Hasna dan Genta?

14 3 1
                                    


Aku rasa aku tidak perlu masuk kerja hari ini. Lagipula, aku tidak memiliki jadwal. Aku sudah lelah bertemu Genta. Malam itu cukup berat untukku. Entah, sekarang semua badanku sakit. Bergerak dari ranjang saja aku tidak kuat.

"Dira,sayang jarang sekali bangun siang loh. Kamu kenapa? Tidak kerja nak?" Mama berusaha menarik tubuhku, tapi aku rasa kali ini aku benar-benar lelah. Bahkan rasanya berat sekali untuk menaikan kepala.

"Dira kurang enak badan ma, Dira gak ada jadwal kok." Seru Dira yang kembali tenggelam di dalam selimut.

Aku rasa kali ini mama mulai menelfon dokter,tapi aku rasa ini hanya kelelahan saja. Tapi mama kenapa melakukan ini? Aku rasa ini berlebihan. Aku yakin, kali ini om Burhan akan datang kerumah. Atau lebih fatalnya lagi, Gentalah yang datang kerumah. Ah! Aku berusaha menghindarinya,tapi mama mendatanginya lagi.

"Dira. Kamu tidak apa-apa nak?"

Aku hanya bisa mengeluarkan senyum kepada wanita yang tiba-tiba datang memelukku. Iya,dia mama Genta. Aku yakin pasti om Burhan yang datang dengan tante. Ah? Pemandangan apa ini? Kenapa Genta? Apakah dia yang akan memeriksa ku?.

"Ma. Aku gak papa kok. Gak perlu lah mama panggil Genta sama tante kesini. Dira udah sehat kok, Dira bisa lihat penyakit Dira sendiri."

"Lo kira lo dokter hebat?" Seru Genta yang masih acuh dengan Dira. Tatapanya juga masih sama dengan sebelumnya. Tatapan dingin dan sinis.

Genta memang keras kepala. Selalu ingin benar? Tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Tubuhku memang sangat lemas, bahkan sekarang aku kedinginan. Aku rasa ini tipus. Iya, aku memang memiliki penyakit ini. Dan aku rasa sudah lima hari ini makanku selalu tidak teratur, bahkan aku jarang sekali istirahat dengan cukup.

Maklum saja, aku memang mengejar paket kerja di rumah sakit om Burhan. Tekatku sudah bulat,selulus aku dari rumah sakit Sinta aku akan melanjutkan kerjaku di Jepang dengan Kansa. Bahkan sekarang aku sudah mulai mencari-cari bimbingan belajar bahasa Jepang.

***

Cukup lama buat aku lihat Genta yang gagah dan tampan menggunakan alat-alat dokternya. Entah apakah semua pasien akan jatuh hati melihat Genta?. Tapi memang sangat disayangkan Genta adalah orang yang dingin.

Aku selalu lihat di televisi baik itu nyata maupun tidak, dokter harus ramah dengan pasien. Aku juga sudah mempelajarinya,tapi entah kenapa ada dokter seperti Genta di dunia ini. Kalau aku jadi pasien tetap Genta? Yang ada aku makin sakit dan kondisiku memburuk.

"Kenapa? Lo tau kalau lo sakit tipus?"

Benar sudah dugaanku. Ya tuhan? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika akhir dari pemeriksaan ini aku harus di rawat di rumah sakit? Aku tidak ingin itu. Bagaimana ini? Apa mungkin aku rawat di rumah saja?. Ah, tapi itu bisa berakibat fatal.

"Tante,Dira harus dirawat di rumah sakit. Segera sekarang saya telfon ambulance untuk segera membawanya."

"Tunggu... aku gak bilang iya."

Aku sama sekali gak habis fikir sama Genta. Kenapa dia ngomong kayak gitu? Bukanya semua keinginan itu tetap ada di tangan pasien?. Lagipula sejak kapan aku menjadi pasienya? Aku juga dokter,aku bisa mengatasi semua ini sendiri. Tanpa Genta harus ikut campur.

"Tapi sekarang anda pasien saya."

***

Mungkin ini karena gue? Karena gue Dira sakit?. Dia ngapain sih? Enggak, dia emang lemah. Jadi wajar aja sakit. Iya gue rasa juga gitu. Gue bingung harus kayak gimana sekarang. Mama sama tante Nina udah pergi,mereka nunggu ambulance di luar. Tapi gue? Gue harus terjebak diem di dalem kamar Dira?. Ah,astaga!

Sorry,I Love YouWhere stories live. Discover now