Book I: Vapor - Chapter 15

272K 19.5K 2.7K
                                    

15. Kebenaran.

Cantika menghapus air matanya dan berjalan sembari terus menunduk. Tetapi ia meyakinkan langkahnya untuk terus menuju ke parkiran.

Bayangan akan wajah Vano masih terngiang di kepalanya. Suaranya. Sentuhannya. Semua tak akan pernah Cantika lupakan. Hanya Vano yang bisa membuat detak jantungnya tak karuan. Hanya Vano yang bisa membuat dirinya tersenyum walau hanya melihatnya dari kejauhan. Hanya Vano.

Tapi kini Cantika sadar, tak mungkin Vano membalas perasaannya.

Bugh!

Ia menabrak seseorang.

"Cantika?"

Ia mengenali suara itu. Dan saat mendongak, benar saja. Eza disana.

"Cantika gapapa?" tanya Eza terdengar khawatir, apalagi begitu Cantika mendongak dengan mata sembabnya.

"Gapapa kok," kata Cantika, menyibak air matanya dengan kasar. "Eza ngapain di sini?"

"Kan kemaren gue bilang--"

"Eja!" pekik Gilang dari belakang. Berlari menghampiri mereka berdua. Dan Gilang agaknya sedikit kaget melihat Eza tengah berbincang dengan Cantika. "Eh, ada Cantika."

Cantika tidak tau sihir apa yang di gunakan oleh Gilang, tetapi pernyataan selengeannya itu membuat dirinya tersenyum tulus.

Gilang dan Eza sekarang berdiri di hadapan Cantika. Mereka berdua sama-sama tampan, dan sama-sama membuat nyaman, tetapi mereka mempunyai jalan sendiri untuk itu. Eza dengan perilaku menenangkannya dan Gilang dengan kata-katanya yang membuat nyaman dan tak mau pergi.

"Hai, Kak," sapa Cantika dengan senyumannya. Ia jadi teringat kala Terre dan teman-temannya mengguyurnya di belakang sekolah.

Eza mengangkat alisnya kala melihat Cantika tersenyum kepada Gilang dan juga Gilang dengan senyum semerbaknya.

"Oh, not this again," keluh Eza, membuat Gilang menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal.

"IS SHE WHAT YOU MEAN!?" pekik Gilang di depan wajah Eza. Eza mengangguk lesu. "Bercanda lo ya."

"I'm in serious." Eza menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangannya.

"I'm older than you and I believe that I met her first," kata Gilang. Cantika hanya memerhatikan, walaupun agaknya ia mengerti sedikit. Pasti ini soal Andira dulu, dan dirinya sekarang.

"Just two minutes," sergah Eza. "And you said that when you met Andira."

Cantika menghela napasnya dan menberanikan diri untuk maju menengahi mereka berdua. "Apa sering kayak gini?"

Gilang yang tadinya menggebu-gebu berubah menjadi lesu hampir sama dengan Eza.

"Maaf ya, Tik. Jadi bawa lo ke masalah kayak gini." Eza menghembuskan napas dengan kasar dan memeluk Cantika, membuat dirinya dan juga Gilang shock. "Lo juga pasti gak suka sama gue, jadi, bukannya gue nyerah, tapi gue gak mau berantem sama saudara kembar gue sendiri lagi cuman gara-gara cewek."

Cantika tertegun mendengar kata-kata Eza. Ia akhirnya memberanikan diri mengelus pundak Eza, membalas pelukkannya.

Setelah selesai memeluk Eza, Cantika melihat Gilang yang tengah menatapnya dengan tatapan kosong. Baru pertama kali Cantika melihat Gilang seperti itu.

Cantika membuka tangannya lebar kearah Gilang, membuat cowok itu tersadar dari lamunannya. Ia melihat Cantika dengan senyuman termanisnya.

"Mau di peluk?"

VAPOR [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now