Epi-log

876 137 26
                                    

hari lebaran.

zayn's pov
beberapa hari berlalu, hari dimana gue menyatakan perasaan gue ke karin udah jauh lewatnya. setelah hari itu, karin mulai ngejauhin gue.

dan sekarang, gue duduk di salah satu sofa di rumah karin, sambil berharap kalo gue bisa ketemu lagi sama dia.

"zayn, lo nyariin karin ya?"

gue menoleh, ada farah sama nabilah yang natap gue. gue cuma ngangguk.

"dia ada di taman belakang, mending lo datengin deh." kata farah. nabilah mengangguk, berusaha meyakinkan gue.

gue langsung tersenyum sumringah, dan hampir meluk mereka berdua ketika gue sadar kalo calum sama niall berdiri gak jauh dari kami.

"makasih ya, gue kesana dulu." pamit gue dan langsung menuju ke taman belakang rumah karin.

jantung gue berdetak dengan kencang, dan sesampainya disana, rasanya gue pengen lari ke arah karin dan meluk dia erat. cuma ya, gimana? bicara aja kayak canggung banget.

gue langsung menghampiri dia yang duduk sendirian di bangku. disini sepi, cuma ada kami berdua.

"hai, karin."

dia menoleh tepat saat gue mau duduk di sampingnya. dia ngasih gue senyum yang terkesan dipaksa, trus bergeser menjauh dari gue.

tapi sebelum dia bisa bergeser lebih jauh, gue langsung menggenggam tangan kirinya. "jangan jauh-jauh, rin."

dia berhenti, dan natap tangannya yang gue genggam. gue bergeser mendekat ke dia, dan meraih tangan kanannya.

"rin, dengerin gue, ya?" kata gue. dia cuma diem. suaranya kemana ya?

"gue tau, kalo apa yang gue lakuin ke lo dulu itu... salah. besar. gue udah ngegantungin lo, tapi akhirnya, itu cuma harapan palsu. maaf, ya? gue tau, ini semacam bullshit, tapi lo harus ngerti, kalo bukan cuma lo yang tersakiti, rin. gue juga.

"lindsay itu bukan siapa-siapa gue. dianya doang yang ngarep sama gue, sampe nyebar-nyebar kalo gue pacaran sama dia lagi. dan bodohnya, gue juga pasrah aja pas orang-orang bertanya hubungan gue sama dia itu beneran atau nggak. gue tau itu salah, tapi rin--"

"gue udah maafin lo kok, zayn." potong karin. gue terdiam, agak kaget dengan jawaban dia.

"serius rin?" tanya gue. dia ngangguk, dan senyum ke gue.

kali ini, real smile.

"makasih banyak!" kata gue dan meluk dia erat. dia balas meluk gue, tapi entah kenapa, ini kayak pelukan terakhir dia buat gue.

gue melepas pelukan antara kami berdua, dan natap dia. "rin, gue mau bertanya. tapi, jawab dengan jujur ya? jangan terpaksa."

"oke." jawabnya.

gue narik nafas dalam-dalam, "lo mau gak jadi pacar gue? gue tau ini terlalu cepat, atau mungkin, terlalu lambat, tapi gue udah terlalu sayang sama lo, rin. gue sebenernya mau nanya ini sama lo pas kita ngabuburit di pantai losari, tapi lo malah pulang duluan. jadi... lo mau gak?"

karin diam, trus natap tangannya yang gue genggam. perlahan, dia menarik tangannya, sehingga otomatis genggaman gue mulai terlepas.

"zayn, gue—"

***
yeeey akhirnya cerita gaje ini selesaiii :-)

minal aidin wal faidzin ya gaes, maapin gue yang udah bikin cerita receh ini ehe

SELAMAT HARI LEBARAAAN~~

tarawih ft. zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang