[1]. Drink Bubble -EDITED

142K 9.5K 128
                                    

Cerita sudah di perbaiki, silahkan dibaca :)

Hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Hari pertama MOS sudah Tifan lewati, nanti tinggal menunggu hari kedua dan ketiga. Siang ini cuaca sangat panas, sedari tadi pun tidak ada taksi yang lewat. Jadi Tifan berencana membeli minuman Bubble yang ada dipinggir jalan dan tidak terlalu jauh dari sekolah.

Tifan berjalan menuju tukang Es Bubble yang katanya enak itu, tapi disana hanya ada beberapa orang. Tifan hanya melihat tiga perempuan yang sedang duduk sambil meminum, terus dua anak laki-laki yang sedang memesan dan satu anak laki-laki diatas motor yang terus memperhatikannya.

Tifan melirik takut kearah laki-laki itu, tapi apa peduli Tifan? Dia datang kesini buat minum jadi lebih baik segera memesan. "Mba aku pesen satu ya," Ucap Tifan sambil melihat kertas menu ditangannya. "Pesen Milk Late pake Bubbles aja ya Mba satu."

Tifan kemudian duduk dikursi yang kosong, sekarang laki-laki yang terus memandang Tifan sedang duduk diatas trotoar disamping motor ninja merahnya sambil meminum minumannya.

"Orang disediain tempat duduk malah duduk di trotoar." Lirih Tifan.

Kemudian Tifan berdiri mengambil pesanannya yang sudah siap, setelah itu dia langsung pergi dari tempat itu, Tifan duduk tidak jauh dari penjual Es Bubble. Tifan sedang duduk sambil menunggu taksi datang.

Tifan mengambil Es Bubblenya kemudian langsung meminumnya. Tifan dengan sangat cepat menghabiskan minumannya. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk disamping Tifan sambil berbicara kepada Tifan.

"Haus apa doyan?" Tanya seorang lelaki yang tadi Tifan liat sedang duduk di trotoar. "Minumnya kilat amat sampe gelasnya kering, gak keselek apa nelen Bubblenya."

Tifan menaikan satu alisnya. "Ya haus lah Mas makanya saya minumnya cepet." Tifan sama sekali tak mengenal orang disampingnya itu, tapi Tifan yakin kalau dia juga satu sekolah dengannya karena seragam yang dia pakai adalah seragam SMA Dratayuda.

"Yah gue dipanggil Mas, kaya tukang gorengan aja." Balas Deran, "Lagi nunggu apaan? Taksi? Taksi mah engga bakalan lewat sini kali, mending gue anterin gimana?" Tawar Deran sambil menaik turunkan alisnya.

Tifan yang bingung hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, siapa cowok disampingnya yang tiba-tiba datang terus mengajaknya bicara eh tiba-tiba malah nawarin tumpangan. "Maaf kak, saya tau kakak sekolah di SMA Dratayuda, tapi saya sama sekali engga kenal kakak, bisa aja kan kakak itu cuma pura-pura baik."

"Astagfirullah, ya engga mungkin lah, saya kan cuma nawarin tumpangan ke kamu. Kalo nunggu taksi engga bakalan lewat, percaya deh sama gue. Kalo mau pulang mending naik Bis aja. Kalo mau lebih irit ongkos mending gue anterin aja, mau engga."

"Maaf kak engga usah." Tifan langsung bangkit dari duduknya kemudian langsung mengambil ponsel di sakunya. Tifan langsung menelpon supir pribadi rumahnya.

"Pak, Pak Salim ada dimana? Jemput Tifan di sekolah bisa engga?" Ucap Tifan sangat pelan karena takut terdengar oleh Deran.

"Bisa Non, tapi sekarang Bapak lagi disuruh Ibu nganterin barang ke klayennya."

"Yaudah nanti kalo udah langsung ke sekolah ya Pak."

"Kenapa engga naik taksi aja non? Non mau nunggu lama, abis nganterin barang, Bapak langsung jemput Ibu, abis itu baru kesekolah Non Tifan." Ucap Pak Salim disebrang sana. Tifan tak mau kalau harus menunggu, karena Pak Salim mungkin akan lama.

Tifan kembali duduk.

"Gue balik duluan deh, selamat menunggu taksi." Ucap Deran kemudian Deran langsung pergi menaiki motornya.

Tifan bernafas lega saat Deran sudah pergi dari hadapannya. Tifan terus melihat jam tangan yang melingkar ditangan putihnya, sudah hampir setengah jam Tifan menunggu tapi tak ada taksi yang lewat, yang ada hanya angkutan umum dan Bis saja. Tifan tak terbiasa naik angkutan umum jadi lebih baik naik taksi yang menurutnya lebih aman dan nyaman.

Setelah menunggu selama satu jam, ternyata ada satu taksi yang lewat. Tifan langsung berdiri dan menghentikan taksi itu. Tifan naik kedalam taksi kemudian memberi tau kemana tujuannya.

"Siapa bilang engga ada taksi lewat. Buktinya sekarang aku lagi didalem taksi walau nunggunya sampe lumutan." Ucap Tifan sambil memandang pemandangan Jakarta lewat jendela mobil.

Tifan sampai ditujuannya kemudian ia langsung menanyakan berapa argo yang harus ia bayar, tapi si supir taksi malah melarangnya saat Tifan menyerahkan selembaran uang lima puluh ribuan.

"Argonya sudah dibayar Mba." Ucap supir taksi itu. Tifan hanya mengernyit bingung, sudah dibayar? Siapa yang bayarnya?

"Siapa yang mesenin taksi ini Pak?" Tanya Tifan, supir taksi hanya memberikannya sebuah pelastik kecil kemudian si supir taksi langsung pergi.

Tifan langsung membuka isi plastik itu, Tifan sedikit bingung karena didalamnya ada satu gelas Drink Bubble dan selembar kertas kecil. Tifan langsung membaca isi kertas itu.

Gue rasa lo beneran doyan deh bukannya haus, nih cobain rasa baru jangan makan Bubble mulu. Ini rasa favorite gue, Susu Hijau pake kacang Merah, gue gak tau dah bahasa Inggrisnya apa. Soalnya kalo gue beli, gue bilangnya beli susu ijo pake kacang merah. Tifan kembali mengernyit bingung.

Jadi yang ngirim Milk Green Tea kacang merah dan sepucuk surat gak jelas adalah laki-laki yang tadi nawarin Tifan tebengan. Berarti dia juga dong yang pesenin taksi buat Tifan.

"Jadi di sana emang engga pernah ada taksi lewat ya? Berarti harus dipesen dong, berarti dia bener dan aku salah? Tapi dia tetep salah kok, soalnya kan aku bener-bener haus bukannya doyan!" Tifan kemudian langsung masuk kedalam rumahnya.

Sedari tadi Deran hanya memandang dengan senyum kearah Tifan. "Jadi ini rumahnya?" Tanyanya pada diri sendiri. "Aih, kenapa nih sama gue? kok senyam senyum sendiri sih?" Deran berdecak heran pada dirinya kemudian langsung pergi dari sana menuju tempat tujuan berikutnya.

a/n

Chapter satu nih, gimana?

13 Juli 2016.

Through It TogetherWhere stories live. Discover now