CHAPTER 14 - Memori Yang Tertinggal

481 37 2
                                    


Hutan itu rimbun, dan mereka berdua berjalan-jalan sambil mengumpulkan ranting kering, dan sementara Aragon sibuk memunguti kayu-kayu kering itu, Blaze dengan santainya bersiul dan menyanyikan melodi elf yang terkenal di Savaela, Sang Pahlawan. Aragon mendengarkan lagunya selama beberapa saat, lalu ia bertanya dengan agak sinis pada Blaze, "Katakan padaku, Blaze... Mengapa kau bisa menyanyikan lagu seperti itu dengan santainya setelah semua ini terjadi?" Ia memandang Blaze dengan tatapan sedih.

Blaze terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar dan berkata, "Kau tahu, aku hanya mencoba membayangkan masa-masa indah itu kembali pada kita, saat si Lemon kecil mencuri semua apel dari kebun yang kita tanam diam-diam di belakang bukit... saat para penduduk desa menyanyikan lagu ini pada malam pesta musim panas... Saat ulang tahun terakhirku, ketika ibuku menyanyikan lagu ini dengan suara indahnya... Saat aku masih berada di desa yang indah itu...."

"Kau takkan bisa membawa kenangan lama itu kembali lewat melodi itu," Aragon mematahkan sebatang ranting yang digenggamnya.

Blaze terdiam, menggelengkan kepalanya, dan air matanya pun mulai menggenang. "Aku tahu, itu semua telah tiada lagi. Mereka tidak lagi dapat mendengar aransemen terbaru lagu ini dariku... Bahkan biasanya ayah yang membantuku mengubah nada-nada lagu ini." Blaze berubah murung, melanjutkan mengambil kayu bakar dari tanah. Aragon juga terdiam, lalu ia kembali teringat akan semua kenangan masa kecilnya di desa kelahirannya itu. Ia ingat saat pesta-pesta musim panas, saat semua orang berkumpul bersama dan bernyanyi riang gembira, saat semua keadaan baik-baik saja...

"Namun sekarang, semua itu telah tiada. Tidak ada gunanya memikirkan itu semua kembali, tangisan tak akan pernah mengembalikan mereka dari kematian," gumam Aragon sambil menghapus genangan air mata yang muncul di sudut matanya.

Mereka berdua mengumpulkan kayu bakar tanpa banyak bicara, dan kembali ke perkemahan saat matahari mulai condong ke barat. Benak Aragon yang melayang bercampur aduk dengan emosi dan pikirannya. Ia lalu memutuskan satu hal, Yang dapat kita lakukan hanyalah memandang lurus ke depan dan menempuh setiap jalan yang ada hingga mencapai tujuan kita, tak peduli betapa sulitnya jalan itu,dan tujuan kita hanya satu: balas dendam. 

The Legendary Swords: Born of The New WarriorsWhere stories live. Discover now