19

17.4K 916 3
                                    

"Haha " Nadine sedari tadi tertawa pada handphonenya. Bahkan ia mengabaikan Justin yang dari tadi berada di sampingnya.

Beberapa hari terakhir ini, Nadine selalu bersikap seperti itu. Ia seperti mempunyai dunianya sendiri sekarang.

"Lo lagi kenapa si dine?" Tanya Justin

"Engga, ini temen gue lucu aja" Nadine langsung kembali terfokus pada benda yang ia genggam itu.

"Siapa si?" Tanya Justin.

"Rafa" jawab Nadine santai bahkan terlalu santai sampai ia tidak menoleh pada Justin.

"Rafa mantan lo?" Tanya Justin memastikan siapa yang sebenarnya sedang chating dengan Nadine.

"Iya" jawab perempuan itu singkat.

Justin kembali mengingat dimana Nadine berkata bahwa ia membenci Rafa. Ia ingat betul bahwa Nadine pernah berkata bahwa ia tidak akan pernah berhubungan kembali pada orang yang sudah menduakannya. Tetapi kini Justin merasa Nadine termakan perkataanya sendiri.

Merasa terus menerus diabaikan, Justin pun memilih untuk pergi. Bahkan saat Justin pergi pun Nadine tidak merasa sama sekali. Nadine seperti telah terhipnotis pada Rafa.

***
"Woy " Julian kaget melihat Jordan yang kini sudah berdiri dihadapannya.

"Ngagetin aja lo" kata Julian.

Jordan pun ikut duduk bersama Julian di halaman belakang rumahnya. Halaman yang dahulu selalu menjadi tempat berkumpul mereka. Jordan sedikit memutar memorinya. Mengingat bahwa dahulu ia dan kedua kembarannya sangat dekat. Dahulu mereka selalu bermain basket bersama di sana, atau sekedar duduk manis sambil bercerita tentang keadaan sekolah satu sama lain, karna mereka tidak pernah satu sekolah sejak duduk ditaman kanak-kanak. Namun sekarang semuanya telah berbeda. Sekarang ia dan kedua kembarannya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.

"Lo tumben ga maen? Mama papa kan lagi ga ada" kata Julian ketika tersadar bahwa Jordan hanya memakai celana jeans pendek dan kaos polos berwarna biru navy.

"Males" jawab Jordan singkat.

"Lah lo pada disini" Julian dan Jordan langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Justin yang datang dengan membawa gitarnya.

"Lo ngapain? Mau ngamen?" Tanya Jordan memperhatikan adiknya yang kini juga ikut duduk di sampingnya.

"Kagak lah, gue kira lo pada pergi" Justin meletakan gitar berwarna putihnya itu.

"Gue malah ngira lo berdua yang pergi" kini Julian lah yang ternyata berpendapat seperti Justin.

"Gue juga ngiranya gue mau pergi tapi ternyata mager" Jordan pun ikut berbicara mengenai pendapatnya. Dan kedua kembarannya yang berada di kiri kanannya itu hanya tertawa mendengar ucapan Jordan.

Setelah itu, tidak ada percakapan diantara mereka. Julian hanya melamun, entah melamunkan apa. Justin malah terfokus pada gitarnya. Sementara Jordan, merebakan tubuhnya diatas rumput yang mereka duduki itu dan menatap langit.

"Gue mau cerita deh" Julian memecahkan keheningan diantara mereka. Membuat Jordan langsung mengangkat kepalanya, ia pun kembali duduk.

"Cerita apaan?" Tanya Jordan menatap Julian.

"Gue kayanya beneran naksir deh sama Kay" perkataan Julian justru membuat kedua kembarannya tertawa.

"Salah curhat ternyata gue" Julian merasa jengkel pada kedua kembarannya.

"Lo kocak banget deh Ju sumpah" kata Justin masih menahan tawanya.

"Eh lo tuh emang naksir sama dia gimana si, masa baru sadar" perkataan Jordan membuat Julian menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

My Perfect BrotherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt