Gemma's Friend

896 88 3
                                    

Keesokan paginya, Gemma membuatkan mereka sarapan sepotong roti dan telur. Mereka pun menikmatinya sambil membicarakan tentang teman Gemma tersebut. Gemma berkata kalau temannya akan berpindah tempat malam ini jadi mereka harus pergi ke tempatnya pagi ini.

"Katakan pada kami, siapa temanmu ini Gemma ?" tanya Liana, "oh, kalian mengenalnya," kata Gemma sembari mengibaskan tangannya. "Sungguh ?" tanya Melody, Gemma mengangguk, "kalian akan tahu saat menemuinya nanti." Katanya

Melody dan Liana bertukar pandang lalu mengerutkan dahi mereka. Sarapan pun akhirnya selesai maka ketiganya segera mengepak barang mereka kemudian meninggalkan rumah pohon Gemma dan berjalan menembus salju menuju rumah teman Gemma.

"Apa tidak apa – apa meninggalkan rumah pohonmu begitu saja Gemma ?" tanya Liana. Gemma mengangguk, "tidak apa – apa kok. Aku sudah memasang mantra penyamar di sekitarnya, kalau pun ada yang bisa menemukannya... isi rumah pohon itu hanya barang – barang biasa." Jawabnya.

"Tidakkah sebaiknya kita berdissaparate ?" tanya Melody, "tidak usah, tempatnya dekat dari sini, lagi pula saat ini dia tinggal di daerah muggle. Jadi akan aneh kalau kita tiba – tiba berapparate di depan rumahnya kan ?" kata Gemma.

Melody mengangguk mengerti. Ketiganya pun berjalan meninggalkan hutan tempat Gemma bersembunyi. Dengan hati – hati mereka menghapus jejak di belakang mereka dan mengintip keluar hutan melalui sela – sela pepohonan sebelum meninggalkan hutan.

"Itu desanya," kata Liana, menunduk menatap desa di bawah mereka. Melody dan Gemma pun menunduk menatap desa di kaki bukit hutan. Disana ada sebuah desa kecil, semua atap rumah terselimuti salju, tapi semua lampunya menyala dengan hangat dan beberapa cerobong asap menghasilkan asap keperakan lembut yang membuat ketiganya tersenyum.

"Kalau tak salah dia bilang dia tinggal di ujung desa," kata Gemma sembari menunjuk rumah yang berada di ujung desa. "Kalau begitu, ayo!" kata Liana, Melody dan Gemma mengangguk kemudian ketiganya segera menuruni bukit menuju desa.

Berjalan memasuki desa, ketiganya berhenti menghapus jejak mereka. Mereka pun disambut oleh suasana hangat dan lagu – lagu merdu dari gereja yang berada di tengah desa. Beberapa toko buka hari ini, mereka menjajankan makanan dan minuman hangat. Lalu anak – anak berlarian di sepanjang desa sembari bermain perang bola salju atau membuat boneka salju.

Para orangtua mengobrol di depan rumah atau di depan toko. Ada juga yang keluar masuk rumah dan gereja, saling menyapa pada orang yang mereka lewati. Melody tersenyum tipis dari balik tudung jaketnya, tersenyum melihat masih ada orang yang bisa tertawa riang di tengah kacaunya dunia.

"Disini hidup sekali," kata Liana, nada suaranya terdengar senang. "Ya, sepertinya karena sebentar lagi natal," kata Gemma sembari menatap seorang anak kecil yang memasang hiasan natal di depan pintu rumahnya dengan bantuan ayahnya.

"Natal ?"ulang Melody, "itu lusa," jawab Gemma. "Wow... tak terasa waktu yang telah kita lalui, eh ?" kata Melody. "Sudah setengah tahun," kata Liana. Melody tersenyum miring dan Liana mendengus geli.

Gemma menghela nafas kemudian merangkul keduanya, "ayolah jangan murung begitu. Kalian berdua benar – benar hebat. Semua yang kalian lakukan setengah tahun tidak sia – sia, kan ?" katanya. "Kami belum menemukan apapun, Gemma." Kata Melody.

"Aku tahu kalian sudah pergi ke berbagai tempat. Kalian bahkan menebak dengan benar dimana letak kalung hocrux, hanya saja lebih lambat mengambilnya dari kakak kalian. Itu tidak sia – sia dan kalian tidak pernah berhenti mencari yang lain. Kalian ini hebat, kalian tahu ?"

Melody dan Liana bertukar pandang kemudian tersenyum, "trims Gemma," kata Liana. "Terimakasih kembali," kata Gemma. "Jadi, yang mana rumah temanmu itu ?" tanya Melody, dia menatap sekeliling dengan penuh harap karena mereka sudah dekat dengan ujung desa.

Melody Potter and the Deathly HallowsWhere stories live. Discover now