Inikah rasa cinta?

1.7K 212 13
                                    


Inikah rasa cinta?

"Minggu besok gue ultah, Mae. Hm, gue mau bikin acara makan-makan, lo ikutan ya? Bisa, kan?"

Aku menoleh, mendapati wajah merona bahagia Andy.

"Di mana?" tanyaku, berusaha terdengar berminat.

"Kampung Daun. Lo tahu jalannya, nggak? Kalau susah, bisa kok bareng gue dan Ardi. Nanti gue kenalin sama teman-teman gue. Ada juga lho yang masih  single  dan keren, tinggal pilih aja."

"Memangnya kamu mau jodohin aku?" tanyaku heran.

Andy tersenyum girang. "Sori, gue harap lo jangan tersinggung dulu. Gue memang hobi jadi mak comblang sejak dulu." Ia terkikik. "Niat gue seratus persen tulus, kok. Dan biasanya insting gue nggak pernah salah. Nih, gue kasih rekomendasi gue. Namanya Ryu. Sebenarnya dia temen Ardi. Tinggi, keren, tajir. Yang lebih penting lagi, orangnya super nice dan humble."

"Wow, he sounds perfect. Kok nggak punya pacar?" tanyaku spontan.

Andy tampak separuh termenung. "Gue juga nggak ngerti, sih. Tapi, setau gue, seleranya memang tinggi. Kayaknya dia pernah naksir cewek yang mirip artis Korea. Sayangnya, sebelum sempat pedekate, Ryu keburu pindah ke States."

Aku mendengarkan separuh berminat. Mungkin karena sebagian diriku meragukan penilaian Andy. Dalam bayanganku, pria bernama Ryu itu tidak mungkin se-perfect yang Andy gembar-gemborkan.

"Hm, pestamu ada dress code-nya, nggak?" tanyaku tiba-tiba teringat.

"Jadi, begini rencananya, Kampung Daun udah gue book buat semalaman. Dekornya gue minta romantic oriental pakai lampion dengan nuansa merah-emas. Untuk dress code, gue pikir, kostum bertema oriental kayaknya keren, deh. Pokoknya, gue mau semuanya sempurna. Walaupun gue nggak ngundang banyak tamu, suasananya pasti meriah. Lo harus datang ya, Mae. Gue nggak mau denger any excuse." Andy memasang tampang serius. "Kalau lo nggak datang, gue pasti ngambek."

Aku mengangguk malas. Andy tidak usah khawatir. Mana mungkin Laura membiarkanku melewatkan kesempatan sebagus ini? Mendekatkan diri pada Andy. Itu langkah pertama yang harus kujalani. Put your friend close and your enemy closer.

Kemarin malam Laura sudah membisikiku suatu ide yang ... really nasty. Aku sampai merinding membayangkannya. Juga separuh tidak sampai hati. Semakin hari sikap Andy semakin manis dan membuat semua orang di kantor kami jatuh hati. Ia sibuk mengumbar senyum dan kebaikan. Rajin menyapa dan mengajak ngobrol orang sekantor, bahkan tim sekuriti kami saja tak luput dari perhatiannya.

Aku bahkan tidak tahu perasaanku yang sebenarnya. Yang pasti, aku hanya merasa sangat letih.

* * *

Aku sudah bersiap-siap. Laura loves making scenes. Dia memilihkanku gaun satin berkerah Shanghai putih mutiara dengan belahan pinggir kiri-kanan yang memamerkan hampir seluruh bagian kakiku. Seksi, kata Laura. Murahan, menurutku. Tapi aku suka stiletto Manolo yang dia rekomendasikan. Membuat kakiku jenjang dan seksi.

Kalo urusan make up, baru aku rewel. Aku tidak akan membiarkan Laura mengubahku menjadi Maria Antoinette apalagi kalau sampai setebal riasan kabuki . Foundation dan loose powder kubalur agak tebal tapi tidak sampai terlihat berlebihan. Menggambar alis lalu disempurnakan dengan eyeliner tipis yang rapi. Blush on, lipstik merah darah... Bravo! Aku jadi seperti artis mandarin jaman dulu. Klasik dan sensual!

Aku masih melek hingga subuh tiba. Kantuk enggan mampir dan jantungku tak henti berdebar. Pesta ulang tahun Andy berlangsung cukup meriah dengan parade manusia-manusia glamor yang penuh dengan basa-basi hiruk pikuk. Bayangan menakjubkan sepanjang malam ini masih mondar-mandir di depan mataku, berlangsung terus dan terus seperti never ending movie.

DEVIL IN MEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora