-Fourth-(Asing)

3K 414 9
                                    


"Anda baik-baik saja."

Suara baritone itu membuat (Namakamu) tersentak dan segera berhenti melamun. Matanya mengerjap beberapa kali memastikan jika ini mimpi atau bukan.

"Anda kenapa?" Suara itu terdengar lagi, (Namakamu) tersadar jika ini bukan mimpi, dia pria sama yang tujuh tahun belakangan ini menghilang dari pandangannya.

"Fa-"

"Saya kemari ingin menjemput Caca," ucap Iqbaal memotong pembicaraan wanita di depannya, memangnya dirinya setan sampai wanita ini melotot seperti bola matanya ingin keluar.

"Ba... ik." Dengan sekuat tenaga (Namakamulengucapkan itu, meski suara seperti tercekat di tenggorokan.
(Namakamu) membalikan tubuhnya, berusaha sebaik mungkin agar tubuhnya tidak bergetar.

(Namakamu) mengangkat tubuh Caca yang cukup berat, dengan sebisa mungkin dia menetralkan jantungnya dan menyeimbangkan tubuhnya nya yang bergetar. Iqbaal mengambil alih Caca di gendongan (Namakamu), lengan mereka sempat bersentuhan.

Dingin, Iqbaal merasakan tubuh wanita di depannya sangat dingin, "Anda baik-baik saja?"

(Namakamu) tersentak untuk kesekian kalinya, setelah Caca berada di gendongan Iqbaal dengan segera (Namakamu) memalingkan wajahnya yang gugup, (Namakamu) mengangguk lidah nya terasa kelu untuk berkata, bibirnya terkatup rapat. Apa pria didepannya ini benar-benar mengenali (Namakamu)? Apa tujuh tahun itu membuat lelaki didepannya hilang ingatan?

(Namakamu) berbalik dan segera menutup pintu, tak peduli seperti apa tanggapan lelaki itu, (Namakamu) benar-benar sedih, sekaligus marah pertama, lelaki itu tak mengenalinya, kedua lelaki itu memang sudah menikah dan bahkan telah memiliki anak. Mendadak hatinya seperti di cubit bertubi-tubi terasa sakit dan membekas, luka lama 14 tahun yang lalu kembali menyeruak seiring kembalinya pria itu.

Iqbaal diluar sana masih berdiri dengan kebingungan, wanita itu aneh sekali, tanpa Iqbaal ambil pusing dia segera menuju mobil karena Caca digendongannya sudah menggeliat tidak nyaman.

--------

Flashback-

Cewek ini duduk di pinggir lapangan basket, memandangi sahabatnya yang sedang mendribble,dan menshoot bola. Dia tersenyum manis, mereka bersahabat sejak kelas satu SMA hingga sekarang, sampai (Namakamu) merasakan ada yang aneh pada perasaannya.

"Lo belum pulang." Cowok berkaus olahraga itu menghampiri (Namakamu) di pinggir lapangan, kemudian meminum sebotol minuman yang diberikan cewek itu.

"Gue nungguin lo aja."

"Lo emang perhatian banget." Cowok itu mengucap kepala (Namakamu), anehnya dia merasa nyaman diperlakukan seperti itu.

Terkadang dia merasa rasa ini terlalu terlarang baginya, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan perasaannya. Perasaan yang seharusnya tidak dia rasakan, perasaan aneh ketika cowok itu memberikan perhatian padanya.

(Namakamu) memerhatikan punggung sahabatnya yang kini bergabung kembali pada gerombolan cowok yang berkaus sama, dia yang salah memiliki perasaan ini pada sahabatnya.

--------

"Ayah." Caca bangun dari tidurnya, suaranya terasa sedikit serak khas orang bangun tidur. Iqbaal melirik Caca, sedetik kemudian dia kembali berkutat pada laptop di hadapan nya.

"Kenapa tadi telepon Caca dimatiin?"

"Ayah kan tadi ada meeting lagi sibuk," ucap Iqbaal tanpa menoleh pada Caca yang berada diatas ranjang, sedangkan Iqbaal berada di sofa.

"Ayah tadi ketemu Ibu guru kan?" Caca tersenyum semringah sambil berjalan mendekati remote tivi.

"Iya, ibu guru kamu aneh Ca," Ucap Iqbaal lagi tapi jarinya menari diatas keyboard.

Heartbeat || idrWhere stories live. Discover now