17. Aku lelakimu

6.2K 542 87
                                    

Raka menggigit bibir bagian bawahnya ketika membuka pintu kamar VIP, tempat istrinya, Cinta, dirawat inap saat ini. Suara yang berasal dari sebuah televisi yang tertempel di dinding telah menyambut kedatangan Raka malam ini. Langkahnya terhenti ketika melihat istrinya sedang tertidur lelap di ranjang yang sangat dibencinya itu. Sama halnya membenci tempat yang dipijaknya saat ini, rumah sakit. Kedua matanya beralih menatap kakaknya, Zayn, yang juga sedang duduk tertidur di sofa dengan balutan jas hitam yang masih lengkap.

Diletakkannya sebuah plastik putih besar yang bertuliskan salah satu brand makanan cepat saji terkenal di atas meja, di depan kakaknya yang sedang tertidur. Tangan kirinya terangkat, jam tangannya telah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Lantas melepaskan jasnya dan langsung menghempaskan tubuh lelahnya di sofa, di samping kakaknya, Zayn. Kepalanya langsung bersandar di kepala sofa bersamaan dengan kedua matanya yang terpejam. Tangan kanannya melonggarkan dasinya yang sedari tadi serasa mencekik lehernya.

"Lama banget Lo, dek," gerutu Zayn yang terbangun karena gerakan Raka di sebelahnya.

"Maaf, Bang," ucap Raka yang masih memejamkan matanya.

"Sengaja Lo mematikan smartphone, hah? Illy rewel banget tadi," keluh Zayn, "bawaan benih Lo ni pasti, ngeselin!"

Raka menghela nafasnya sembari membenarkan posisi duduknya. Lantas ia menyapu bibir atas dan bawahnya dengan lidahnya. Kebiasaan yang tak akan pernah hilang dari Raka, jika sedang bingung dan sedang memikirkan sesuatu. Kedua matanya menatap Cinta yang masih tertidur.

"Lo harus extra sabar sekarang. Ibu hamil itu mood - nya swing abis," tutur Zayn memberi nasihat sembari membuka sekotak pizza berukuran sedang.

"Dia rewel kenapa, Bang?" tanya Raka yang masih memandang istrinya, Cinta, dengan lekat.

"Minta pulang," sahut Zayn yang sedang mengunyah pizza, "Lo nggak lihat tadi, Ly. Ampun dah si Illy, pengen gue bungkam itu mulut rumilnya. Merengek mulu kayak Tita minta dibelikan es krim." Adu Zayn.

Raka terdiam. Otaknya seakan ingin meledak malam ini. Jikalau bisa, ia ingin melepas isi otaknya, kemudian mendinginkannya ke dalam lemari es. Kondisi Cinta yang semakin lemah karena selalu memuntahkan makanan yang dimakannya, membuat Raka segera membawanya ke rumah sakit. Ditambah lagi dengan pekerjaannya yang masih menumpuk, membuat otak dan tubuhnya bekerja super keras setelah kepulangannya dari Tarakan, Kalimantan, pagi tadi.

"Iya, Sayang. Aku turun sekarang," kata Zayn yang sedang menjawab sebuah telpon.

"Mau pizza nggak?" tawar Zayn melanjutkan obrolannya.

"Oke! Tunggu sebentar," tutup Zayn sembari menutup kotak pizza yang telah dimakannya.

Raka memperhatikan kakaknya yang sedang memasukkan sekotak pizza ke dalam plastik. Lantas meminum sebotol air mineral sebelum beranjak dari tempat duduknya.

"Kak Cherry?" tanya Raka.

"Yups," balas Zayn singkat.

Raka menarik tangan kakaknya, Zayn, agar kembali duduk. Membuat Zayn mendesah kesal.

"Ada apa lagi?" tanya Zayn.

"Lo serius sama dokter itu, Bang?" tanya Raka balik.

"Gue nggak pernah main - main dalam mengambil keputusan. Delapan bulan gue mengenal dia, gue rasa cukup untuk meyakinkan gue kalau dia adalah calon ibu yang cocok bagi Tita," jelas Zayn.

"Dan Tita?"

"Kemarin gue sudah meminta ijin sama Tita untuk menjadikan Cherry sebagai Bundanya, dan dia sangat senang. Karena dia juga sudah menyayangi Cherry,"

Cinta's CaptionsWhere stories live. Discover now