Start

1K 114 2
                                    

Melody membuka matanya dengan perlahan. Yang pertama dilihatnya adalah langit biru, awan hanya sedikit menghiasi langit. Tak ada burung atau pun pepohonan. Melody memegang kepalanya yang sakit, kemudian dengan perlahan dia bangkit duduk. Di sebelahnya, Liana melakukan hal yang sama.

"Di mana kita ?" tanya Liana. "Entahlah... aku tidak memikirkan nama tempat saat aku membawa kita kemari," jawab Melody. Keduanya bangkit berdiri lalu memandangi sekitar mereka. Mereka ada di atas bukit berumput pendek, angin berhembus kecil membuat rumput dan rambut mereka bergoyang.

Melody melihat ke bawahnya, ada sebuah hutan kecil yang pohonnya tumbuh dengan jarang – jarang. Dan jauh di sana, ada sebuah gedung yang tak bisa mereka pastikan gedung apa itu. "Kurasa aku tahu tempat ini," kata Melody, "di mana ?" tanya Liana. "Dulu aku sering bermain ke sini," kata Melody, "apa maksudmu ?" tanya Liana. "Kau tahu kan kalau dulu aku tinggal di panti asuhan ?" tanya Melody, Liana mengangguk.

"Dulu, aku sering bermain ke sini sendirian sebelum aku mengenal Luna. Dan... sebenarnya tempat ini cukup jah dari panti asuhan itu. Itu dia, panti asuhanku," Melody menunjuk gedung jauh itu. Liana mengangguk, "kalau begitu, kita tinggal pergi ke sana," kata Liana, Melody menggeleng. "Aku belum pernah memberi tahumu Liana," kata Melody. "Apa ?" tanya Liana, "panti asuhan itu, ada panti asuhan yang sama dengan di mana dulu Tom Riddle tinggal."

.

.

Melody dan Liana pun memutuskan agar mereka bersembunyi di hutan yang berada di kaki bukit. Mereka menuju tempat di mana dulu Melody membuat markas kecilnya. Sebuah gua batu berisi pernak pernik lamanya, ada batu – batu yang ditatanya menjadi kursi dan meja.

"Kenapa kau tak pernah bilang padaku kalau panti asuhanmu dan Tom Riddle itu sama ?" tanya Liana sembari memeluk lututnya, "aku tak bilang karena kupikir kau tak perlu tahu," jawab Melody. "Melody..." kata Liana, "tapi kurasa aku salah. Aku menyesal." Kata Melody sebelum Liana sempat mengatakan apa – apa lagi.

Hening sejenak...

"Apa menurutmu kita sebaiknya pergi ke sana ?" tanya Liana, "apa ?" kata Melody. "Aku berpikir... jika di sanalah dulu Tom Riddle tinggal, mungkin ada sebuah petunjuk bukan ? mungkin kita bisa tahu hocrux dalam bentuk apa lagi yang dibuat oleh Voldemort," kata Liana. Melody menunduk menatap sepatunya lalu dia mengangguk kecil, "baiklah... besok kita ke sana." Katanya.

Jadi, keesokan harinya ketika matahari menyapa mereka dari balik bukit, keduanya menelusuri hutan menuju panti asuhan Melody. Dalam beberapa langkah Melody merasa kalau mereka tidak seharusnya pergi ke panti asuhannya, dia takut sesuatu terjadi. Tapi antusiasme Liana pada panti asuhan itu telah membawanya sejauh ini dan tanpa disadarinya sekarang mereka ada di depan gerbang panti asuhan.

Beberapa anak kecil yang sedang bermain di halaman depan menatap mereka dengan ingin tahu. Beberapanya lagi langsung bersembunyi di balik pohon besar yang ada di tengah halaman.

"Panti asuhan ini lumayan tua," bisik Liana, "tentu saja, ini sudah berdiri sekitar 50 tahun lebih," bisik Melody. Kemudian, seorang anak perempuan berambut brunette mendekati mereka. Tatapannya begitu polos dan tanpa dosa, "apakah kalian mencari seseorang ?" tanyanya.

"Um... ya, kami ingin menemui..." jawab Liana, dia menoleh pada Melody, memberi kode padanya untuk menyebutkan sebuah nama. "Apakah suster Megan ada ?" kata Melody, anak itu tersenyum pada mereka, "aku akan memanggilkannya sebentar!" katanya, dia pun berbalik lalu berlari kecil menuju gedung panti asuhan.

"Siapa itu Megan ?" tanya Liana, "orang yang dulu merawatku. Dia sudah seperti ibu untukku," jawab Melody. Liana hanya mengangguk mengerti, lalu mereka pun menunggu kedatangan Megan dengan kurang sabar.

Melody Potter and the Deathly HallowsWhere stories live. Discover now