ya Tuhan, aku ingin seperti itu. Bisakah, Tuhan? Walau hanya sebentar saja, aku sudah bahagia.

Tiba-tiba air mataku jatuh tanpa permisi. Dengan segera ku hapus air mata dengan kasar, menggunakan tangan kananku. Sebuah bus datang, tanpa basa-basi. Aku beranjak dari tempat duduk dan melangkah masuk kedalam bus. Suasana dalam tidak terlalu ramai, maupun terlalu sepi. Aku segera duduk di bangku yang kosong. Aku memilih duduk didekat sebuah jendela. Ku lemparkan pandanganku keluar, melihat suasana sore yang tenang.

Tidak seperti suasana hatiku yang tidak karuan. Aku lelah dengan semua ini. Lelah melihat kedua orang tuaku yang hampir setiap hari selalu bertengkar. Ku pejamkan kedua mataku, ku tarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Tiba-tiba bus berhenti disebuah halte. Segeraku beranjak dari tempat duduk dan berjalan keluar.

Saat turun aku melihat sebuah taman yang terletak tidak jauh dari halte. Aku berjalan menuju taman tersebut. Taman tidak terlalu ramai sore ini. Aku berjalan sembari melihat sekeliling taman. Ku putuskan duduk disebuah bangku taman yang terdapat danau didepannya. Ku lemparkan pandanganku lurus kedepan. Tanpaku sadari seseorang duduk disebelahku, tanpa permisi. Aku belum menyadari keberadaannya, sampai dia berdehem. Ku tolehkan pandanganku kesamping, betapa terkejutnya aku melihat seseorang tersebut.

***

mau tau cerita selanjutnya? vote dan comment dulu, nanti aku akan lanjutkan ceritanya.

jangan lupa sebelum baca vote dulu, terima kasih. :*

ColorsOnde histórias criam vida. Descubra agora