Chapter 3

166 21 7
                                    



Semuanya berkumpul dalam suatu ruangan yang sempit, kecuali satu orang. Di tengah-tengah mereka ada meja panjang dengan segala perabotan berwarna putih. Sayangnya, piring-piring cantik itu hanyalah piring kosong. Namun cangkir-cangkir putih mungil di samping piring-piring itu berisi cairan hitam yang kental.

"Gadisku tahu aku monster," Jongdae memulai sebuah dialog, "jadi kupikir kita harus tahu siapa yang paling berharga bagi kita. Aku hanya tak ingin kasus serupa Park Heera terulang pada yang lain."

"Han Eunri." Kyungsoo menjawab dengan sangat cepat. Dia duduk bertopang dagu, dan Kai melirik sinis padanya. "Tolong jangan sakiti dia. Jangan sentuh milikku."

Suho mengangkat kepalanya, "Jeon Jiae. Aku tak mengerti dia itu apa untukku, tapi jangan sampai kalian menyentuhnya."

Namun yang lain belum banyak yang bersuara. Ada beberapa yang menemukan orang yang disayanginya, ada pula yang tidak menjawab sama sekali.

"Ahn Minji," Lay berkata pelan, "dia akan mati. Tak lama lagi. Aku dapat mencium bau kematiannya. Sampai jadi abu pun, jangan pernah sentuh Minji-ku."

Minseok menaruh dagunya di atas tangan yang terlipat. "Kalau aku tak salah namanya Lee Aeyoung. Dia gadis yang bekerja sebagai guru, dan muridnya menyukainya. Jangan sentuh Lee Aeyoung, jangan pula murid-muridnya."

Beberapa lainnya belum menjawab. Mereka hanya belum yakin siapa yang akan menjadi seseorang yang berharga bagi mereka. Namun cepat atau lambat, mereka pasti menemukan seseorang untuk dicintai.


-o-


Suho pergi ke luar dengan setelan jas yang rapi. Pemuda itu mengendarai mobilnya dan berhenti di sebuah gedung yang tinggi. Dia berjalan penuh karisma dan semuanya menyeganinya. Suho benar-benar memiliki pengaruh yang penting dalam gedung tinggi itu.

"Sunbae-nim annyeonghaseyo!" seorang gadis datang padanya dan tersenyum. Rambutnya yang dikuncir satu bergerak-gerak seirama dengan tubuhnya. Paduan jeans sebatas lutur dan kemeja tipis lengan panjang, serta sepatu putihnya sangat manis.

Suho tersenyum kecil kepada gadis yang memiliki tinggi hampir sama dengannya itu, "Annyeonghaseyo, Jeon Jiae." Suho mengikuti langkah panjang-panjang gadis itu. Gadis yang hanya lebih muda tiga tahun darinya, dan sangat polos.

Jeon Jiae tersenyum lebar, dan berjalan mundur. Kepalanya bergerak-gerak dengan heboh. "Sunbae-nim, aku tak sabar untuk kerja hari ini. Semakin dekat dengan deadline, semakin berdebar-debar, aku semakin bersemangat!" gadis iru nyengir lebar dan masuk mendahului Suho.

"Hati-hati, kau bisa jatuh." Suho sibuk mengimbangi langkah Jiae yang lebh cepat. "Jii, kau dengar aku? Ya! Pegawai magang!"

Jiae tak mengindahkan perkataan Suho dan dia memang hampir terjatuh. Sekali lagi gadis itu berjalan mundur di lorong. "Kalau aku yang jatuh," katanya dengan senyuman yang lebar, "orang-orang tak 'kan heran. Karena aku adalah Jeon Jiae yang ceroboh. Bukan begitu, Sunbae-ni–––auch!" Jiae membentur sebuah dinding karena berjalan mundur.

"Kau benar-benar ceroboh, Jii."

Jiae tetap tersenyum lebar meski terus mengusap kepalanya yang terasa perih. Suho datang dan mengusak kepala Jiae karena gemas. Untuk itu Jiae terdiam, dan memperhatikan kurva di wajah Suho. Kalau saja dia bukan pegawai magang, mungkin dia bisa lebih lama berada di ruangan yang sama dengan Suho.

"Sunbae-nim, kau benar-benar tak menyukai seorang gadis pun sekarang ini?"

"Hanya belum. Wae?"

Monster (Seoul Ghoul) [EXO OT9 Fanfiction]Where stories live. Discover now