25) Warung Mang Dadan

2.2K 174 7
                                    

[Trishya]

Tak terasa hari ini sudah hari Minggu lagi. Ayam telah berkokok di pagi hari, disusul oleh burung-burung yang berkicauan. Sinar matahari mulai masuk lewat celah-celah gorden di kamar Trishya.

Perlahan, Trishya membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan menggosoknya. Diliriknya jam yang menggantung diatas pintu kamarnya, sudah pukul 07.45.

Trishya hendak melanjutkan tidurnya, ia menarik kembali selimutnya yang sudah berhamburan. Baru saja ia ingin memejamkan mata,  ponselnya berbunyi.

Ada dua pesan masuk, dari Yogi dan Ardan. Trishya membuka pesan dari Ardan terlebih dahulu.

Ardan: Tris, udh bangun?

Trishya: udh, tp mau tidur lagi nih hehehe.

Setelah membalas pesan Ardan, Trishya membuka pesan dari Yogi.

Yogi Mahardika: Oy, udah bangun? Jalan yuk, cari sarapan.

Trishya jadi bimbang, tidur lagi atau jalan bersama Yogi?

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya ia mengetikkan balasan untuk Yogi.

Trishya: Yuk! Gue mandi dulu ya.

[][][]

Gagal sudah rencana Ardan ingin mengajak Trishya jalan-jalan hari ini. Trishya mengatakan bahwa ia ingin tidur lagi. Lalu, Ardan bisa apa? Mana mungkin Ardan tega melarang Trishya yang ingin melanjutkan tidurnya lagi.

"Dan, Mama gak masak buat sarapan. Gue disuruh beli makan nih, temenin dong, supirin kalo bisa, hehehe." Arfin cengengesan diambang pintu kamar.

Ardan menghela napasnya malas. "Yaudah deh, daripada gue bete di rumah."

"Nah! Itu baru adek gue yang paling ganteng sejagat raya! Yaudah, buruan sana mandi kalo sempet, kalo kagak yaa cuci muka aja sama gosok gigi."

Ardan hanya menggumam malas lalu masuk ke kamar mandi.

Setidaknya dengan mengikuti ajakan Arfin, ia bisa menghilangkan sedikit rasa kecewanya.

Seusai mandi–Ardan memilih mandi daripada hanya cuci muka dan gosok gigi–Ardan mengambil baju kaus berwarna hitam dan juga celana pendek selututnya. "Bang, naik motor kan?"

"Iye, terserah dah, gua lagi males jadi supir nih," jawab Arfin.

Ardan mengambil kunci motornya dan juga mengambil helm. Setelah itu, ia keluar dari rumah dan hendak memanasi motornya terlebih dahulu.

Tak lama, Arfin menyusul keluar rumah dan mereka segera berangkat.

"Beli makan dimana, Bang?" tanya Ardan tanpa menoleh ke belakang. Ya iyalah! Kan dia lagi bawa motor.

"Bubur? Mau gak? Eh tapi lo gak suka bubur ya?"

"Gak suka ah, bubur tuh aneh, nasi belum jadi kok dimakan."

"Dih, enak tau! Dah, lo singgahin gue aja dulu di bubur terus abis itu ntar terserah lo dah mau beli sarapan apa," usul Arfin sambil menepuk-nepuk bahu Ardan.

"Hmmmm." Ardan kemudian hanya menuruti permintaan kakaknya itu.

[][][]

Mereka–Ardan dan Arfin–telah sampai di warung Mang Dadan, tukang jual bubur.

"Wiiih, Dan, cakep nih mobilnya," bisik Arfin sambil menunjuk salah satu mobil yang terparkir di warung tersebut.

Ardan membuka helmnya, ia melihat mobil yang ditunjuk Arfin tadi. Ardan seperti mengenal mobil yang ditunjuk kakaknya itu.

"Itukan mobil Yogi," gumam Ardan.

"Mobil siapa, Dan? Lo ngomongnya pelan amat sih!"

"Mobil temen gue tuh." Ardan bersikap acuh. "Dah, sana lo buruan pesen, Bang!"

Arfin cengengesan lalu segera mendatangi Mang Dadan di dalam warungnya. Sedangkan Ardan, duduk di motornya menunggu Arfin kembali sambil memainkan ponselnya.

"Ehhh, Trishya, kan? Sarapan disini juga? Sama siapa?" suara Arfin yang cukup nyaring, terdengar sampai luar.

Ardan yang mendengar nama Trishya disebut-sebut, ia langsung menegakkan badannya, lalu menarik napas dalam-dalam dan hendak masuk juga ke dalam warung Mang Dadan.

"Bang, lama amat sih! Gue nungguin daritadi nih." Ardan berlagak seperti tidak ada Trishya di sampingnya.

"Ya sabar kali!" jawab Arfin. "Tuh, ada Trishya tuh."

Ardan menoleh, memasang tampang pura-pura terkejut. "Eh, Trishya. Sama siapa kesini? Gak jadi tidur lagi, ya? Yaah, padahal gue tadinya mau ngajakin jalan, tapi lo bilang mau tidur lagi, gak jadi deh. Taunya gak jadi tidur ya? Sarapan sama Yogi, ya?" cerocos Ardan.

Trishya terlihat gugup, ia menyisipkan anak rambutnya yang berkeliaran ke belakang telinga.

Belum sempat Trishya menjawab, Yogi muncul. Langsung merangkul Trishya. "Eh, ada Ardan. Mau sarapan juga? Yuk, bareng," ajak Yogi.

Trishya merutuki dirinya sendiri dalam hati. Duh, bego! Kenapa bisa ketemu Ardan, sih, disini?

Ardan hanya diam, ia tersenyum tipis. Hening. Tidak ada yang berbicara.

Sampai akhirnya, Ardan merasa ada yang menepuk pundaknya. "Dan, udah nih bubur gue, yuk pulang. Tris, Yogi, duluan ya!" ucap Arfin lalu menuntun Ardan untuk keluar dari warung.

"Udah, sini gue aja yang bawa motor. Gue masih mau selamat sampai rumah ya, Dan," ucap Arfin. "Gara-gara warung Mang Dadan nih," lanjutnya sambil tertawa geli.

Ardan hanya terdiam sejak tadi. Ia kira, dengan mengikuti ajakan Arfin, rasa kecewanya bisa hilang pelan-pelan. Namun, ia salah. Ia malah semakin kecewa sekarang.

[Trishya]

Woaaaah! Sudah part dualimaaa! Semoga suka, jangan lupa vote dan comments yaa! Makasih:)

Anywaaaay, thanks for the 4k readers!:")

3/6/2016

Athalia Alamanda

TrishyaWhere stories live. Discover now