Sambal Goreng Kentang

34 2 0
                                    


Aku cukup berani? Iya, sekarang aku cukup berani mengatakan banyak kata di hadapan Genta. Baik itu jahat maupun dingin. Aku rasa ini langkah yang baik. Iya, kalau saja aku tidak sakit mungkin kali ini aku sudah berlari mengejar pasien-pasienya. Iya, karena sebenanrnya aku lebih pandai darinya. Ah! Andai saja tipus ini tidak melandaku.

"Loh. Dira?"

Aku cuman bisa tersenyum melihat Dhio yang mulai masuk kedalam kamar. Entah kenapa aku harus ketemu lagi sama dokter Dhio. Aku rasa dia sangat senang mengikuti seseorang? Ah! Sekarang dia sudah masuk kedalam kamarku juga.

"Dira sejak kapan sakit?"

"Baru saja. Ada apa Dhio? Ada yang penting?"

Aku sangat ingin beristirahat, kenapa Dhio benar-benar tidak faham bahasa yang aku sampaikan. Kakinya tetap menapak jelas di hadapanku. Bahkan sekarang dia mulai menduduki sofa kamar rumah sakit ini.

"Enggak papa. Saya cuman pingin kasih ini aja. Bubur hangat."

Tapi aku rasa gak ada salahnya kalau aku berteman dengan Dhio. Dia anak yang pinter dan baik. Lagipula hari ini mama sepertinya sibuk banget,jadi gak ada waktu untuk dateng ke rumah sakit. Ya, gak papalah. Sekali-kali ada cowok yang bantu aku buat ketawa dan habisin waktu luang.

"Mau aku bantu?" Aku memang sedikit terkejut,kenapa bisa Dhio menyentuh tanganku begini?. Ah entahlah mungkin memang hanya sekedar membantu, hanya saja aku yang terlalu berbesar hati dan takut dengan dugaan-dugaan kecil.

"Makasih, gak papa kok." Aku berusaha tetap menggapai sendok makan walaupun aku tahu tanganku masih belum cukup kuat untuk memegang sendok ini.

"Enggak deh sini."

Iya kali ini, Dhio menyuapkan beberapa sendok bubur kedalam mulutku. Ini memang bubur terenak yang pernah aku rasakan. Sebelumnya aku memang sangat anti dengan bubur, bahkan aku tidak suka sekali. Tapi kali ini,bubur ini benar-benar enak. Aku suka banget.

"Ini buat sendiri?"

"Iya, ini bunda yang buat."

Oh ternyata bunda Dhio yang mampu membuat bubur seenak ini. Wah,emang ngapain yah Dhio bawa bubur? Gak mungkin dong dia buatin untuk aku? Lagipula tadi dia tanya sejak kapan aku datang. Berati ini hanya sebuah kebetulan saja.

"Wah enak tuh."

Cukup terkejut. Untuk apa Genta masuk kedalam kamarku? Sudah selesai kah urusanya dengan Hasna. Jadi begini sikapnya. Aku hanya wanita yang di datangi oleh Genta saat dia butuh saja.

"Masakan bunda kamu enak ya,kapan aku bisa makan masakan bundamu yang lain?"

Aku masih sama,masih berusaha tetap dingin dengan Genta. Entah apakah ini akan berakibat fatal atau tidak untuk hubungan kami. Tapi aku tidak lagi peduli,aku ingin menutup semua mataku kali ini. Iya, menutup mataku untuk Genta. Aku tidak lagi ingin peduli bahkan sayang dengan Genta. Penantianku cukup sampai disini.

Iya,kejadian di kantin tadi cukup membuat hatiku berulang kali bertanya dan berkata 'Jauhi saja Genta'. Tapi kenapa? Hatiku disisi lain masih berkata ' Tetaplah bertahan, ini belum saatnya menyerah.' Lalu kapan? Kapan penantianku atas semua ini. Selama ini,sejauh ini. Sejauh aku menunggu Genta sejak umurku sepuluh tahun,Genta sama sekali tidak sedikitpun menunjukan bahwa dirinya sayang denganku.

Sampai pada akhirnya semua laki-laki selalu terlihat sebelah mata di hadapanku. Iya,selalu Gentalah yang menepati urutan pertama di hatiku. Tapi sekarang? Apakah aku masih bisa bertahan? Entah sebodoh apa aku saat ini,sudah jelas semuanya.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Sep 06, 2016 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Sorry,I Love YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon