5. Part time

15.2K 1.2K 17
                                    

Pulang sekolah, Akihiko terburu-buru membereskan tasnya, kemudian berlari keluar menuju gerbang depan. Ia takut bahwa Daiki akan menunggunya terlalu lama, sehingga Daiki akan meninggalkannya. Sampai di depan, napasnya masih putus-putus. Ia berharap bahwa Daiki belum sampai, karena ia tidak melihat Daiki. Ia memutuskan untuk menunggu.

20 menit berlalu, dan Daiki belum muncul. Akihiko berpikir bahwa Daiki telah benar-benar meninggalkan nya. Dengan lesu ia memutuskan untuk pulang. Belum satu langkah ia melihat sosok Daiki yang berjalan ke arahnya.

"Syukurlah, kau datang. Aku pikir kau sudah pergi tanpa aku. Katakan, kenapa kau terlambat?"

Daiki hanya menautkan alisnya. Kemudian berjalan mendahului Akihiko.

"Ayo."

Akihiko berjalan mengikuti Daiki di belakangnya. Ia kesal Daiki tidak menjawab pertanyaannya. Namun tidak apa-apa, ia masih punya cadangan bahagia.

Mereka berjalan menuju halte bus. 5 menit berjalan mereka sampai. 5 menit setelah sampai mereka diam, tidak ada percakapan. 5 menit selanjutnya Akihiko merasa suasana tenang diantara mereka membuatnya tak nyaman. Akihiko berinisiatif untuk memulai pembicaraan.

"Un, Dai-kun. Menurutmu, apa jabatanku nanti?"

"Idiot."

"Ya! Dai-kun, tidak bisakah kau memanggilku dengan namaku saja? Panggilan seperti bodoh dan idiot itu, tidak cocok untukku."

"Bahkan orang lain akan berpikir 1000 kali untuk memanggilmu Akihiko."

"Ya! Jangan menghinaku. Orang tuaku memberi nama sesuai dengan keadaan anaknya. Kau tahu, aku sudah cerdas sejak bayi."

Akihiko berkata dengan bangga. Daiki menaikkan alisnya.

"Kalau begitu, aku yakin bayi mereka tertukar ketika di rumah sakit."

"Dasar kau tak berperasaan! Terbuat dari apa hatimu itu? Menyebalkan! Teman yang b-"

Belum selesai Akihiko berbicara, bus yang mereka tunggu sudah tiba. Daiki menyeret Akihiko untuk masuk.

"Gunakan tenagamu untuk hal yang berguna."

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan! Lepaskan!"

###

Sampai di restoran, Daiki menemani Akihiko ke ruang manager. Akihiko berjalan mengikuti Daiki, kepalanya menoleh ke sana ke mari mengagumi restoran tersebut. Restoran yang unik. Semuanya dari bambu. Meja, kursi, dinding, piring bahkan gelas semua dari bambu.

Sampai di ruang manager, Akihiko disambut dengan baik.

"Ah! Kau pasti pegawaiku yang baru."

Apakah dia managernya? Dia terlihat masih muda, batin Akihiko. Bahkan, mungkin hanya beberapa tahun lebih tua daripada Akihiko. Wajahnya tampan. Kulitnya putih meski tidak seputih kulit Akihiko. Tingginya melebihi Daiki sedikit. Badannya juga lebih berotot. Sekilas ia nampak seperti orang barat, karena rambutnya hampir berwarna coklat dan warna matanya abu-abu. Namun,  wajahnya seperti orang Asia, dengan mata sipit sebagai khasnya.

"Iya Tuan, saya Misobata Akihiko. Senang bertemu dengan Tuan dan terimakasih telah menerima saya sebagai pegawai Tuan."

"Ya, ya. Tidak perlu formal begitu. Aku Iwaki Genji. Manager di sini, tapi kau hanya perlu memanggilku Genji saja."

"Um. Itu terdengar tidak sopan."

"Aku lebih nyaman bila kau menganggapku teman. Semua pegawai juga begitu."

Akihiko hanya mengangguk. Toh di sini Genji bosnya, dan ia harus patuh bukan? Lagipula, diperlakukan sebagai teman ini sangat tidak ada ruginya.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Dumb! (Complete)Where stories live. Discover now