PART 1

27.4K 398 9
                                    

HELL AND HEAVEN

PART 1

“Halo, ada orang di rumah?” Rara memencet bel berkali-kali dan mengetuk pintu sejak lima menit yang lalu. Apa-apaan ini? Beginikah sambutan untuk sepupu jauh yang akan tinggal bersama selama empat tahun? pikir Rara mulai kesal.

                “Hei, berisik, tahu! Kau kira ini pukul berapa, hah? Pukul Sembilan pagi! Dan biasanya aku bangun pukul sebelas pagi! Aku sedang benar-benar butuh untuk tidur!”

                Rara terpaku di tempatnya. Ia sangat terkejut mendapati seorang pria yang luar biasa tampan, tinggi, dengan tubuh bagian atas yang six packs. Itu terlihat karena pria itu hanya mengenakan jeans… yang tidak terkancing. Rambutnya terlihat berantakan, tapi Rara berani sumpah, pria di hadapannya itu  adalah pria paling jantan dengan bayangan kumis, cambang, dan janggutnya!

                “Ng… a… aku…”

                “Hai, kau pasti Rara, sepupu jauh kami kan?” Tiba-tiba seorang pria yang kira-kira sebaya dengan Rara menerobos ke luar pintu dan tersenyum ramah pada Rara. “Aku Lucky dan ini kakakku, Keane. Ayo masuk! Maaf, saat aku mendengar bel rumah, aku sedang di kamar mandi…”

                “Sepupu jauh? Rara?” Keane terlihat bingung. Ia melipat lengan menghalangi jalan Rara. “Kenapa gadis ini membawa banyak barang bawaan? Coba kau jelaskan, Luck!”

                “Sebaiknya bicaranya di dalam saja, Kak.” Lucky menarik Rara masuk dan membawakan koper dan tas ransel gadis itu sementara Rara melepas topinya dan menggendong tas ranselnya yang lain.

                Rara duduk di sofa sementara Lucky membuatkan minuman. Rara memperhatikan Keane yang duduk dengan kedua kaki ditumpangkan di atas meja ruang tamu. Pria tampan kebanyakan bertabiat buruk, sombong, dan menyebalkan, pikir Rara.

                “Jangan bilang kau akan menginap di sini untuk waktu yang lama…”

                “Aku akan tinggal di rumah ini selama aku kuliah,” jelas Rara.

                “Apa?” Keane terlihat sangat terkejut.

                “Ini minumanmu, Ra.” Lucky menyodorkan segelas sirup dingin berwarna hijau padanya, dan Rara yang memang sangat kehausan langsung menenggaknya sampai habis. Lucky tersenyum melihat kelakuan Rara. Ia menoleh pada kakaknya. “Memangnya Paman Alph tidak memberitahumu?” Lucky berdeham. “Sehari setelah kau pergi dinas ke luar kota, Paman Alph menelepon ke rumah, dan ia mengatakan bahwa Rara, keponakan istrinya, akan tinggal di sini selama kurang lebih empat tahun. Tapi tenang saja, Paman Alph akan selalu mengirimkan biaya untuk Rara,” jelas Lucky.

                Keane menatap Rara dengan tajam.

                Ya ampun, dia sombong dan terlihat jahat, tapi… dia benar-benar tampan dan jantan! Mata cokelatnya, hidung mancungnya, dan bibir yang…

                Keane berdeham. “Aku tidak setuju. Kenapa dia tidak kost saja?” Suara Keane yang berat dan seksi membuyarkan lamunan Rara. “Aku takkan bisa bebas lagi…”

                “Apa semalam kau habis bercinta?” tanya Rara tanpa basa-basi.

                Keane melirik Lucky, lalu Rara. Ia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Rara. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana kau tahu? Hei, Luck, jangan menatapku seperti itu, kau sudah tidur sewaktu aku datang dan… pukul  empat pagi wanita itu sudah pulang. Jadi, kau kan tidak terganggu…”

                “Cukup, Kak, aku tidak butuh penjelasanmu! Pokoknya Rara akan tinggal bersama kita!”

                Keane mengangkat bahu. Ia menatap Rara. “Apa kau bisa memasak?”

                “Biasanya juga aku yang masak, Keane…” Lucky memelototi kakaknya.

                “Maksudmu nasi goreng dan mi instan?” sindir Keane.

                “Aku bisa masak,” ujar Rara tersenyum.

                “Apa kau sudah terbiasa melihat pria bertelanjang dada seperti ini? Karena… ini salah satu hobiku.” Keane menunjuk dadanya yang bidang, perutnya yang six pacs, yang membuat Rara berkali-kali menelan ludah. “Hei, kau terpesona padaku?”

                Wajah Rara merah padam. Ia mengerjapkan matanya. “Adikku biasa seperti itu…”

                Tawa Keane meledak. “Adik? Yang benar saja!”

                “Ini rumahmu dan aku hanya menumpang. Kau bebas melakukan hobi dan kegiatanmu seperti biasa… aku akan membiasakan diri. Aku akan…” Rara berdeham dan melanjutkan kata-katanya, “…berusaha untuk tidak protes…”

                Keane mengangkat alisnya. Ia berdiri lalu menghampiri Rara dan membungkuk. Dengan cepat ia mencium bibir mungil Rara. “Welcome, my cousin.”

***

HELL AND HEAVENWhere stories live. Discover now