14

16.2K 437 5
                                    

"Ternyata ada elo." ucap angel sengit melihat gita sedang menata rambutnya di toilet club tempat biasa mereka kumpul. sekarang di ruangan lain, ke tujuh sahabat sedang berkumpul plus adri dan gita.

"mbak angel." gita hanya menanggapi dengan senyuman.

"jangan sok munafik deh didepan gue."

"maksudnya."

"gue tu bukan laras, apalagi abi. mau maunya dikadalin ama anak kemarin sore."

"mbk angel tu ngomong apa si."

"udah lah git, gue tau elo seperti apa dikampus. pikiran picik apa yang bersarang di otak loe. dasar parasit." bukannya marah dengan celaan angel, gita tersenyum sinis kearah angel "gitu ya, syukurlah."

"ohya tadi bilang apa? parasit? maksud loe apa?" ucap gita tanpa takut intimidasi dari wanita berambut panjang didepannya.

"asal loe tau aja, abi tu miliknya laras, nggak ada yang bisa misahin mereka berdua. loe tu hanya parasit, yang selalu aja nempel abi kemana mana, nggak malu tu ngrebut pacar kakak sendiri."

Mendengar penjelasan dari angel. gita hanya bisa berdiri tanpa bisa menimpali ucapan angel.

"Bye." Angel beranjak tanpa melihat gita dibelakangnya.

____

"Akhirnya kalian semua kumpul di sini."

"gue sekeluarga." dan disambut dengan riuhan teman temannya. "mengucapkan terima kasih untuk teman temanku tersayang, tanpa kalian acaranya tidak akan sesukses seperti kemaren." mendengar khotbah dewa dengan memasang muka sok serius, semua orang di ruangan itu tertawa.

"muka loe wa'" sela sarah dan melempari kacang ke muka dewa.

"lho beneran ini, makasih atas partisipasi kalian sobat sobatku."

Entah apa yang ada di otak gita sekarang, mata sipitnya tak henti hentinya memperhatikan abi dan laras. Abi yang duduk disampingnya tidak merasa kalau gita sudah dari tadi memperhatikannya.

Ternyata benar dugaan gue selama ini.

Merasa diperhatikan abi menoleh ke kiri dan melihat gita yang tersenyum ke arahnya, "ada apa?" gita hanya menjawab dengan gelengan kepala. tanpa curiga dengan berubahnya sikap gita, abi kembali tersenyum mendengar celotehan antara dewa, angel, sarah dan tio. hanya laras yang tersenyum dan itupun tak lepas dari pandangan abi.

____

"gita sudah berapa gelas?, udah ya.. repot nanti pulangnya." bujuk laras dan mencoba menjauhkan gelas berisi air berwarna merah.

Sekarang setelah acara kumpul selesai, entah sudah menghabiskan berapa botol alkohol, gita tergeletak sambil meracau tak karuan. "dek.. ayo dong, pulang ya... jangan gini ah." ucap laras sambil menepuk pipi gita pelan.

"haduh merepotkan amat si, tinggalin aja gih." angel sudah benar benar muak melihat kelakuan sodara sepupu laras itu. "angel." abi memperingatkan angel dengan tatpan matanya.

"bi... kalau dia wanita baik baik, nggak mungkin kan kuat minum sampai berbotol botol kayak gini."

"maksudnya apa ngel?" laras mulai bersuara.

"kalian ketipu aja sama wajah polosnya."

"udah lah angel, jangan memperkeruh keadaan." ucap dewa mencoba melerai keadaan yang mulai sedikit panas.

"siapa yang memperkeruh keadaan, gue ngomong fakta."

"udah lah gue mau cabut dulu, mil sar jadi nebeng nggak, gue mulai gerah."

"kalau bukan karena abi dan laras, gue dah ngapa ngapain nih cewek." dengan gerakan cepat angel mengambil tas tangan dan membuka pintu dengan kasar.

"yaudah kalau gitu.. semuanya kita balik dulu ya..." pamit mila.

"iya dah balik dulu aja, lagi pms mungkin."

"yadah gue juga mau balik." lanjut tio.

"okay hati hati ya.." abi melihat temannya satu persatu keluar dari ruangan, tinggal dewa, adri, laras, gita dan dirinya.

"Elo ada masalah sama gita?." tanya dewa dan melihat kearah abi.

"nggak ada. kalau sama sodaranya baru ada masalah." tanpa memperdulikan keterkejutan laras, abi melihat laras dan tersenyum.

"bi. jangan salah fokus." ucap dewa sebal sendiri.

"gue nganterin gita dulu, kamu pulang sama siapa ras? tungguin bentar ya." abi benar benar tak menghiraukan pandangan aneh dari adri, bukannya apa apa, seharusnya abi panik melihat gita mabuk, bukannya malah menghawatirkan laras mau pulang sama siapa.

"nggak usah bi, gue nebeng dewa, boleh kan dri ?." tidak siap mendapat pertanyaan laras ke arahnya. adri menjawab dengan tergagap. "i oh.. iya ras."

"beneran?. cuma sepuluh menit kok." abi mencoba mendesak agar laras mau menunggunya.

"nggak usah repot bi, biar laras sama kita aja." dewa menengahi perdebatan antara laras dan abi.

"ya udah kalau gitu, hati hati ras. kalau butuh apa apa jangan sungkan." laras hanya merespon dengan senyum kakunya.

____

"gita dah sampai rumah ni. yuk mas bantuin." abi memapah gita dan mencoba untuk membuka pintu, sebelum pintu benar benar terbuka, mama gita muncul dan terkejut melihat gita yang sedikit terhuyung sambil dipapah abi.

"ya tuhan nak...." mama gita langsung mengambil alih tangan gita yang sedari tadi merangkul leher abi.

"maaf tante, abi ndak tahu kalau ternyata gita minum sebanyak ini."

"ini nggak salah kamu abi, ni anak emang bandel, sudah sering tante marahin tapi masih aja minum."

"gita sering minum tante.?"

"iya, makanya pas gita dekat sama kamu bi, tante yakin gita bisa berubah. bisa ninggalin ketergantungan alkohol seperti ini." Abi benar benar terkejut dengan fakta kalau gita memang suka minum dan apa yang dia dengar dari angel seratus persen memang benar.

"ou..."

"nak abi mau masuk ?"

"makasih tante, abi balik aja."

"maafin anak tante ya..."

"iya tante, nggak papa kok."

"kalau gitu abi pulang dulu tan, sudah larut nggak enak sama tetangga."

"mas.. abi... mau kemana? mas abi... nggak boleh pulang..... mas abi tidur sama gita aja ya...."

"gita.!!" ucap mama sambil mecubit tangan gita.

"aduh sakit mah, gita nggak bakal nglepasin mas abi ma, gita sayang sama mas abi."

mendengar racauan gita abi hanya diam dan memperhatikan gita yang mulai dipapah mamanya memasuki rumah.

"nak makasih ya.. tante masuk dulu."

"iya tante..."

Setelah melihat gita dan mamahnya sudah benar benar memasuki rumah, abi membalikkan badan dan menghampiri mobilnya yang terpakir diluar rumah. Abi benar benar nggak habis pikir ternyata gita bisa seperti ini. dan soal omongan gita tadi, mudah mudahan setelah gita sadar, hal itu tidak akan terjadi.

Gue berhak bahagia.

Berawal dari TantanganWhere stories live. Discover now