PART 2

12.2K 345 3
                                    

PART 2

Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya, Rara jatuh berlutut. Ia membayangkan ciuman pertamanya tadi. Yang merebut first kiss-nya adalah ‘penjahat wanita’, tapi… kenapa jantungnya berdegup dengan kencang dan… ia menginginkan ciuman pria itu lagi… dan ia ingin pria itu menyentuhnya di… Wajah Rara masih terasa panas sejak Keane menciumnya.

                Setelah mencium Rara, Keane pergi begitu saja sambil tertawa jahil dan senang. Sementara Lucky meminta maaf pada Rara dan mengantar gadis itu ke kamarnya di lantai dua. Kamar yang akan ditempati Rara memiliki jendela yang menghadap ke taman belakang rumah.

                “Maaf, kakakku memang begitu. Playboy… tapi dia baik. Dia bekerja, membeli rumah ini, menyekolahkanku hingga aku bisa kuliah sekarang ini. O ya, kamarku di sebelah kamarmu dan kamar kakakku di bawah,” jelas Lucky.

                “Aku tahu kenapa kamar kalian tidak selantai…”

                “Yah…” Lucky nyengir. “Agar dia bebas membawa wanita tanpa menggangguku atau kuganggu.”

                Rara terkekeh. “Ya, benar.”

                Rara menggelengkan kepalanya mengusir bayangan Keane, lalu mulai membereskan barang-barangnya.

***

Rara terbangun sekitar pukul empat sore. Dan ia melihat ada 1 panggilan tak terjawab di ponselnya. Paman Alph. Setelah meregangkan ototnya, ia menelepon pamannya.

                “Ya, tadi karena kau tidak mengangkat teleponmu, Paman menelepon ke rumah dan Luck bilang kau sedang ada di kamarmu. Dia bilang mungkin kau sedang beristirahat.”

                “Ya, sepertinya tadi aku ketiduran setelah membereskan barang-barangku.”

                “Tentu saja, ditambah perjalanan yang jauh. O ya, bagaimana Luck dan Keane?”

                “Mereka… baik,” jawab Rara.

                “Keane agak playboy, setahu Paman begitu. Dan dia super tampan. Dia… tidak mengusilimu kan?”

                Wajah Rara terasa panas. Ia menjawab dengan gugup, “Ak-aku bisa ja-jaga diri, Paman.”

                “Jatuh cinta padanya bisa merupakan surga sekaligus neraka, Rara.”

                Rara tergelak mendengar ucapan pamannnya. “Ya, aku tahu, Paman.”

                “Oke, semoga kau betah. Sampai nanti, Rara.”

                “Sampai nanti, Paman.” Rara menutup telepon.

                “Rara, kau sudah bangun?” Lucky mengetuk pintu kamarnya.

                “Ya… sebentar.” Rara membuka pintu kamarnya. “Ada apa, Lucky?”

                “Panggil aku Luck saja.” Lucky tersenyum. “Ayo makan. Tadi siang kan kau belum makan.”

                “Oke. Aku mau cuci muka dulu, nanti aku ke bawah.”

                Tiga menit kemudian Rara masuk ke ruang makan. “Di mana Keane?”

                “Dia bekerja. Pukul sembilan malam nanti baru pulang. Maaf hanya mie instan. Tapi nanti aku akan membuat nasi goreng untuk makan malam.”

HELL AND HEAVENWhere stories live. Discover now